• Senin, 07 Juli 2025

Terungkap, Ini Penyebab 100 Ton Ikan Mati di Perairan Danau Ranau dengan Kerugian Rp2 Miliar

Minggu, 15 Januari 2023 - 14.27 WIB
963

Kondisi ikan yang mati di perairan Danau Ranau, Pekon Kagungan Kecamatan Lumbok Seminung, Kamis (12/01/2023). Foto: Dok

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung mencatat sebanyak 100 ton ikan ditemukan mati di perairan Danau Ranau Desa Kagungan, Kabupaten Lampung Barat, dengan total kerugian mencapai Rp2 miliar.

Kepala Bidang Perikanan Budidaya dan Penguatan Daya Saing, DKP Provinsi Lampung Marliana, menjelaskan jika 100 ton ikan yang mati tersebut milik 150 pembudidaya keramba jaring apung (KJA) yang terbagi kedalam 12 kelompok.

"Jumlah unit KJA nya sendiri kurang lebih ada 500 buah, dengan masing-masing 2 plong ukuran 7x14 meter persegi. Kondisi plong ini terlalu rapat sehingga ikan tidak begitu leluasa untuk berkembang," katanya saat dimintai keterangan, Minggu (15/1/2023).

BACA JUGA: Belasan Ton Ikan Mati Mendadak di Lambar, Pemilik Rugi Ratusan Juta

Marliana juga menjelaskan jika setelah pihaknya turun kelapangan diketahui kondisi oksigen terlarut dalam air (DO) sangat rendah yaitu hanya 0,8 - 1,7 mg per liter pada saat malam hari 2,5 -3 mg per liter pada siang hari.

"Sementara ambang batas aman DO itu minimal 3 mg per liter. Sedangnya untuk DO di Danau Ranau dalam kondisi normal 6-8 mg per liter. Hal ini lah yang menjadikan ikan tidak nyaman kemudian ikan nya pada mati semua," jelasnya.

 Menurutnya rendah nya DO tersebut salah satunya disebabkan oleh upwelling atau terjadi naiknya bahan organik dari dasar perairan ke atas akibat arus bawah ke atas. Hal tersebut karena perbedaan suhu yang besar antara permukaan air dan dasar perairan.

BACA JUGA: Ikan Mati Mendadak di Lambar Bertambah, Kerugian Capai Rp 1 Miliar

"Hal ini yang kemudian menyebabkan sirkulasi air terhambat, tempat padat itu menjadikan ada endapan material organik dibawah sisa pangan dan kotoran ikan. Sehingga terjadi pengadukan karena adanya arus dari bawah naik ke atas dan ikan mati," katanya.

Ia juga menjelaskan jika pihaknya akan memasang rambu peringatan di sekitar lokasi agar para pembudidaya dapat mengatur jarak keramba sehingga hal serupa tidak kembali terjadi dikemudian hari.

"Sosialisasi masih kami lakukan, kami juga mendorong para pembudidaya dapat tergabung kedalam KPB untuk mendapatkan perlindungan dan meminimalisir adanya kerugian," jelasnya. (*)