• Kamis, 14 November 2024

Ekspor Kopi Lampung Lebih Banyak dari Produksi

Jumat, 13 Januari 2023 - 08.18 WIB
1.4k

Suasana gudang penyimpanan kopi milik pengepul kopi di Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat. Foto: Echa/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Jumlah kopi asal Provinsi Lampung yang diekspor tahun 2022 lebih banyak dari jumlah produksi. Produksi Kopi Lampung tahun 2022 ada 122.053 ton, sementara biji kopi diekspor sebanyak 310.682 ton.   

Direktorat Jenderal Perkebunan pada Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, produksi kopi di Lampung tahun 2022 sebanyak 122.053 ton dengan luas areal tanam mencapai 157.915 hektar.

Produksi kopi tahun 2022 mengalami peningkatan sebanyak 4.009 ton dibandingkan produksi tahun 2021 sebanyak 118.044 ton dengan areal tanam seluas 156.396 hektar. Jumlah produksi kopi terbanyak tahun berada di Kabupaten Lampung Barat ada 57.930 ton.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Lampung, Kusnardi mengatakan, Pemprov Lampung terus melakukan berbagai upaya guna mendukung peningkatan produksi kopi.

"Pemprov Lampung terus mendorong peningkatan produksi kopi dengan berbagai cara seperti pemberian bantuan seperti permodalan melalui KUR, alat mesin untuk penyangrai dan bantuan di kelembagaan pemasaran," kata Kusnardi, Rabu (11/1).

Kusnardi mengungkapkan, permasalahan yang sering terjadi dalam produksi kopi adalah masih banyak petani belum tereduksi tentang pentingnya menjaga mutu kopi serta pengelolaan hasil.

"Paling penting sekarang adalah upaya meningkatkan kualitas kopi. Bagaimana caranya agar petani bisa petik kopi yang sudah merah, kemudian pengolahan hasilnya sesuai dengan kaidah sehingga bisa maksimal," katanya.

Ia menerangkan, jika kopi yang dihasilkan petani memiliki kualitas baik, tentu dapat mendukung peningkatan ekspor biji kopi.

"Jika nilai ekspor meningkat tentu harga stabil. Ini yang menjadi jaminan petani untuk meningkatkan produksi. Karena sebagian besar kopi yang dihasilkan Lampung diekspor. Sebagian lagi ada untuk pasar lokal, karena kita tidak bisa hanya mengandalkan ekspor," ujarnya.

Kepala Balai Karantina Pertanian Lampung, Donni Muksydayan mengatakan, pada tahun 2022 ekspor biji kopi Lampung sebanyak 310.682 ton dengan frekuensi pengiriman sebanyak 4.771 kali. Biji kopi Lampung telah diekspor ke 65 negara, dengan tujuan utama negara Jepang, Italia, Maroko, Malaysia, Turki dan Georgia.

"Volume ekspor kopi biji tahun 2022 meningkat dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2020 sebanyak 156.905 ton dan 2021 sebanyak 96.850 ton. Sedangkan untuk ekspor kopi bubuk sebanyak 23 kilogram dengan frekuensi 7 kali pengiriman,” kata Donni.

Ia menerangkan, pada tahun 2023 ini, Provinsi Lampung akan mengawali ekspor biji kopi ke negara Turki sebanyak 40.000 kilogram biji kopi.

“Kami akan terus mendorong peningkatan ekspor produk pertanian asal Lampung terutama biji kopi sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. Meskipun saat ini beberapa negara tujuan semakin memperketat persyaratan ekspor bagi kopi Lampung," ujar Donni.

Ditanya soal ekspor biji kopi Lampung lebih besar dari jumlah produksi, Humas Balai Karantina Pertanian Lampung, Suryadi mengaku, tidak mengetahuinya.

"Kami dari balai hanya melakukan fasilitasi ekspor dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel komoditas. Nantinya sampel ini akan diperiksa di laboratorium karantina tumbuhan apakah sudah memenuhi syarat atau belum," katanya.

Informasi dihimpun Kupas Tuntas, beberapa perusahaan kopi di Lampung melakukan impor kopi untuk memenuhi kuota impor yang sudah disepakati dengan negara tujuan.

Seorang karyawan sebuah perusahaan kopi di Bandar Lampung mengatakan, perusahaannya impor kopi dari Vietnam untuk memenuhi kuota ekspor. Karena sudah kontrak dengan negara tujuan.

“Kenapa kami impor, karena terikat kontrak dengan negara tujuan. Kopi di Lampung di Januari-Maret itu masih belum panen. Karena kontrak kita banyak, bagaimana kita memenuhi kontrak yang ada. Salah satunya dengan impor," kata karyawan  tersebut, baru-baru ini.

Ia mengungkapkan, saat produksi kopi lokal mengalami peningkatan pada bulan Maret sampai September, maka tidak lagi melakukan impor kopi.

"Kami bukan importir kopi yang terus menerus. Kami punya alasan kuat kenapa impor, dan tidak setiap awal tahun kami impor kopi. Kami impor kalau kopi lokal tidak ada," ungkapnya.

Putra, seorang petani kopi di Kecamatan Batu Brak mengatakan, pada tahun 2021 hanya mampu memproduksi kopi sebanyak 800 kilogram. Dan tahun 2022 mengalami peningkatan hingga 900 kilogram sampai dengan 1 ton dalam satu kali panen. Peningkatan jumlah produksi dipengaruhi faktor cuaca.

"Cuaca tahun 2022 cenderung lebih bersahabat dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan dan perkembangan kopi robusta akan maksimal apabila intensitas hujan tidak terlalu tinggi. Kalau intensitas hujan tinggi mengakibatkan banyak bunga kopi gugur," katanya.

Putra mengungkapkan, saat ini harga kopi relatif stabil. Harga kopi robusta asalan Rp25.000-Rp27.000 per kilogram. Kendala yang dihadapi petani kopi adalah sulit mendapatkan pupuk bersubsidi.

“Jika sulit dapat pupuk subsidi, maka petani harus membeli pupuk non subsidi dengan harga lebih mahal. Harapannya alokasi pupuk bersubsidi di Lambar bisa ditambah untuk meningkatkan produktivitas kopi,” sarannya.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Lambar, Yudha Setiawan melalui Kepala Bidang Perkebunan, Sumarlin mengatakan, produksi kopi di Lambar tahun 2022 sebanyak 56.054 ton, dengan rata-rata produksi 1.123 kilogram per hektar. Tahun 2021, produksi kopi sebanyak 54.563 ton atau rata-rata 1.093 kilogram per tahun.

Sumarlin mengungkapkan, Lambar memiliki lahan kopi seluas 54.104 hektar, namun yang menghasilkan hanya 49.563 hektar. Dalam satu hektar rata-rata ditanami sekitar 2.000-2.500 batang kopi.

"Untuk satu hektar bisa memproduksi biji kopi sebanyak 1-2 ton,” pungkasnya. (*)

Artikel ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas Edisi Jumat, 13 Januari 2023 berjudul "Ekspor Kopi Lampung Lebih Banyak dari Produksi"

Editor :