• Sabtu, 01 Februari 2025

Produksi 15.983 Ton di 2022, Penyakit Busuk Pangkal Batang Jadi Kendala Kembalinya Kejayaan Lada Lampung

Selasa, 10 Januari 2023 - 18.04 WIB
342

Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Statistik Perkebunan Unggulan Nasional Tahun 2020-2022 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan pada Kementerian Pertanian mencatat, produksi lada di Provinsi Lampung pada tahun 2022 mencapai 15.983 ton dengan luas areal tanam 46.365 hektar.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2021 jumlah produksi lada 15.589 ton dengan luas areal tanam 45.778 hektar. Sementara pada tahun 2020 jumlah produksi lada 15.412 ton dengan luas areal tanam 45.834 hektar.

Adapun luas areal tanam menghasilkan (TM) pada tahun 2021 berada di Kabupaten Lampung Barat dengan luas areal 5.539 Ha jumlah produksi 3.325 ton, Tanggamus 7.055 Ha jumlah produksi 3.483 ton, Lampung Selatan 71 Ha jumlah produksi 45 ton.

Kemudian Lampung Timur 2.930 Ha jumlah produksi 1.064 ton, Lampung Tengah 124 Ha jumlah produksi 13 ton, Lampung Utara 9.772 Ha jumlah produksi 3.950 ton, Way Kanan 3.781 Ha jumlah produksi 1.625 ton, Pesawaran 233 Ha jumlah produksi 2.007 ton.

Selanjutnya Pringsewu 253 Ha jumlah produksi 158 ton, Mesuji 9 Ha dengan jumlah produksi 5 ton, Pesisir Barat 2.404 Ha dengan jumlah produksi 1.442 ton, Bandar Lampung luas areal tanam 10 hektar dengan jumlah produksi mencapai 6 ton.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Lampung, Kusnardi mengatakan, hasil produksi lada Lampung sebagian besar untuk konsumsi rumah tangga, namun ada juga yang digunakan untuk ekspor.

"Lada yang diekspor mulai dari lada putih sampai lada hitam. Tapi yang paling mendominasi itu lada hitam," kata Kusnardi, saat dimintai keterangan, Selasa (10/1/2023).

Kusnardi menjelaskan, dalam rangka peningkatan produksi lada, para petani di Lampung masih kerap menemui permasalahan dan yang paling sering terjadi ialah tanaman lada terserang penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur Patogen P. Capsici.

"Memang yang sering terjadi ini tanaman lada terkena penyakit busuk pangkal batang. Kalau sudah terkena penyakit itu maka daun nya layu dan lama kelamaan tanaman lada akan mati. Ini tentu bisa memperngaruhi penurunan produktivitas," ungkapnya.

Menurutnya, salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemprov Lampung untuk tetap menjaga produksi lada ialah dengan menerapkan teknik sambung yang dinilai tahan terhadap penyakit, pertumbuhannya lebih cepat dan hasil produksi lebih banyak.

"Kita ada pembagian bibit lada dan untuk mengantisipasi busuk akar kita gunakan teknik sambung. Dibawahnya bisa lada liar atau melada kemudian di atas baru lada dengan tingkat produksi tinggi seperti natar 1 atau natar 2," terangnya.

Beberapa puluh tahun yang lalu, Provinsi Lampung pernah dikenal sebagai daerah penghasil lada. Bahkan sebutan Tanah Lada pernah disematkan untuk Provinsi Lampung yang sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai seorang petani.

Namun seiring berjalannya waktu, Provinsi Lampung terancam kehilangan ikon sebagai Tanah Lada. Hal tersebut seiring dengan tingkat produktivitas lada serta luasana areal tanam lada yang terus mengalami penurunan setiap tahunnya.

Pada masa kejayaan di tahun 1970, produksi lada asal Lampung mampu mencapai angka 50 ribu ton. Sementara produksi pada tahun 2022 ini hanya mencapai 15.983 ton atau mengalami penurunan kurang lebih mencapai 35 ribu ton.

Ketua Dewan Rempah Indonesia Wilayah Lampung, Untung Sugiyatno mengatakan, penyakit busuk pangkal batang menajdi salah satu alasan terus merosotnya produksi lada yang ada di Lampung.

"Salah satu yang menjadi kendala dalam penanaman lada adalah busuk pangkal. Selain itu harga jual yang fluktuasi sehingga membuat petani memilih untuk menanam komoditas lain," katanya saat dimintai keterangan, Selasa (10/1/2023) sore.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah agar dapat mengembalikan kejayaan lada ialah dengan menggunakan teknik sambung untuk menghasilkan bibit yang memiliki kualitas bagus.

"Sekarang ini sudah ada varietas yang tahan dengan penyakit batang lada seperti varietas lada Natar 1 dan 2. Lada dengan varietas Natar cukup baik dan ini bisa diberikan kepada para petani untuk mengatasi penyakit busuk pangkal," ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Iwan Sukri Banuwa, yang menjelaskan jika tanam lada menjadi salah satu simbol Provinsi Lampung sehingga harus dikembalikan kejayaan nya. 

"Persoalan dalam tanaman lada yang menyebabkan produksi hingga luas lahan tanam yang turun ini salah satunya adalah penyakit busuk pangkal batang. Ini yang terus kita carikan solusi agar kedepan petani semangat untuk menanam lada kembali," kata Iwan.

Ia menambahkan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung pernah melakukan survei dan mencatat jika produktivitas tanaman lada di Lampung rata-rata tidak lebih dari setengah ton per hektare. (*)


Video KUPAS TV : Produksi Beras di Provinsi Lampung Surplus 1 Juta Ton Lebih