• Jumat, 22 November 2024

Perputaran Uang Kartal di Lampung Rp11,3 Triliun Sepanjang 2022

Selasa, 20 Desember 2022 - 21.33 WIB
233

Ilustrasi

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Bank Indonesia (BI) Lampung mencatat, jumlah penarikan uang oleh Perbankan di wilayah Lampung dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat selama Januari hingga 20 Desember 2022 telah mencapai Rp11,3 triliun.

"Angka perputaran uang kartal di Lampung dari bulan Januari 2022 sampai saat ini Rp11,3 triliun. Angka ini relatif sama dengan tahun sebelumnya," ujar Deputi Kepala Perwakilan BI Lampung, Tony Noor Tjahjono, Selasa (20/12/2022).

Lebih lanjut ia menjelaskan, nilai perputaran uang kartal ini sejalan dengan bergeraknya aktivitas perekonomian Lampung pasca pelonggaran kebijakan pandemi Covid-19.

"Kita BI memproyeksikan pada akhir tahun 2022 ini akan terjadi peningkatan peredaran uang kartal di Lampung, sejalan dengan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru 2023," ungkapnya.

Sementara, aliran uang kartal di Provinsi Lampung pada triwulan III 2022 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp1,03 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan net inflow sebesar Rp0,39 triliun.

"Kondisi net inflow yang terjadi pada periode laporan terpantau sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III 2022 yang tumbuh sebesar 3,91% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,23% (yoy)," ungkap Tony.

Sejalan dengan perkembangan aliran uang kartal di Lampung, Tony juga menjelaskan bahwasanya transaksi pembayaran melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) mencatatkan pertumbuhan yang positif pada triwulan III 2022.

"Di sisi lain, transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat masih mengalami pertumbuhan negatif," terangnya.

sebagai upaya untuk lebih memudahkan masyarakat dalam bertransaksi secara digital, telah meluncurkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sejak tahun 2019 sebagai suatu inovasi yang dapat menyatukan transaksi berbagai macam QR dari berbagai Penyedia Jasa Pembayaran (PJP).

"Merchant QRIS yang tersebar di Provinsi Lampung juga jumlahnya terus meningkat, dimana per 16 Desember 2022 sebesar 397.646 merchant. Ini sejalan dengan tren peningkatan merchant QRIS yang ada di Sumatera dalam rangka mendukung capaian target nasional sebanyak 15 juta pengguna QRIS. Transaksi QRIS ini dapat dilakukan secara nirsentuh, sehingga diharapkan dapat mendukung mengurangi penyebaran Covid-19," tandasnya.

Sementara, Pengamat Ekonomi dari Center For Urban and Regional Studies (CURS), Erwin Octavianto menyampaikan, berbicara besaran perputaran uang kartal yang terjadi di sebuah daerah, maka asumsinya memang jika daerah itu tumbuh harusnya kartal itu meningkat.

Sehingga kita dapat menilai kalau meningkat berarti ada kegiatan mobilisasi transaksi masyarakat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Disamping itu, kita juga bisa memprediksi bahwa itu adalah sebuah peningkatan perekonomian di suatu daerah.

"Tapi kalau jumlahnya tetap atau tidak berubah bahkan berkurang, maka ini ada sebuah tanda tanya besar," kata dia.

Pertama kata Erwin, apakah kegiatan masyarakat mengalami tagnasi ekonomi atau tidak. Tapi kenyataannya laju perekonomian selalu naik.

Kemudian, beberapa triwulan 2022 itu ada jumlah pertumbuhan kuartal yang bisa mencapai 9 persen dimana itu tertinggi di Indonesia maka ini luar biasa di Lampung.

"Dengan konteks tersebut, seharusnya diharapkan perputaran uang itu juga berada di Lampung. Tapi, ketika jumlah perputaran uang itu tidak mengalami peningkatan sementara laju pertumbuhan meningkat, berarti ada yang namanya Capital Flight," ungkapnya.

Capital Flight jelasnya, yaitu adalah ada modal yang keluar dari Lampung. Padahal itu uang dari Lampung, tapi dibelanjakannya di luar Lampung.

"Artinya ini sebuah alarm bahwa ada Capital Flight yaitu ada kegiatan transaksi di luar provinsi Lampung yang dilakukan oleh orang Lampung," terangnya.

Yang mana ini adalah potensi Lampung itu sendiri, untuk meningkatkan ekonomi daerahnya.

Akan tetapi, semisalnya pendapatan orang Lampung dan di belanjakan di luar daerah Lampung, maka dikhawatirkan Lampung tidak mengalami pertumbuhan nantinya.

"Nah ini juga yang menjadi perhatian bagi pemerintah, karena ada indikasi Capital Flight itu tadi," tandasnya. (*)