• Kamis, 18 April 2024

UPTD Musuem Gelar Pameran Temporer Kejayaan Maritim Lampung

Selasa, 29 November 2022 - 09.46 WIB
1k

UPTD Musuem Gelar Pameran Temporer Kejayaan Maritim Lampung. Foto: Istimewa.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Masyarakat Lampung sangat dekat dengan budaya maritim, karena wilayah Lampung dikeliling oleh laut. Panjang garis pantai Lampung ± 1.105 km, yang membentuk 4 (empat) wilayah pesisir, yaitu Pantai Barat, Teluk Semaka, Teluk Lampung dan Selat Sunda serta Pantai Timur.

Oleh karena itu, tidak heran bila masyarakat Lampung telah lama memiliki tradisi dan menjadikan simbol-simbol budaya maritim sebagai bagian dari kehidupannya.

Kepala UPTD Musuem Negeri Lampung, Budi Supriyanto mengatakan, dengan posisinya yang berbatasan dengan pantai, maka masyarakat Lampung memiliki pengetahuan tentang kemaritiman, diantaranya berkaitan dengan penggunaan perahu sebagai wahana transportasi.

Dikatakan, dalam catatan Tome Pires berjudul Suma Oriental yang menjadi catatan perjalanannya dari Laut Merah ke Jepang pada tahun 1512 – 1515, menyatakan bahwa wilayah Tulangbawang dan Sekampung telah melakukan perdagangan dengan menyebrang lautan ke Kerajaan Sunda dan Kerajaan Jawa.

"Dengan menggunakan perahu, dari Tulangbawang ke Sunda memakan waktu sehari dan ke Jawa memerlukan waktu dua. Sementara dari Sekampung untuk sampai ke kerajaan Jawa  membutuhkan waktu tiga hari," kata Budi, Selasa (29/11/2022)..

Selain itu, masyarakat Lampung juga sangat kental dengan tradisi Maritim. Salah satu bentuk tradisi yang masih hidup hingga kini diantaranya adalah upacara Ngumbai Lawok atau membersihkan laut yang dilakukan oleh masyarakat Lampung Pesisir.

"Tradisi ini lahir dari pemahaman para nelayan Lampung bahwa laut adalah tempat mengais rejeki. Oleh karena itu, laut wajib dirawat, tujuannya agar sumber penghidupan mereka itu tetap bersahabat dan memberikan hasil yang melimpah," ungkap Budi.

Ia menyebutkan, dalam bentuk simbol, budaya maritim juga dapat dilihat pada berbagai aplikasi motif perahu dan hewan-hewan tangkapan nelayan berupa ikan, cumi-cumi, kepiting, tripang dan lain-lain pada tenun tradisional Lampung seperti pada kain Inuh, kain pelapai, kain kapal, kain Katibin dan Kain Tapis.

"Simbol dan tradisi ini memperlihatkan bahwa laut dan segala kekayaan yang ada di dalamnya sangat dihargai dan dihormati oleh masyarakat Lampung. Penghargaan dan pernghormatan itu diwujudkan dalam ragam hias yang sangat indah dan dijunjung menjadi pakain atau kelengkapan upacara adat yang dianggap sakral," ujarnya.

Dengan kebanggaan akan pengetahuan, tradisi dan simbol-simbol itu, maka mulai tanggal 29 November 2022, UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung menyelenggarakan Pameran Temporer Kejayaan Maritim Lampung. Pameran ini bertujuan untuk menyampaikan kepada publik, bahwa laut memberi berkah kepada Masyarakat Lampung dan telah ikut memberi kesejahteraan kepada masyarakat.

"Koleksi yang dipamerkan pada Pameran Temporer Kejayaan Maritim Lampung, diantaranya berkaitan dengan perahu dan teknologi kemaritiman berupa miniatur Kapal Layar, miniatur Perahu Kajang, Dayung, Teropong, Lampu Kapal, dan Tungku Perahu," terangnya.

Berkaitan dengan perdagangan dan ekonomi maritim terdiri dari Guci Dinasti Tang, Panah Ikan, Kacamata Selam, Cuban (jarum untuk merajut jaring), Kambu (kepis) dan Jaring. Tradisi budaya maritim yang diwakili oleh koleksi Lakai, Katibin, dan Tapis Cucuk Andak. Disajikan juga lukisan karya Abas Alibsya berjudul keadaan Gudang Lelang Tahun 1938.

"Diharapkan dari koleksi yang disajikan dapat menggambarkan Kejayaan Maritim Lampung yang harus terus dijaga, bahkan untuk dikembangkan agar dapat menjadi salah satu sumber terwujudnya Masyarakat Lampung Berjaya," harapnya. (**)


Video KUPAS TV : Jadi Tempat Pesta Sabu, Rumdis Guru di Tanggamus Dirobohkan


Editor :