• Minggu, 19 Januari 2025

Lantunan Merdu Ayat Suci Al Quran, Antarkan Usman ke Tanah Suci Gratis

Senin, 28 November 2022 - 21.21 WIB
227

Usman Mustopa Saleh (45) saat diwawancari di rumahnya. Foto: Sri/Kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Usman Mustopa Saleh (45) warga Jalan WA Rahman Parendoan l, LK 3 Kelurahan Batu Putu, Kecamatan Teluk Betung Barat (TBB), Kota Bandar Lampung, memiliki kelainan fisik yang dideritanya sejak lahir, atau orang biasa menyebutnya tunadaksa. 

Kondisi dimana, fungsi motorik pada kaki yang tak sempurna membuatnya sulit berjalan, sehingga terkadang harus menggunakan kursi roda.

Tak hanya pada kakinya, pada tangan kanan dan kiri nya pun tak seperti orang pada umumnya. Dimana pada tangan kanan ke tiga jari nya yaitu telunjuk, jari tengah dan jari manisnya menyambung jadi satu.

Sementara, kondisi pada tangan kiri nya pun tak jauh berbeda, dimana jari manis dan jari tengah juga menempel.

Usman adalah anak terakhir pasangan Jamsiah (70) dan almarhum Mustopa. Dari ke keempat saudaranya hanya ia yang terlahir istimewa.

Tapi siapa sangka, seorang yang sejak lahir memiliki kondisi spesial ini fasih membaca Al-quran. Sehingga, Ia sering kali diundang menjadi qari (pembaca alquran dengan suara yang merdu) dalam berbagai acara.

Usman mengatakan, pada saat acara pengajian Rahmat Hidayat pada tahun 2019 silam, ia diminta oleh panitia untuk menjadi qori.

Pengajian Rahmat Hidayat sendiri diketuai oleh Walikota Bandar Lampung Eva Dwiana, yang saat itu mengadakan acara pengajian di Lapangan Batu Putu.

"Nah pas waktu itu saya yang baca Alquran. Ketika selesai ngaji, saya angsung ditunjuk sama bunda Eva untuk berangkat umrah ya pak, kata bunda," ujar Usman ketika ditemui dirumahnya, Senin (28/11/2022).

Ketika mendengar akan diberangkatkan umrah kata Usman, seketika itu ia langsung bersyukur kepada Allah dan tak bisa membendung air matanya, lalu mengucapkan terimakasih pada Walikota Eva.

"Bahagianya tak terhingga seperti dapat gunung. Nah pas mau diberangkatkan, tapi terhalang pandemi Covid-19 sehingga ditunda selama 2 tahunan lebih," ungkapnya.

Tapi, alhamdulillah di tahun ini ia bersama 499 jamaah umrah lainnya akan diberangkatkan pada Desember mendatang.

"Saya kebagian kloter kedua, yang berangkat awal Desember nanti," sambungnya.

Usman yang kini tinggal bersama istri dan ibu nya itu menceritakan, dalam kesehariannya ia hanya di rumah karena tak memiliki pekerjaan.

"Paling setiap ada yang mau hajatan atau pengajian itu kita dipanggil untuk ngaji nya," ucapnya.

Sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Ia dapatkan dari istri yang bekerja sebagai tukang masak di pondok pesantren Nurul Falah.

"Ada juga warga yang kasian, sehingga diberi makanan atau uang," timpalnya.

Ia pun mengaku, ketika keluar bergaul dengan masyarakat, terkadang terlintas dipikiran merasa minder, karena kondisi tubuhnya yang tak seperti orang pada umumnya.

"Jangankan berkumpul dengan orang ramai. Kita pergi ke masjid saja untuk solat berjamaah itu saya nangis karena malu dan minder," ungkapnya.

Namun jelasnya, selama ini sejak kecil hingga sekarang belum ada pengalaman teman ataupun orang yang menjauhinya.

"Kasarnya menghina itu tidak ada. Cuma minder itu tiba-tiba datang dari diri sendiri saja," cetusnya.

Usman mengaku, pernah ia merasakan depresi yang luar biasa ketika anak satu satunya meninggal dunia karena penyakit lambung yang dideritanya.

"Si Rudini meninggal di usia 20 karena lambung. Nah itu yang membuat saya seperti hilang arah," katanya.

Rumah yang ia tinggali kini bersama ibu dan istrinya pun kondisinya sangat memprihatinkan. Dimana atap sebagian rumahnya tidak ada.

"Ini rumah orang tua tidak bisa merehabnya lagi. Karena untuk makan sehari-hari saja susah, kita mah sudah menemukan makan saja sudah bersyukur. Tapi asal kan rumah ini jangan roboh saja," ungkapnya. (*)