Balita Gagal Ginjal Akut Bertambah, Diberi Obat Gammaraas, Ibu Bayi Meninggal Tak Pernah Beri Obat Sirup
Kupastuntas.co, Bandar
Lampung - Balita yang menderita gagal ginjal akut di Provinsi Lampung terus
bertambah. Kali ini, seorang bayi usia 13 bulan yang dinyatakan suspek ginjal
akut menjalani perawatan di RSUD Abdul Moeloek. Sebelumnya ada dua balita yang
dirawat, namun satu bayi usia 11 bulan meninggal dunia.
Direktur RSUD Abdul
Moeloek, Lukman Pura, menjelaskan bayi berusia 13 bulan yang baru masuk rumah
sakit tersebut memiliki gejala tidak bisa buang air kecil.
"Pasien saat
dibawa ke rumah sakit tidak bisa buang air kecil. Berdasarkan pemeriksaan tidak
bisa buang air kecil karena dehidrasi," kata Lukman, Senin (24/10).
Lukman mengungkapkan,
bayi tersebut tengah menjalani perawatan secara intensif di ruang rawat anak
dengan dilakukan pemantauan oleh tim dokter.
"Kondisinya
sekarang sangat baik dan stabil. Tidak ada pembengkakan yang terjadi seperti
pada pasien gagal ginjal akut," terangnya.
Lukman menerangkan,
untuk satu lagi bayi berusia 1 tahun menderita gagal ginjal akut yang tengah
dirawat dalam kondisi stabil, namun urine belum keluar.
"Alhamdulillah
kondisinya stabil, kita masih menunggu perbaikan dari tubuhnya sambil menjaga
keseimbangan cairan. Sehingga kondisi pasien terus membaik. Kita pantau dengan
ketat," terangnya.
Ia mengatakan, telah
membentuk tim dan menyiapkan lebih dari tujuh orang dokter spesialis anak yang
disiagakan guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu ada peningkatan kasus.
"Kita sudah
bentuk tim untuk antisipasi misal ada lonjakan kasus. Kita ada dokter anak
lebih dari tujuh orang. Kita siaga terus, jika ada anak yang masuk IGD langsung
dilakukan observasi," kata dia.
Sementara Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana, mengatakan masih menunggu kiriman obat
Antidotum dari pemerintah pusat yang akan digunakan untuk mengobati pasien
gagal ginjal akut.
Dijelaskannya, pasien
yang menderita gagal ginjal saat ini diberikan obat bernama Gammaraas yang
mengandung plasma Imunoglobulin dalam bentuk larutan steril untuk injeksi.
"Untuk obat gagal
ginjal akut dari pusat memang sudah ada, tapi kita belum dikirim. Saat ini kita
gunakan obat yang ada antidotumnya seperti gammaraas. Ini terbukti ada
perbaikan seperti ureum yang turun, hanya saja urinenya yang belum
keluar," kata Reihana, Senin (24/10).
Ia mengatakan, Dinkes
juga fokus melakukan penyelidikan epidemiologi dengan mengambil sampel berupa
darah, urine, dan swab nasofaring untuk dikirim ke Kementerian Kesehatan.
"Kita juga
mengumpulkan obat-obatan yang pernah dikonsumsi oleh pasien, selanjutnya
dilaporkan ke Kementerian Kesehatan. Tapi sampai saat ini hasilnya belum
keluar, dan kita masih menunggu. Sampai saat ini surveillance masih berjalan,
kita amati terus menerus," terangnya.
Reihana mengungkapkan,
dua balita yang dinyatakan menderita gagal ginjal akut berdasarkan informasi
memang pernah mengkonsumsi obat-obatan yang disinyalir mengandung Etilen Glikol
(EG) dan Dietilen Glikol (DEG).
"Tapi saat ini
kita tidak bisa menyebutkan bahwa dari obat bisa terkena gagal ginjal akut,
karena masih dalam tahap penyelidikan. Bukan berarti kita harus menuduh obat
yang jadi penyebabnya. Karena ini bisa dari faktor yang lainnya,"
ungkapnya.
Tidak Pernah Konsumsi
Obat Sirup
Terpisah, Desi Apriyani,
ibu bayi berusia 11 tahun penderita gagal ginjal akut yang meninggal, mengaku
kaget saat mendengar kabar anaknya MAF dinyatakan meninggal karena gagal ginjal
akut oleh RSUD Abdul Moeloek.
"Kaget kami
dibilang gejala gagal ginjal akut. Kata dokter jelas penggumpalan di otak dan
bercak di paru. Tapi hasilnya gak dikasih," kata Desi saat ditemui di
rumahnya, Jalan H Umar Durian Payung, Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung,
Senin (24/10).
Desi mengatakan,
berdasarkan hasil dari uji laboratorium maupun scanning, didalam paru-paru
anaknya dinyatakan terdapat bercak atau infeksi dan penggumpalan darah di otak.
“Tapi hasil uji lab
sama scanning tidak diberikan oleh pihak rumah sakit," ujarnya.
Desi mengungkapkan,
saat berusia lima bulan, anaknya pernah terjatuh dari kasur. Namun, ia terlihat
tetap sehat, hanya ada memar di bagian kepala.
"Saat itu dokter
bertanya apakah anak saya pernah jatuh, saya bilang iya pernah tapi sehat-sehat
saja. Cuma ada merah sedikit. Anak saya juga gak pernah sakit, buang air kecil
normal," ucapnya.
Ia menuturkan, anaknya
dibawa ke RSUD Abdul Moeloek karena mengalami gejala demam tinggi selama satu
minggu.
"Keesokan harinya
langsung masuk ICU, dan di scanning terdapat penggumpalan di otak. Terus
meninggal Sabtu malam," jelasnya.
Menurut Desi, saat demam itu anaknya tidak pernah mengkonsumsi obat sirup jenis apapun. (*)
Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Selasa 25 Oktober 2022 dengan judul "Balita Gagal Ginjal Akut Bertambah"
Berita Lainnya
-
Kebakaran Besar di Bandar Lampung, Tiga Rumah Ludes Terbakar
Sabtu, 28 Desember 2024 -
Waspadai Hoaks tentang Brigade Pangan di Media Sosial
Sabtu, 28 Desember 2024 -
Samsudin: 37 Persen Kondisi Jaringan Irigasi di Lampung Rusak
Sabtu, 28 Desember 2024 -
TPA Bakung Disegel, Walikota Eva Dwiana: Keterbatasan Anggaran Kendala Utama dalam Pengelolaan Sampah
Sabtu, 28 Desember 2024