Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan Menuju Masyarakat Tangguh Pasca Pandemi Covid-19, Naskah Orasi Ilmiah Prof. DR. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes

Guru Besar Bidang Farmako Onkologi Unila, Prof Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Universitas Lampung (Unila) melaksanakan kegiatan Dies Natalis ke-57 pada 23 September 2022. Guru Besar Bidang Farmako Onkologi, Prof Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes, hadir memberikan orasi ilmiah pada kegiatan tersebut.
Pria kelahiran Jakarta, 15 Mei 1969 yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan tahun 2020-2023 tersebut, menyampaikan orasi dengan tema Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan Menuju Masyarakat Tangguh Pasca Pandemi Covid-19.
Saat ini, hasil studi para pakar dan peneliti kesehatan, mengemukakan bahwa dalam beberapa serangan gelombang besar pandemi Covid-19 sejauh ini, setidaknya 15 juta orang telah kehilangan nyawa di seluruh dunia (World Health Organization, 2022).
Pandemi Covid-19 telah menjadi darurat kesehatan masyarakat dan menimbulkan kekhawatiran global di sekitar 213 negara tanpa vaksin dan dengan kapasitas medis terbatas untuk mengobati penyakit tersebut.
Pada akhir 2020, melalui upaya kerja sama intensif oleh pemerintah AS dan sektor swasta, beberapa vaksin telah dikembangkan menggunakan teknologi mRNA baru, dengan kemanjuran yang dilaporkan lebih dari 90 persen efektivitas melawan Covid-19 dalam studi awal mereka (Tartof et al., 2021).
Namun demikian, sebelumnya telah banyak diinovasi dan dipublikasi potensi teknologi mikro RNA (miRNA) untuk diagnostik dan terapi Kanker Hepatoseluler (KHS). Bahkan temuan baru menunjukkan bahwa gen miRNA 146 A yang dapat digunakan sebagai tes diagnostik dan terapi KHS berbasis Herbal Asli Indonesia (Sukohar & Muhartono, 2015).
Pengengembangan vaksin covid-19 berlanjut pada tahun 2022 melalui miRNA, yang diketahui bahwa miRNA telah banyak dikembangkan dalam membantu diagnosis dan terapi kanker.
Penulis telah mendalami riset pengaruh sejumlah senyawa aktif dari bahan alam: asam klorogenat (kopi robusta lampung), curcosune-B dan Jatrophon (tanaman jarak pagar) terhadap sel kanker hepatoseluler (KHS) Hep-G2 dan PLC-5 dengan miRNA 146 A sebagai indikator keberhasilan terapi KHS secara invitro sejak 2010 (Sukohar et al., 2014).
Dalam perjalanannya, penulis melanjutkan riset dengan miRNA 146-A sebagai tes diagnostik dan gen prediksi untuk KHS (Sukohar et al., 2015). Sebagai alat diagnostik dan gen prediksi, miRNA memiliki keunggulan dalam hal diagnostik dengan jumlah pasang basa yang sangat kecil (19-25 pasang basa) dapat terdeteksi dengan sempurna dan saat ini sudah banyak dijumpai di laboratorium.
Penulis pun menemukan miRNA 423-3p sebagai references genes MiRNA 146 A yang menjadi temuan terbaru yang belum pernah diungkap oleh peneliti dunia (Sukohar et al., 2014).
MiRNA 146 A menjadi harapan baru untuk pasien KHS karena aktifitas gen miRNA 146 A yang terdiri dari 19-25 pasang basa secara invitro terbukti dapat mendeteksi ekspresi sel KHS Hep-G2 tipe 1886 dan PLC-5 yang diberikan terapi asam klorogenat dan kafein (Sukohar et al., 2015, 2017, 2018).
Serangkaian penelitian yang telah dilakukan penulis, membuktikan bahwa gen miRNA 146 A dapat dideteksi pada KHS tipe Hep-G2 1886 dan PLC5 secara invitro dalam jumlah yang sangat kecil dalam satuan mikromolaritas.
Dengan jumlah nukleotida yang sangat kecil tersebut, maka miRNA 146 A dapat digunakan sebagai “Mapping Gene”atau gen predictor KHS, sehingga dapat dideteksi sejak dini dan memudahkan dalam penatalaksanaan, sehingga memberikan harapan dan kualitas hidup yang lebih baik.
Sepanjang perjalanan melakukan riset terhadap miRNA 146 A selama lebih dari 8 tahun merupakan pengalaman baru yang cukup menarik dan menantang. Diantaranya menemukan 4 house keeping gene yaitu miRNA-423-3p, 103, 21 dan 16 dari ratusan house keeping gene yang ada untuk miRNA-146 A pada sel KHS tipe 1886 dan PLC5 dengan menggunakan 4 senyawa aktif.
Namun demikian penulis baru melakukanya terhadap 3 senyawa aktif yang telah dipublikasi. Untuk memenuhi kriteria yang berkualitas perlu ditentukan suatu gen standar yang digunakan sebagai pembanding yang dalam dunia penelitian molekuler dinamakan House Keeping Gene (Sukohar et al., 2013, 2014, 2018).
Sedangkan untuk House keeping gene untuk miRNA-146 A pada sel Hep-G2 seri 1886 dan PLC5 yang diintervensi asam klorogenat belum pernah ada yang dipublikasi dan penulis menemukannya sebagai suatu ”Novelty” yaitu miRNA-423-3p.
Diantara ke-4 house keeping gene tersebut maka terpilihlah miRNA-423-3p sebagai house keeping gene dengan pertimbangan penilaian dalam kestabilan grading suhu dan siklus sel dalam mesin RT-PCR (Sukohar et al., 2014, 2018).
Selanjutnya telah diupayakan hilirisasi hasil riset yang telah dilakukan adalah menjadikan gen miRNA 146 A sebagai diagnostik KHS yang dapat menjadi alat deteksi dini untuk KHS dengan mendaftarkan Paten berupa penemuan protein berbasis gen miRNA 146 A untuk kit diagnostik kanker hepatoseluler yang sudah diterapi asam klorogenat hasil isolasi kopi robusta dan metode pembuatanya dengan nomor pendaftaran P00201508154.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa asam klorogenat berkhasiat dalam menghambat pertumbuhan cell lines cancer, mencegah kerusakan DNA, protein, dan kerusakan dinding sel secara in vitro, pada mencit menginduksi fungsi liver yaitu: enzim hidroksilase dan glukoronil transferase, sedangkan pada tikus meningkatkan fungsi liver yang lainya, yaitu: enzim
Berdasarkan hasil uji sitotoksisitas asam klorogenat terhadap sel KHS tipe 1886 berupa nilai IC50: 727 µM (Sukohar et al., 2012, 2013). Dosis tersebut menggambarkan bahwa 50 persen populasi sel KHS dalam kondisi mati.
Ada beberapa pertimbangan penulis tertarik kepada kopi sebagai objek penelitian diantaranya: bahwa pertama Indoneia merupakan negara penghasil kopi ke-4 terbesar di dunia dan Lampung merupakan penyumbang kopi terbesar di Indonesia serta masyarakat Indonesia dan dunia menyukai kopi (Agustin et al., 2020; Martauli, 2018).
Setelah penulis berhasil menguji senyawa aktif asam klorogenat dari kopi robusta Lampung, maka selanjutnya dilakukan terhadap kafein yang masih terkandung di dalam kopi. Pola uji invitro yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan model yang sama pada asam klorogenat yaitu dengan menguji sitotoksisitas dan aktifitas sel KHS dengan mengukur miRNA, namun pada uji kafein ini penulis menjadikan MiRNA -423-3p sebagai indicator aktifitas sel KHS (Sukohar et al., 2018).
Kafein yang terkandung dalam kopi mempunyai aktifitas antioksidan kuat, bersifat toksik terhadap artemia salina, inhibits the cell proliferation of liver cancer cells dan mencegah/mengurangi insiden kanker hati pada tikus (Sukohar et al., 2012, 2013).
Kafein menghambat pertumbuhan Kanker Hepatoseluler (KHS) melalui mekanisme apoptosis dan melalui siklus G0/G1. Kafein mengaktifkan regulasi ERK kinase (MEK) yang bertanggungjawab dalam menginduksi epidermal growth factor receptor (EGFR). Kafein dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan KHS dengan model Hep-G2 walaupun dalam konsentrasi yang besar (Sukohar et al., 2013, 2014).
miRNA yang digunakan sebagai indikator dalam penelitian kafein ini adalah miRNA 423-3p, berbeda dengan yang dilakukan penulis pada asam klorogenat, indikator yang digunakan adalah miRNA-146 A (Sukohar et al., 2018).
MiRNA 423-3p yang penulis gunakan pada penelitian ini dapat terekspresi pada sel Hep-G2 seri 1886 (Sukohar et al., 2014, 2018).
Dalam penelitian kafein ini penulis memberikan 5 dosis dalam penelitian kafein ini penulis memberikan 5 dosis kafein yang diberikan kepada sel KHS yaitu 0,5, 1, 2,5, 5 dan 10 mM. Meskipun telah dilakukan uji IC50 terhadap kafein seperti yang penulis paparkan, ternyata dosis IC50 kafeinya dibawah 0,5 mM.
Dalam mengukur aktifitas sel KHS penulispun ingin mengukur half life dari kafein dengan cara menilai dalam 5 waktu, yaitu: 0, 2, 8, 18 dan 24 jam, dimana setiap jam dibandingkan sebelum dan sesudah diberikan kafein seperti dijelaskan dalam Gambar 5.
1 hal berbeda yang dilakukan oleh Jun-ichi Okano et al pada tahun 2007 bahwa dosis kafein yang menghambat pertumbuhan sel Hep-G2 adalah 1-20 mM. Meskipun demikian terdapat kesamaan bahwa kafein bersifat kemopreventif dan menghambat pertumbuhan sel Hep-G2 (Sukohar et al., 2013, 2018)
Penghambatan pertumbuhan Hep-G2, dapat diamati melalui variasi waktu setelah terpapar kafein 0,5 mM dan dinilai berdasarkan nilai Cq. Semakin kecil nilai Cq dalam satu thermal cycle, menjadi petunjuk semakin banyak jumlah Hep-G2 yang hidup.
Penulis menginformasikan dalam penentuan aktifitas anti kanker dalam 2 satuan yaitu µg/ml dan µM, karena ada beberapa penulis dunia yang menyampaikan informasinya dalam 2 versi tersebut.
Penulis masih memiliki 3 senyawa aktif anti kanker yang berasal dari bahan alam yaitu: curcosune B, pinostrobin dan hidroksilbenzil aldehid yang belum dipublikasi.
Semua senyawa aktif tersebut telah dilakukan proses ekstraksi sampai dengan purifikasi 95 persen yang merupakan kerjasama penulis dengan Prof Sahidin dari Fakultas Farmasi Halu Uleo Kendari.
Data hasil penelitian tersebut belum penulis masukan ke dalam buku orasi ini karena masih menunggu publikasi pada jurnal internasional yang terindek scopus.
Uji aktifitas ke-3 senyawa anti kanker tersebut dilakukan dengan metode yang sama seperti yang telah dilakukan terhadap asam klorogenat dan kafein untuk mencari IC50 dan kemampuan aktifitas anti kanker.
Ke-3 senyawa aktif tersebut diduga mempunyai mekanisme molekuler yang miRNAip dengan mekanisme farmakodinamik asam klorogenat dan kafein dalam menghambat/membunuh sel KHS. Namun dianatara ke-3 senyawa aktif tersebut jatrophone mempunyai IC50 paling baik yaitu: 1,31 µg/ml (3,2 µM) pada sel KHS tiope 1886 dan 3,123 µg/ml (9,62 µM) pada sel KHS PLC-5, sedangkan standar senyawa aktif anti kanker adalah: 0-20 µM / dan menjadi calon kuat sebagai anti kanker yang memenuhi kriteria NCI (National Cancer Institute).
Penelitian mengenai mikroRNA sudah dilakukan sejak beberapa tahun silam. Penemuan terbaru berupa pendekatan terapi dan pengujian senyawa anti kanker dari bahan alam yang dilakukan secara invitro terhadap 2 model sel KHS yaitu tipe 1886 dan PLC5 yang mengedepankan deteksi dini KHS.
Penemuan ini spektakuler, karena dapat digunakan untuk mendeteksi dini atau sebagai prediksi bagi penderita Kanker Hepatoselular (KHS) serta menjadi harapan baru bagi penderita KHS dengan kandungan berbasis Herbal Asli Indonesia (HAI).
Seiring perkembangan teknologi, mikroRNA saat ini sedang dikembangkan dan dilakukan percobaan sebagai salah satu gen atau senyawa untuk pengembangan vaksin Covid-19. (*)
Berita Lainnya
-
Disdikbud Lampung Beberkan Alasan Belum Semua Sekolah Dapat Progam MBG
Jumat, 25 April 2025 -
Rektor Universitas Teknokrat Inisiasi Salat Jumat Perdana di Masjid Al Hijrah Kota Baru
Jumat, 25 April 2025 -
Mulai 2026, Pemkot Bandar Lampung Bayarkan BPJS Ketenagakerjaan ASN
Jumat, 25 April 2025 -
Program kolaboratif Jadi Komitmen Pemprov Lampung dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme
Jumat, 25 April 2025