Tragedi Berdarah Kanjuruhan Malang, 125 Suporter Tewas, Polri Terjunkan Tim Investigasi
Kupastuntas.co, Jakarta - Korban meninggal dunia dalam
kerusuhan usai pertandingan sepakbola Liga I antara Arema FC Vs Persebaya di
Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10) malam berjumlah 125
orang.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo
memastikan korban tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang sebanyak
125 orang. Data terbaru ini telah terverifikasi dengan Dinkes Malang.
"Terverifikasi yang meninggal
jumlahnya dari awal diinformasi 129. Data terakhir berdasarkan pengecekan dan
verifikasi dengan Dinkes jumlahnya 125 karena ada yang tercatat ganda,"
kata Listyo saat melakukan konferensi pers di Stadion Kanjuruhan Malang, Minggu
malam (2/10).
Listyo juga menyampaikan pihaknya akan
melakukan langkah lanjutan dengan tim DVI dan penyidik. Upaya yang tengah
dilakukan saat ini yakni pengumpulan data dari TKP kejadian.
"Dan nanti hasilnya kami sampaikan ke masyarakat. Yang jelas, kami akan
serius dan mengusut tuntas dan ke depan terkait proses penyelenggaran dan
pengamanan," lanjutnya.
Kapolri berjanji mengusut tragedi maut Stadion Kanjuruhan, Malang. Listyo Sigit
menyebut telah menurunkan tim investigasi menyeluruh.
"Karena begitu besarnya saudara kita yang meninggal, maka kami bersama tim
akan melaksanakan pengusutan terkait proses penyelenggaraan dan pengamanan.
Kami akan melakukan investigasi terkait peristiwa yang terjadi, yang
menyebabkan banyaknya korban meninggal," ujarnya.
Listyo Sigit datang ke Malang bersama
dengan jajarannya untuk memastikan proses investigasi berjalan. Tim DVI Polri
telah bekerja mengidentifikasi korban.
"Saat ini saya mengajak Bareskrim Polri, Propam, juga Puslabvor untuk
melakukan langkah-langkah pendalaman dan investigasi. Kemarin DVI juga sudah
bekerja untuk memastikan identitas korban yang meninggal," ujarnya.
"Langkah sudah kami lakukan dengan pengumpulan data-data di TKP. Yang
jelas kami akan serius mengusut tuntas terkait proses penyelenggaraan dan
pengamanan ini dan nanti hasilnya akan kami sampaikan ke masyarakat. Hasilnya
akan jadi acuan dalam proses pengamanan selanjutnya," ujarnya.
Menko Polhukam, Mahfud Md, menegaskan tragedi
Kanjuruhan Malang bukan disebabkan bentrok antarsuporter. Korban meninggal
dunia karena desak-desakan dan terinjak.
"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu
bukan bentrok antarsuporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu
suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton," kata Mahfud.
Mahfud mengatakan, suporter yang berada di lapangan
hanya dari Arema. Dia menyatakan tak ada korban penganiayaan
suporter. "Oleh sebab itu, para korban pada umumnya meninggal karena
desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak napas. Tak ada korban
pemukulan atau penganiayaan antarsuporter," ujar Mahfud.
Mahfud menegaskan komitmen pemerintah untuk terus memperbaiki pelaksanaan
pertandingan sepakbola di Indonesia. Dia mengatakan sepakbola kerap memancing
suporter untuk mengekspresikan emosi secara tiba-tiba.
Mahfud juga mengungkap aparat sebelumnya sudah mengusulkan agar pertandingan
Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang agar dilaksanakan
sore. Jumlah penonton pun diminta disesuaikan.
"Sebenarnya, sejak sebelum pertandingan pihak aparat sudah mengantisipasi
melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan. Misal, pertandingan agar
dilaksanakan sore (bukan malam), jumlah penonton agar disesuaikan dengan
kapasitas stadion yakni 38.000 orang," kata Mahfud.
Namun, kata Mahfud, usulan itu tidak dilakukan panitia pelaksana (panpel).
Pertandingan pun tetap digelar malam. "Tapi usul-usul itu tidak
dilakukan oleh Panitia Pelaksana yang tampak sangat bersemangat. Pertandingan
tetap dilangsungkan malam, dan tiket yang dicetak jumlahnya 42.000," ujar
Mahfud.
Menpora, Zainudin Amali, menegaskan pihak dari
Kemenpora, Polri, PSSI, dan Pemprov Jatim akan melakukan investigasi bersama
terkait Tragedi Kanjuruhan. "Pak Presiden menyampaikan rasa duka cita
mendalam dan memberikan arahan kepada kami (yakni), saya, Pak Kapolri, Ketum
PSSI, dan Ibu Gubernur serta jajaran pemerintah untuk menangani ini
sebaik-baiknya dan serius sesuai bidang tugas masing-masing secara profesional,
terbuka," terangnya.
"Presiden memberi arahan kepada kami untuk menginvestigasi dan membuka
kepada masyarakat tentang kejadian sebenarnya yang terjadi," tambahnya.
Kini pihak-pihak terkait akan secepatnya melakukan investigasi terkait Tragedi
Kanjuruhan. Sementara itu, kompetisi Liga 1 telah disetop sementara selama satu
pekan. "Di samping itu, PSSI diminta evaluasi bahwa
secara total terkait kejadian ini," ujarnya.
Kapolda Jatim, Irjen Nico Afinta, menjelaskan alasan
anggotanya menggunakan gas air mata untuk mengendalikan suporter Arema FC yang
turun ke tengah lapangan karena merasa kecewa setelah timnya kalah. Nico
menyebutkan suporter Arema telah bertindak anarkis dengan menyerang petugas,
merusak stadion, hingga berusaha mencari para pemain dan ofisial Arema FC.
"Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan
pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para
pemain," kata Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10).
"Dalam prosesnya itu, untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai
dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah menyerang
petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata," lanjut dia.
Setelah polisi menembakkan gas air mata, para suporter
itu berhamburan ke satu titik keluar stadion. Saat itulah terjadi penumpukan
suporter hingga kekurangan oksigen.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya saat ini tengah
melakukan evaluasi. "Dievaluasi dulu, jadi kita tidak buru-buru
menyimpulkan," kata Dedi kepada wartawan, Minggu (2/10).
Dedi mengatakan, pihaknya tengah mengevaluasi secara
menyeluruh dan komprehensif terkait penggunaan gas air mata itu. Dia pun akan
segera menyampaikan hasilnya kepada publik.
"Itu harus dievaluasi secara menyeluruh dan komprehensif dan nanti hasil
daripada evaluasi menyeluruh sesuai dari perintah Bapak Presiden nanti
disampaikan," ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur (Wagub) Jawa
Timur, Emil Dardak, mengatakan data sementara dari Dinas Kesehatan (Dinkes)
Malang terkait tragedi Kanjuruhan sebanyak 131 korban tewas.
"Betul, ini (data Dinkes Malang) lebih valid
untuk sementara waktu," jelas Emil, Minggu (2/10). Menurut Emil, data
korban jiwa yang valid adalah milik Dinkes Malang, yakni 131 korban jiwa.
Emil kemudian menerangkan soal perbedaan data antara
BPBD dan Dinkes Malang. Dia menyebut perbedaan data jumlah korban karena ada
potensi data ganda.
"Tadi saya dikutip menyampaikan data BPBD, tapi
setelah saya cek ada potensi data ganda atau double counting karena ada korban
jiwa yang tidak teridentifikasi, maka bisa double entry dari sumber-sumber yang
berbeda yang direkap BPBD," kata Emil.
Emil sebelumnya juga menyampaikan, berdasarkan data BPBD Jatim, korban tewas
tragedi Kanjuruhan sebanyak 174. Namun data Dinkes menyatakan korban jiwa
sebanyak 131 orang.
Emil mengatakan ada 8 rumah sakit rujukan untuk
para korban, yakni RSUD Kanjuruhan, RS Wava Husada, Klinik Teja Husada, RSUD
Saiful Anwar, RSI Gondanglegi, RSU Wajak Husada, RSB Hasta husada, dan RSUD
Mitra Delima.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Malang, drg Wiyanto Wijoyo
mengungkapkan, secara medis, penyebab kematian korban tragedi Kanjuruhan adalah
sesak napas. Wiyanto juga menyebut sejumlah korban mengalami luka dan patah
tulang.
"Situasi panik karena chaos dan terinjak-injak.
Kalau secara medis karena sesak napas. Untuk kondisi tubuh, ada yang luka-luka,
patah tulang ada," kata Wiyanto.
Diketahui, penggunaan gas air mata di dalam Stadion
Kanjuruhan, Malang, untuk membubarkan ricuh suporter disorot saat Federasi
Sepak Bola Internasional (FIFA) justru melarang penggunaan gas air mata di
stadion. Larangan penggunaan gas air mata tertuang dalam FIFA Stadium Safety
and Security Regulations. Pada pasal 19 b tertulis, 'No firearms or "crowd
control gas" shall be carried or used'. Bunyi aturan ini intinya senjata
api atau gas untuk mengontrol kerumunan dilarang dibawa serta digunakan.
Penggunaan
gas air mata oleh polisi dalam kerusuhan di Kanjuruhan bermula saat para
suporter Arema menyerbu lapangan setelah timnya kalah melawan Persebaya dengan
skor 2-3. Banyaknya suporter yang menyerbu lapangan dan disebut sudah anarkis
direspons polisi dengan menghalau dan menembakkan gas air mata. Tembakan gas
air mata tersebut membuat para suporter panik, berlarian, dan terinjak-injak.
(Dtc)
Berita Lainnya
-
Menteri Pendidikan: Gaji Guru ASN Naik Satu Kali Gaji, Gaji Guru Non-ASN Naik 2 Juta
Selasa, 26 November 2024 -
MK Tolak Uji Materi Penyediaan Kotak Kosong di Pilkada Seluruh Daerah
Sabtu, 16 November 2024 -
Kemendagri Resmi Larang Kepala Daerah Sebar Bansos Jelang Pilkada
Kamis, 14 November 2024 -
Indonesia Peringkat Kedua Kasus TBC Terbanyak, Capai 1 Juta Lebih
Selasa, 12 November 2024