• Jumat, 26 April 2024

Masjid Jami' Kotabumi, Saksi Bisu Takluknya Agresi Militer Belanda di Sumatera Selatan

Jumat, 19 Agustus 2022 - 13.55 WIB
803

Masjid Jami' Kotabumi, Saksi Bisu Takluknya Agresi Militer Belanda di Sumatera Selatan,

Kupastuntas.co, Lampung Utara - Tertanggal 15 Juni 1946 disepakati sebagai hari lahirnya Kabupaten Lampung Utara, yang merupakan salah satu kabupaten tertua di Provinsi Lampung dengan berbagai cerita masa lampau baik itu perjuangan, perlawanan, kesedihan, serta kebahagaian yang dilaluinya.

“Jas merah”, jangan sekali-kali melupakan sejarah kata Bung Karno, mengisyaratkan pentingnya mempelajari sejarah masa lampau.

Sayangnya, tidak semua orang mengetahui dan peduli terhadap sejarah kemerdekaan terlebih lagi sejarah perjuangan di daerah, seperti di Lampung Utara.

Sembari menyantap bubur kacang hijau yang masih hangat, H.Sholeh (95) Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) wilayah Lampung Utara, yang ditemani oleh Syauki Mihsan (76) Wakil Ketua DHC Lampura, bercerita panjang.

Penuh semangat dan nasihat, ia menggambarkan peran serta para Laskar Kotabumi menahan agresi milier Belanda di medan pertempuran.

"Laskar Kotabumi pernah dikirimkan ke pertempuran di Martapura, banyak yang gugur dan disebut sebagai pahlawan tak dikenal," ujar Syauki.

Pada tahun 1947, para pasukan laskar asal Kotabumi, dikirimkan ke luar daerah untuk mencegah masuknya para pasukan Belanda di tanah 'ragam tunas Lampung' tersebut.

"Para Laskar bertempur di arah Gunung Sugih sana, dan Martapura untuk mencegah tidak masuk ke daerah kita," kata Syauki.

Bermodalkan senjata rampasan, secara hitung-hitungan matematis para pasukan Laskar asal Kotabumi kalah telak dibandingkan dengan pasukan Belanda.

400 orang lebih Laskar Golok yang berasal dari berbagai daerah termasuk Laskar Kotabumi kata Syauki, menyerbu Martapura tetapi sebelum sampai ke Martapura pergerakan mereka telah diketahui oleh Belanda, dan dijepit dari berbagai sisi dan terjadilah pertempuran yang tidak seimbang di Batu Raja.

"200 Laskar gugur, 112 Tentara gugur, dan sisanya hilang tidak diketahui," tandasnya.

Batumerta, adalah tempat gugurnya para pejuang Laskar asal Kotabumi, penamaan Batu Merta disebabkan oleh pertempuran tersebut berada di antara wilayah Batu Raja dan Martapura dengan singkatan Batumerta.

Strategi perlawanan yang dilakukan oleh Laskar Kotabumi adalah dengan melakukan pencegatan bukan dengan menunggu sehingga Belanda tidak masuk dan menginjakan kaki di Lampung Utara.

27 Desember 1949, Wilayah Sumatra Selatan yang dikuasai oleh Belanda diserahkan kepada kedaulatan Indonesia yang berlokasi di lapangan Kabupaten saat itu, yang saat ini menjadi lokasi Masjid Jami' Kotabumi.

"Penyerahan tersebut yang dilakukan di lapangan Masjid Jami' Kotabumi, hal itu menununjukan kita memiliki peranan penting terhadap kemerdekaan," tandas Syauki.

Sayangnya, saksi bisu Masjid Jami' sebagai lokasi pusat Wilayah Sumatra Selatan melawan agresi militer Belanda belum direalisasikan sebagai momen sejarah.

"Kita sudah mengusulkan, tetapi karena keterbatasan dana belum terealisasi," tandasnya.

Kini, masjid Jami' Kotabumi sebagai masjid agung milik Lampung Utara, dan tidak banyak yang mengetahui bahwa lokasi berdirinya masjid tersebut adalah saksi bisu Belanda menyerahkan bagian Sumatra Selatan kepada Indonesia.

"Pemerintah daerah sekarang, belum tentu tau sejarah itu," ucapnya.

Takluknya agresi militer Belanda di Wilayah Sumatra Selatan ditandai dengan penyerahan kedaulatan tersebut di Masjid Jami Kotabumi, penyerahan tersebut dihadiri dari berbagai negara yaitu Belanda, Belgia, Amerika, Australia, dan Prancis.

"Yang hadir dari Indonesia adalah Kolenel M. Simbolon Panglima Devisi Garuda, Letkol Samakmum Komadan Sub Teritorial Lampung, Mr. Gili Harun Residen Darurat Lampung, Mayor Nurdin Danyon Mobil Front Utara, Komisaris Polisi Cik Agus Kapolda Lampung, Ahmad Akuan Bupati Lampura," ujarnya.

Dengan semangat yang masih membara, Syauki berpesan bahwa generasi muda harus paham dan terus mempelajari sejarah.

"Genearasi muda saat ini jangan mau dipecah belah, kita dulu gak bisa merdeka karena pecah belah, barulah momentum lahirnya Budi Utomo dan Sumpah Pemuda menyadarkan kita tentang pentingnya persatuan," tutur Syauki.

Sepenggal cerita perjuangan kemerdekaan oleh Laskar asal Kotabumi yang telah gugur mendahului kita, sudah selayaknya menjadi pembejalaran patriotisme yang sesungguhnya, momen sejarah seperti masjid jami' Kotabumi yang belum dikelola menjadi wisata sejarah sudah harus menjadi perhatian oleh Pemerintah setempat sesuai dengan harapan para veteran-veteran yang telah berjuang. (*)