Masjid Jami' Kotabumi, Saksi Bisu Takluknya Agresi Militer Belanda di Sumatera Selatan
Kupastuntas.co, Lampung
Utara - Tertanggal 15 Juni 1946 disepakati sebagai hari lahirnya Kabupaten
Lampung Utara, yang merupakan salah satu kabupaten tertua di Provinsi Lampung
dengan berbagai cerita masa lampau baik itu perjuangan, perlawanan, kesedihan,
serta kebahagaian yang dilaluinya.
“Jas merah”, jangan
sekali-kali melupakan sejarah kata Bung Karno, mengisyaratkan pentingnya
mempelajari sejarah masa lampau.
Sayangnya, tidak
semua orang mengetahui dan peduli terhadap sejarah kemerdekaan terlebih lagi
sejarah perjuangan di daerah, seperti di Lampung Utara.
Sembari menyantap
bubur kacang hijau yang masih hangat, H.Sholeh (95) Ketua Legiun Veteran
Republik Indonesia (LVRI) wilayah Lampung Utara, yang ditemani oleh Syauki
Mihsan (76) Wakil Ketua DHC Lampura, bercerita panjang.
Penuh semangat dan
nasihat, ia menggambarkan peran serta para Laskar Kotabumi menahan agresi
milier Belanda di medan pertempuran.
"Laskar
Kotabumi pernah dikirimkan ke pertempuran di Martapura, banyak yang gugur dan
disebut sebagai pahlawan tak dikenal," ujar Syauki.
Pada tahun 1947,
para pasukan laskar asal Kotabumi, dikirimkan ke luar daerah untuk mencegah
masuknya para pasukan Belanda di tanah 'ragam tunas Lampung' tersebut.
"Para Laskar bertempur di arah Gunung Sugih sana, dan Martapura untuk mencegah tidak masuk ke daerah kita," kata Syauki.
Bermodalkan senjata
rampasan, secara hitung-hitungan matematis para pasukan Laskar asal Kotabumi
kalah telak dibandingkan dengan pasukan Belanda.
400 orang lebih
Laskar Golok yang berasal dari berbagai daerah termasuk Laskar Kotabumi kata
Syauki, menyerbu Martapura tetapi sebelum sampai ke Martapura pergerakan mereka
telah diketahui oleh Belanda, dan dijepit dari berbagai sisi dan terjadilah
pertempuran yang tidak seimbang di Batu Raja.
"200 Laskar gugur,
112 Tentara gugur, dan sisanya hilang tidak diketahui," tandasnya.
Batumerta, adalah
tempat gugurnya para pejuang Laskar asal Kotabumi, penamaan Batu Merta
disebabkan oleh pertempuran tersebut berada di antara wilayah Batu Raja dan
Martapura dengan singkatan Batumerta.
Strategi perlawanan
yang dilakukan oleh Laskar Kotabumi adalah dengan melakukan pencegatan bukan
dengan menunggu sehingga Belanda tidak masuk dan menginjakan kaki di Lampung
Utara.
27 Desember 1949,
Wilayah Sumatra Selatan yang dikuasai oleh Belanda diserahkan kepada kedaulatan
Indonesia yang berlokasi di lapangan Kabupaten saat itu, yang saat ini menjadi
lokasi Masjid Jami' Kotabumi.
"Penyerahan
tersebut yang dilakukan di lapangan Masjid Jami' Kotabumi, hal itu menununjukan
kita memiliki peranan penting terhadap kemerdekaan," tandas Syauki.
Sayangnya, saksi
bisu Masjid Jami' sebagai lokasi pusat Wilayah Sumatra Selatan melawan agresi
militer Belanda belum direalisasikan sebagai momen sejarah.
"Kita sudah
mengusulkan, tetapi karena keterbatasan dana belum terealisasi,"
tandasnya.
Kini, masjid Jami'
Kotabumi sebagai masjid agung milik Lampung Utara, dan tidak banyak yang
mengetahui bahwa lokasi berdirinya masjid tersebut adalah saksi bisu Belanda
menyerahkan bagian Sumatra Selatan kepada Indonesia.
"Pemerintah
daerah sekarang, belum tentu tau sejarah itu," ucapnya.
Takluknya agresi
militer Belanda di Wilayah Sumatra Selatan ditandai dengan penyerahan
kedaulatan tersebut di Masjid Jami Kotabumi, penyerahan tersebut dihadiri dari
berbagai negara yaitu Belanda, Belgia, Amerika, Australia, dan Prancis.
"Yang hadir
dari Indonesia adalah Kolenel M. Simbolon Panglima Devisi Garuda, Letkol
Samakmum Komadan Sub Teritorial Lampung, Mr. Gili Harun Residen Darurat
Lampung, Mayor Nurdin Danyon Mobil Front Utara, Komisaris Polisi Cik Agus
Kapolda Lampung, Ahmad Akuan Bupati Lampura," ujarnya.
Dengan semangat
yang masih membara, Syauki berpesan bahwa generasi muda harus paham dan terus
mempelajari sejarah.
"Genearasi
muda saat ini jangan mau dipecah belah, kita dulu gak bisa merdeka karena pecah
belah, barulah momentum lahirnya Budi Utomo dan Sumpah Pemuda menyadarkan kita
tentang pentingnya persatuan," tutur Syauki.
Sepenggal cerita
perjuangan kemerdekaan oleh Laskar asal Kotabumi yang telah gugur mendahului
kita, sudah selayaknya menjadi pembejalaran patriotisme yang sesungguhnya,
momen sejarah seperti masjid jami' Kotabumi yang belum dikelola menjadi wisata
sejarah sudah harus menjadi perhatian oleh Pemerintah setempat sesuai dengan harapan
para veteran-veteran yang telah berjuang. (*)
Berita Lainnya
-
Kecewa Dipecat karena Mencuri, Mantan Satpam Bakar Kantor Pelayanan Pajak Lampung Utara
Senin, 09 Desember 2024 -
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya 2024 di Gunung Sadar Lampura Diduga Syarat Penyelewengan
Selasa, 03 Desember 2024 -
Hadiri Pembukaan Turnamen Futsal Ardjuno Cup Bukit Kemuning, Arinal Djunaidi Janji Bangun Gedung Futsal Jika Terpilih
Rabu, 13 November 2024 -
Kasus Dugaan Penganiayaan, Pengacara Korban Desak Polisi Tetapkan Kades Mekar Asri Lampura Jadi Tersangka
Rabu, 30 Oktober 2024