• Kamis, 18 April 2024

Naufal, Pemuda Asal Pringsewu Raup Jutaan Rupiah Dari Tanaman Hidroponik

Selasa, 16 Agustus 2022 - 17.53 WIB
384

Naufal Farhani Kamal saat mengenali tanaman hidroponik. Foto : Gamel/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Pringsewu - Merintis usaha di usia muda pastinya menjadi hal yang diinginkan oleh semua orang. Selain dapat menjajal langsung pengalaman berniaga, juga dapat merasakan buah dari hasil usaha berupa pundi-pundi rupiah. 

Masih banyak kaula muda-mudi di luar sana yang bingung atau takut untuk memulai sebuah usaha, namun tidak untuk Naufal Farhani Kamal, seorang warga Pringsewu lulusan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan Agribisnis tahun 2020 lalu ini. 

Naufal akrabnya telah melakoni usaha Hidroponik tanaman seledri sejak September tahun 2020 lalu. 

Ia menceritakan bahwa awalnya ia mengenal konsep Hidroponik atau menanam tanpa tanah dan cangkul dari tahun 2017.

Dimana saat itu, orang tuanya sudah mulai melakukan pola menanam secara hidroponik. Namun kegiatan yang dilakukan oleh orang rumahnya itu belum mengungah hatinya untuk ikut mencoba bertanam dengan konsep tersebut. 

Lalu, sejak dirinya melanjutkan sekolah di Yogyakarta, ia mulai tertarik dan masuk ke dalam isu lingkungan dan saat itu dirinya sempat melihat fenomena sapi yang memakan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 

Mengetahui kondisi itu, Naufal beserta teman-temanya berinisiatif untuk membuat  hidroponik skala rumahan dengan memanfaatkan barang bekas yang ada disekitar mereka pada saat itu. 

"Jadi kita memungut sampah dari satu kotak sampah ke kotak sampah lain untuk membuat hidroponik sekala rumahan dari barang bekas, setelah itu mulai berjalan lalu mulai suka," ucap Naufal, Selasa (16/8/2022).

Ketertarikanya terus ia lanjutkan saat dirinya kembali ke kampung halaman, Pringsewu. Di tahun yang sama hingga memiliki usaha Hidroponik tanaman selada yang dinamai Hidroponik Geh Farm yang berlokasi di Pekon Sidoharjo, Pringsewu. 

Ada cerita menarik dari sosok Naufal sebelum dirinya mulai menjalankan bisnis  hidroponik di Pringsewu. 

Setelah pulang dari Yogyakarta menamatkan pendidikan, dirinya sempat bekerja sebagai formulator sales pestisida beberapa bulan di wilayah Pringsewu dan Pesawaran. 

"Dari hasil uang tabungan kerja itu baru mulai membangun green house pertama untuk memulai hidroponik. Setelah jadi green house pertama, saya mengalami kegagalan selama kurang lebih 6 bulan. Modal lumayan terkuras, dengan kondisi awal itu, ada rasa ingin menyerah," ucapnya. 

Saat ini ia bersama 9 rekannya terus aktif dalam melakukan penanaman secara hidroponik di lahan seluas sekitar 300 meter persegi. 

Hingga saat ini ia telah memasarkan produknya di Pringsewu  hingga ke Bandar Lampung dengan meraup omset jutaan rupiah per bulannya. 

"Pemasaran alhamdulillah kita ada di Pringsewu sendiri hingga sampai ke Bandar Lampung, kontrak ke rumah-rumah makan," katanya. 

Naufal sendiri berencana akan merambah pada tanaman lain usai mencapai target market leader usaha tanaman selada hidroponik mereka pada 2023 mendatang. 

Per harinya ia bisa memanen selada hidroponik sebanyak 12 kg, yang mana hasil ini ada yang akan dipasok ke rumah makan dan dijual secara eceran dengan harga Rp 5 ribu per satu kantong plastik kecil. 

"Dengan menanam sayuran pola hidroponik, masa panen dapat terukur dan biasa hanya memakan waktu 35-40 hari untuk bisa dipanen. Kalau lagi banyak per harinya bisa 12 kg. Kita setiap hari bisa panen karena setelah dipanen langsung kita tanam kembali yang baru," jelanya. 

"Kita juga melakukan pemasaran yang namanya "One day promotion" di dekat chandra, pendopo dan di depan Multi M dan minggu di dekat jembatan arah menuju kantor pemda pringsewu tapi tidak setiap hari, hanya hari-hari tertentu setiap minggunya," lanjutnya. 

Pemuda berusia 25 tahun yang telah dinobatkan sebagai Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian RI pada tahun 2021 lalu mengaku bahwa dirinya terjun dalam kegiatan tersebut karena ingin mengajak serta mengubah mindset anak muda tentang dunia pertanian. 

Menurutnya, anak muda zaman sekarang sudah mulai enggan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pertanian, karena image atau kesan yang timbul dibenak orang-orang terhadap sektor pertanian masih disangkutpautkan dengan hal yang kotor bahkan hingga kemiskinan. 

Padahal, sektor pertanian termasuk konsep hidroponik memiliki potensi yang cukup menjanjikan di masa yang akan datang, terlebih untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia terutama di Pringsewu. 

"Misi pertama kita terjun ke sektor pertanian salah satunya untuk meng-influence teman-teman muda untuk membangun sektor pertanian, karena ini akan berkaitan erat dengan ketahanan pangan. Selain itu, sektor pertanian masih dikaitkan dengan faktor kemiskinan, kotor dan pandangan buruk lainnya. Oleh karena itu, kita ingin mengubah image atau sudut pandang mereka akan pertanian," terangnya. 

Naufal yakin bahwa dengan konsep Hidroponik yang terus berkembang saat ini mampu untuk mengubah pandangan negatif orang-orang pada sektor pertanian dan bisa menumbuhkan minat masyarakat untuk mulai mencoba merambah usaha di dunia pertanian. 

"Dan pada saat pulang ke Pringsewu lalu melihat data BPS bahwa di pringsewu banyak lahan-lahan yang telah beralih fungsi. Dan kemunduran minat anak muda untuk turun di sektor pertanian. Jadi saya rasa dengan metode hidroponik ini atau bertani tanpa mencangkul itu bisa mengubah sedikit pola pikir mereka untuk mau terjun ke sektor pertanian," jelasnya. 

Selain itu, kontribusi yang dilakukan oleh dirinya bersama rekan-rekanya untuk mengenalkan serta menghidupkan minat warga Pringsewu dengan menjadi pemateri di beberapa pondok pesantren di Pringsewu, bahkan hingga menjadi pemateri untuk ibu-ibu bhayangakri di Polres setempat. 

"Agar para santri tidak hanya belajar agama tapi juga bisa belajar tentang bidang lain. Selain itu, pernah juga  mengisi materi ke ibu-ibu bhayangkari di Polres, dan sempat menjadi pemateri secara online lewat zoom ke mahasiswa atau kampus bahkan ke kampus sendiri," terangnya lagi. 

Naufal menyampaikan selama dirinya menjalankan pola tanaman hidroponik, tanaman yang ia tanam itu tidak lepas dari hama terutama ulat.

"Kalau hama tetap ada, cuma kita atasinya dengan OTT atau operasi tangkap tangan," candanya sambil tertawa kecil. 

Dirinya bersyukur dengan bisnis yang ia punya dan jalani bersama teman-temannya ini. Ia berharap agar suatu hari nanti usaha yang ia geluti dapat berkembang lebih baik lagi di kemudian hari. 

Naufal juga berpesan pada para anak muda untuk berani memulai hal yang mereka sukai di bidang apa pun itu, karena dengan memulai hal yang kita senangi maka nantinya hal tersebut mungkin saja akan menjadi jalan hidup kita kedepannya. 

"Lakukan hal yang kita senangi, itu dulu hal yang pertama. Karena kalau kita tidak melakukan hal yang kita cintai, nantinya kita hanya akan menjalankannya dengan setangah hati. Mulai saja dulu, apa pun itu selagi bernilai positif bagi diri sendiri dan orang lain," pesannya. (*)

Editor :