• Jumat, 29 Maret 2024

Melepas Penat di Ekowisata Mangrove Petengoran Pesawaran, Tawarkan Pemandangan Indah dan Edukasi

Senin, 15 Agustus 2022 - 14.13 WIB
202

Salah satu pemandangan alam yang disajikan Ekowisata Mangrove Petengoran bagi pengunjung yang datang. Foto: Yugo/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Pesawaran - Ekowisata Mangrove Petengoran adalah salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Pesawaran yang terletak di Desa Gebang Kecamatan Padang Cermin, dengan luas 110 hektar.

Ekowisata Mangrove Petengoran selalu ramai para pengunjung saat akhir pekan. Ketika berkunjung ke tempat wisata ini, para pengunjung akan disuguhi pemandangan alam yang indah, pepohonan magrove yang rindang, ditambah udara sejuk dan nyaman, cocok menjadi tempat melepas penat setelah lelah beraktivitas sehari-hari.

Pengunjung dapat bersantai dalam gazebo dan berkeliling dengan jalan kaki menikmati keindahan pohon mangrove setinggi 5 hingga 10 meter di dalam lorong hutan mangrove.

Ekowisata Mangrove ini memiliki beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh para pengunjung, seperti musholla yang bernama Hadiqotul Mangrove, gazebo untuk duduk bersantai, dan tempat makan yang didirikan mengapung diatas air laut.

Selain fasilitas tersebut, di dalam ekowisata mangrove terdapat spot-spot foto bagi pengunjung yang ingin mengabadikan momen liburan bersama keluarga. Ketika berada di dalam, mata akan dimanjakan dengan keindahan pepohonan magrove tinggi menjulang berada di kanan dan kiri jalan.

Ekowisata Mangrove Petengoran terbagi 3 zona wilayah. Zona pertama berbatasan dengan bukit Ringgung, zona kedua berbatasan dengan pantai Dewi Mandapa, serta zona ketiga berbatasan dengan Pulau Manghitam.

Ekowisata Mangrove Petengoran dikelola oleh Pemerintah Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan juga Kelompok Pelestari Mangrove Petengoran.

Ketua Kelompok Pelestari Mangrove Petengoran, Toni mengatakan ekowisata tersebut berawal dari adanya penyakit malaria di Desa Gebang. Bahkan, Kecamatan Padang Cermin ditetapkan sebagai zona merah pada tahun 2011.

"Hal itu dipicu karena dulu banyak tambak udang sekitar mangrove yang terlantar akhirnya menjadi tempat berkembang nyamuk," katanya saat dimintai keterangan. Senin, (15/08/2022).

Setelah kejadian tersebut, Toni juga mengatakan masyarakat terbantu dengan adanya mangrove sebagai obat alternatif.

"Pohon-pohon mangrove ini membuat nyamuk-nyamuk tidak ada. Dan penyakit malaria di Desa Gebang berkurang," ujarnya.

Ia menjelaskan ekowisata mangrove petengoran memiliki luas 110 hektar.

"Awalnya, hutan mangrove ini memiliki luas 115 hektar. Tetapi pada tahun 2014, terdapat pemekaran desa membuatnya berkurang sekitar 5 hektar yang menjadi 110 hektar saat ini," jelasnya.

Ia juga menjelaskan ekowisata mangrove sudah dilegalkan berdasarkan peraturan desa.

"Pada tahun 2016, ekowisata mangrove ini sudah kita legalkan berdasarkan Peraturan Desa No. 1 Tahun 2016," tuturnya.

Toni mengungkapkan pembukaan ekowisata mangrove dimulai pada Maret tahun 2020.

"Setelah kita mendapatkan legal dari pemerintah desa, ekowisata ini dibuka untuk umum pada bulan Maret tahun 2020," ungkap Toni.

Ia mengatakan untuk para pengunjung yang akan memasuki ekowisata mangrove petengaron cukup membayar Rp 15.000 per orang.

"Harga masuk tersebut kami kumpulkan dan gunakan untuk perawatan ekowisata mangrove ini," katanya.

Selain tempat untuk berwisata, Toni menuturkan hutan mangrove ini bisa untuk edukasi para masyarakat serta mahasiswa yang melakukan penelitian.

"Biasanya ada dari mahasiswa yang datang kesini melakukan observasi atau penelitian selama 3 bulan. Para mahasiswa tersebut dari Unila, Unsri, Airlangga, dan lain-lain," tutur Toni.

Ia juga mengatakan keberadaan hutan mangrove berperan penting dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan.

"Hutan mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air, seperti penghasil oksigen serta penyerap gas karbon dioksida," ujar Toni.

Selain berperan penting dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan, Toni mengungkapkan berbagai manfaat yang diberikan oleh hutan mangrove ini untuk biota laut.

"Sebagai tempat mencari makan, berkembang biak atau pemijahan serta memberikan perlindungan dan tempat asuhan," pungkas Toni.

Salah satu pengunjung Anggit (24) mengatakan suguhan pemandangan alam yang indah, memberikan kesan tersendiri baginya.

"Saya kesini melepas penat setelah bekerja seharian. Rasa stress dalam bekerja hilang saat melihat pemandangan yang indah dan udaranya sejuk," katanya.

Ia berharap jalan masuk kedalam ekowisata mangrove Petengoran segera diperbaiki, pasalnya jalan masuk kedalam ekowisata masih berbatuan dan bergelombang.

"Sayang banget sih jalan masuk ke sini kurang bagus, itu sebabnya pengunjung lainnya kurang minat datang kesini. Kalau jalan masuknya bagus kan, banyak pengunjung. Jadi rame setiap harinya. Tapi saya tidak menyesal datang kesini, pemandangannya indah, dan udaranya sejuk," pungkas Anggit lagi. (*)

Berita Lainnya

-->