Melepas Penat di Ekowisata Mangrove Petengoran Pesawaran, Tawarkan Pemandangan Indah dan Edukasi
Kupastuntas.co,
Pesawaran - Ekowisata Mangrove Petengoran adalah salah satu destinasi wisata andalan
Kabupaten Pesawaran yang terletak di Desa Gebang Kecamatan Padang Cermin,
dengan luas 110 hektar.
Ekowisata Mangrove
Petengoran selalu ramai para pengunjung saat akhir pekan. Ketika berkunjung ke tempat
wisata ini, para pengunjung akan disuguhi pemandangan alam yang indah, pepohonan
magrove yang rindang, ditambah udara sejuk dan nyaman, cocok menjadi tempat melepas
penat setelah lelah beraktivitas sehari-hari.
Pengunjung dapat
bersantai dalam gazebo dan berkeliling dengan jalan kaki menikmati keindahan pohon
mangrove setinggi 5 hingga 10 meter di dalam lorong hutan mangrove.
Ekowisata Mangrove
ini memiliki beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh para pengunjung,
seperti musholla yang bernama Hadiqotul Mangrove, gazebo untuk duduk bersantai,
dan tempat makan yang didirikan mengapung diatas air laut.
Selain fasilitas
tersebut, di dalam ekowisata mangrove terdapat spot-spot foto bagi pengunjung yang
ingin mengabadikan momen liburan bersama keluarga. Ketika berada di dalam, mata
akan dimanjakan dengan keindahan pepohonan magrove tinggi menjulang berada di
kanan dan kiri jalan.
Ekowisata Mangrove
Petengoran terbagi 3 zona wilayah. Zona pertama berbatasan dengan bukit
Ringgung, zona kedua berbatasan dengan pantai Dewi Mandapa, serta zona ketiga
berbatasan dengan Pulau Manghitam.
Ekowisata Mangrove
Petengoran dikelola oleh Pemerintah Desa melalui Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes) dan juga Kelompok Pelestari Mangrove Petengoran.
Ketua Kelompok
Pelestari Mangrove Petengoran, Toni mengatakan ekowisata tersebut berawal dari
adanya penyakit malaria di Desa Gebang. Bahkan, Kecamatan Padang Cermin ditetapkan
sebagai zona merah pada tahun 2011.
"Hal itu
dipicu karena dulu banyak tambak udang sekitar mangrove yang terlantar akhirnya
menjadi tempat berkembang nyamuk," katanya saat dimintai keterangan.
Senin, (15/08/2022).
Setelah kejadian
tersebut, Toni juga mengatakan masyarakat terbantu dengan adanya mangrove
sebagai obat alternatif.
"Pohon-pohon
mangrove ini membuat nyamuk-nyamuk tidak ada. Dan penyakit malaria di Desa
Gebang berkurang," ujarnya.
Ia menjelaskan
ekowisata mangrove petengoran memiliki luas 110 hektar.
"Awalnya,
hutan mangrove ini memiliki luas 115 hektar. Tetapi pada tahun 2014, terdapat
pemekaran desa membuatnya berkurang sekitar 5 hektar yang menjadi 110 hektar saat
ini," jelasnya.
Ia juga menjelaskan
ekowisata mangrove sudah dilegalkan berdasarkan peraturan desa.
"Pada tahun
2016, ekowisata mangrove ini sudah kita legalkan berdasarkan Peraturan Desa No.
1 Tahun 2016," tuturnya.
Toni mengungkapkan
pembukaan ekowisata mangrove dimulai pada Maret tahun 2020.
"Setelah kita
mendapatkan legal dari pemerintah desa, ekowisata ini dibuka untuk umum pada
bulan Maret tahun 2020," ungkap Toni.
Ia mengatakan untuk
para pengunjung yang akan memasuki ekowisata mangrove petengaron cukup membayar
Rp 15.000 per orang.
"Harga masuk
tersebut kami kumpulkan dan gunakan untuk perawatan ekowisata mangrove
ini," katanya.
Selain tempat untuk
berwisata, Toni menuturkan hutan mangrove ini bisa untuk edukasi para
masyarakat serta mahasiswa yang melakukan penelitian.
"Biasanya ada
dari mahasiswa yang datang kesini melakukan observasi atau penelitian selama 3
bulan. Para mahasiswa tersebut dari Unila, Unsri, Airlangga, dan
lain-lain," tutur Toni.
Ia juga mengatakan
keberadaan hutan mangrove berperan penting dalam menyeimbangkan kualitas
lingkungan.
"Hutan
mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air, seperti
penghasil oksigen serta penyerap gas karbon dioksida," ujar Toni.
Selain berperan
penting dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan, Toni mengungkapkan berbagai
manfaat yang diberikan oleh hutan mangrove ini untuk biota laut.
"Sebagai
tempat mencari makan, berkembang biak atau pemijahan serta memberikan
perlindungan dan tempat asuhan," pungkas Toni.
Salah satu
pengunjung Anggit (24) mengatakan suguhan pemandangan alam yang indah,
memberikan kesan tersendiri baginya.
"Saya kesini
melepas penat setelah bekerja seharian. Rasa stress dalam bekerja hilang saat
melihat pemandangan yang indah dan udaranya sejuk," katanya.
Ia berharap jalan
masuk kedalam ekowisata mangrove Petengoran segera diperbaiki, pasalnya jalan
masuk kedalam ekowisata masih berbatuan dan bergelombang.
"Sayang banget
sih jalan masuk ke sini kurang bagus, itu sebabnya pengunjung lainnya kurang
minat datang kesini. Kalau jalan masuknya bagus kan, banyak pengunjung. Jadi
rame setiap harinya. Tapi saya tidak menyesal datang kesini, pemandangannya
indah, dan udaranya sejuk," pungkas Anggit lagi. (*)
Berita Lainnya
-
Perkuat Peran Penyuluh, Kementerian Pertanian Resmikan BPP di Pesawaran
Senin, 18 November 2024 -
Para Pedagang Pasar Kedondong Siap Menangkan Nanda – Antonius di Pilkada Pesawaran
Sabtu, 16 November 2024 -
Brigif 4 Mar/BS Gelar Rangkaian Karya Bakti di Wilayah Lampung, Tingkatkan Fasilitas Pendidikan dan Sarana Bermain
Minggu, 10 November 2024 -
Universitas Teknokrat Indonesia Turut Berkontribusi Dalam Baksos dan Bakkes Brigif 4 Marinir/BS
Kamis, 07 November 2024