• Senin, 23 Juni 2025

Kisah Mbah Tutur, Marbut Gagal Ginjal Asal Lampura

Senin, 01 Agustus 2022 - 20.50 WIB
197

Keluarga Mbah Tutur saat menerima bantuan dari Kemensos beberapa waktu lalu. Foto: Dok/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Utara - Sore hari menjelang terbenamnya matahari, terlihat sosok perempuan muda anak Mbah Tutur tersenyum manis bertegur sapa kepada setiap pengendara jalan yang lewat.

Sembari mengepel lantai rumahnya di RT 14 RW 05, Kelurahan Kota Alam, Kecamatan Kotabumi Selatan, Lampung Utara, ia mempersilahkan duduk kepada para tamu yang berkunjung ke rumahnya dan meceritakan keadaan dari ayahnya.

Fitriani (38) namanya, bagi dirinya Mbah Tutur (63) adalah seorang pemakmur masjid atau Marbut (penjaga dan pengurus masjid) yang terbiasa mendidik anak-anak untuk belajar mengaji.

Mbah Tutur juga senantiasa merawat Mushola Ar-Rahman tetap bersih menciptakan kenyamanan beribadah kepada siapa saja yang mengujunginya.


Namun kisah menyedihkan dimulai, saat mbah Tutur dinyatakan gagal ginjal sejak bulan Mei 2022, yang mengharuskannya mencuci darah dua kali dalam sepekan.

Sosok pria lanjut usia yang berusaha kuat menghadapi cobaan hidup itu, pergi cuci darah di Rumah Sakit yang berlokasi di Bandar Jaya Lampung Tengah.

Biaya yang tidak sedikit, dalam satu kali perjalanan membutuhkan uang Rp300.000. Sedangkan ia hanya berpenghasilan dari merawat Mushola dan bercocok tanam di tanah kapling milik tetangganya.

"Ya kalau untuk berobat ada saja rezeki yang datang," ujar Fitriani.

Mbah Tutur memiliki 4 orang anak yang sudah menikah, ia tidak ingin merepotkan anak-anaknya, dan memilih untuk pergi cuci darah di Lampung Tengah sendiri ataupun ditemani oleh istrinya yang juga telah sakit-sakitan.


Di rumahnya, Mbah Tutur tinggal bersama dengan istri dan dan satu anaknya yang saat ini sudah tidak bekerja untuk fokus merawat mbah Tutur.

"Saya tadinya IRT, sekarang berenti kerja karena mau urus bapak," ujar Fitriani, sembari menunjukan wajah sedihnya.

Pihak Puskesmas setempat, telah menawarkan untuk Mbah Tutur pergi cuci darah dengan harga yang murah diantar menggunakan mobil Ambulans dan membayar uang sebesar Rp100.000, namun tidak diketahui alasan pasti harga pembayaranya naik dan Mbah Tutur lebih memilih mobil Bus untuk berobat.

Mbah Tutur lebih memilih Rumah Sakit Swasta luar daerah dibandingkan dengan RSUD Ryacudu Kotabumi dengan alasan antrian yang panjang.

"Kalau di RSUD Ryacudu itu harus antrian panjang," tutur Fitriani.

Menurutnya, ayahnya telah sakit-sakitan dari dua tahun terakhir, dimana pada tahun lalu dia dinyatakan terkena penyakit kanker prostat, dan kini dia mengidap penyakit gagal ginjal.

Fitriani mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Utara.

"Kemarin dapat bantuan dari Kemensos sama lembaga sosial, kalau dari Lampung Utara belum ada," ujar Fitriani.

Sepenggal kisah pilu Mbah Tutur, sudah selayaknya dapat menggerkan hati untuk menolong sesama, baik dari unsur pemerintah maupun setiap manusia yang memiliki rasa peduli terhadap sesama.

Semoga penyakit dan kesulitan hidup Mbah Tutur, dapat diangkat dan digantikan dengan kebahagian serta kualitas hidup yang lebih baik bagi keluarga Mbah Tutur. (*)


Video KUPAS TV : Pemuda Dusun Asal Lampung Selatan Ciptakan Motor Elektronik