• Jumat, 16 Mei 2025

IDI: Kemiskinan Salah Satu Faktor Tingginya Angka Stunting

Senin, 01 Agustus 2022 - 20.03 WIB
160

Ilustrasi

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bandar Lampung dr Khadafi Indrawan menyebutkan, kemiskinan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka stunting.

"Kemiskinan menjadi salah satu faktor mempengaruhi angka stunting, karena tidak tercukupi asupan gizi, makanya dibutuhkan peran pemerintah cukup tinggi," kata Khadafi.

Oleh karenanya, pencegahan dini kasus stunting perlu dilakukan mulai dari masa kehamilan hingga anak usia muda. Selain itu tidak hanya pola makan, namun kebersihan lingkungan dan hidup sehat juga dibutuhkan.

"Anak yang bergejala stunting harus segera dilaporkan ke rumah sakit atau puskesmas terdekat, agar memperoleh perawatan khusus. Gejala umum stunting yakni tidak imbangnya antara tinggi badan dan berat badan dengan usia," katanya.

Di lain pihak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kota Bandar Lampung mencatat, lebih dari 75 persen penduduk yang sudah menikah di kota setempat tercatat aktif mengikuti program Keluarga Berencana (KB).

"Untuk KB alhamdulillah, untuk peserta aktif di kota Bandar Lampung cukup banyak sekitar 75 persenan ke atas, belum lagi peserta baru selalu bertambah," ujar Plt Kepala BKKBN Kota Bandar Lampung Santi Sundari, usai acara Aksi ke-3 Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Aula Gedung Semergou, Senin (1/8/2022).

Namun demikian jelas Santi, yang menjadi persoalan saat ini adalah adanya pasangan suami istri ekonomi menengah ke atas dan sudah pintar melihat teknologi. Mereka tidak mau KB, kemudian mereka juga tidak mau punya anak.

Hal itu jelasnya, karena mereka sudah lebih paham menjarangkan kehamilan seperti memakai alat kontrasepsi pria ataupun misalnya menghitung masa subur.

"Nah artinya mereka sudah paham, mereka juga malas menggunakan KB mungkin karena ada efek samping nya juga. Jadi banyak sekali pasangan suami istri terutama yang muda tidak mau jadi peserta KB dan mereka juga tidak mau hamil karena mereka sudah tahu caranya," ungkap dia.

Akan tetapi kata Santi, pihaknya juga melakukan penyuluhan ke setiap sekolah kemudian bagi remaja putri diberikan tablet penambah darah, sehingga pada saat menjadi calon pengantin tidak terjadi anemia.

"Pengedukasian ini kami selalu lakukan setiap tahun nya di sekolah-sekolah. Ini dilakukan juga karena untuk mencegah terjadinya stunting," ucap dia.

Lantaran jelasnya, stunting menyerang pada siapa saja tidak mengenal ekonomi menengah kebawah namun juga bisa didapat pada anak yang orang tuanya mampu.

"Mungkin karena orang tuanya pekerja sehingga kurangnya waktu untuk mengurusi anak, sehingga terjadi stunting. Selain itu kehamilan yang tidak diinginkan. Misal, pasangan suami istri belum siap atau sudah punyak 2 anak, akhirnya menyepelekan kehamilan selanjutnya," ungkap dia. (*)