IDI: Kemiskinan Salah Satu Faktor Tingginya Angka Stunting

Ilustrasi
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ketua Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) Kota Bandar Lampung dr Khadafi Indrawan menyebutkan, kemiskinan
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka stunting.
"Kemiskinan menjadi salah satu faktor mempengaruhi
angka stunting, karena tidak tercukupi asupan gizi, makanya dibutuhkan peran
pemerintah cukup tinggi," kata Khadafi.
Oleh karenanya, pencegahan dini kasus stunting perlu
dilakukan mulai dari masa kehamilan hingga anak usia muda. Selain itu tidak
hanya pola makan, namun kebersihan lingkungan dan hidup sehat juga dibutuhkan.
"Anak yang bergejala stunting harus segera dilaporkan
ke rumah sakit atau puskesmas terdekat, agar memperoleh perawatan khusus.
Gejala umum stunting yakni tidak imbangnya antara tinggi badan dan berat badan
dengan usia," katanya.
Di lain pihak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Kota Bandar Lampung mencatat, lebih dari 75 persen penduduk yang
sudah menikah di kota setempat tercatat aktif mengikuti program Keluarga Berencana
(KB).
"Untuk KB alhamdulillah, untuk peserta aktif di kota
Bandar Lampung cukup banyak sekitar 75 persenan ke atas, belum lagi peserta
baru selalu bertambah," ujar Plt Kepala BKKBN Kota Bandar Lampung Santi
Sundari, usai acara Aksi ke-3 Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Aula
Gedung Semergou, Senin (1/8/2022).
Namun demikian jelas Santi, yang menjadi persoalan saat ini
adalah adanya pasangan suami istri ekonomi menengah ke atas dan sudah pintar
melihat teknologi. Mereka tidak mau KB, kemudian mereka juga tidak mau punya
anak.
Hal itu jelasnya, karena mereka sudah lebih paham
menjarangkan kehamilan seperti memakai alat kontrasepsi pria ataupun misalnya
menghitung masa subur.
"Nah artinya mereka sudah paham, mereka juga malas
menggunakan KB mungkin karena ada efek samping nya juga. Jadi banyak sekali
pasangan suami istri terutama yang muda tidak mau jadi peserta KB dan mereka
juga tidak mau hamil karena mereka sudah tahu caranya," ungkap dia.
Akan tetapi kata Santi, pihaknya juga melakukan penyuluhan
ke setiap sekolah kemudian bagi remaja putri diberikan tablet penambah darah,
sehingga pada saat menjadi calon pengantin tidak terjadi anemia.
"Pengedukasian ini kami selalu lakukan setiap tahun nya
di sekolah-sekolah. Ini dilakukan juga karena untuk mencegah terjadinya
stunting," ucap dia.
Lantaran jelasnya, stunting menyerang pada siapa saja tidak
mengenal ekonomi menengah kebawah namun juga bisa didapat pada anak yang orang
tuanya mampu.
"Mungkin karena orang tuanya pekerja sehingga kurangnya
waktu untuk mengurusi anak, sehingga terjadi stunting. Selain itu kehamilan
yang tidak diinginkan. Misal, pasangan suami istri belum siap atau sudah punyak
2 anak, akhirnya menyepelekan kehamilan selanjutnya," ungkap dia. (*)
Berita Lainnya
-
Peringati HUT Ke-9, Puslatpurmar 8 Teluk Ratai Gelar Bakti Sosial Donor Darah
Kamis, 15 Mei 2025 -
PMI Asal Lampung Terbanyak Kelima Se-Nasional, Pemerintah Siapkan Kelas Migran di SMA/SMK
Kamis, 15 Mei 2025 -
Kakak Beradik Diduga Tewas Dibunuh, Polda Lampung Terjunkan Tim ke Pesisir Barat
Kamis, 15 Mei 2025 -
Danbrigif 4 Mar/BS Gelar Ajang ‘Ajabra Warrior’ Peringati HUT ke-22 Yonif 7 Marinir
Kamis, 15 Mei 2025