Telan Anggaran Rp1 Triliun, Terminal Agribisnis di Lamsel Terbengkalai

Salah satu bangunan di Terminal Agribisnis tampak usang dan rusak, lama terbengkalai padahal bangunan ini dibiayai hingga 1 triliun rupiah. Foto: Dok Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Lampung
Selatan - Terminal Agribisnis Lampung di Desa Gayam, Kecamatan Penengahan,
Lampung Selatan, yang diharapkan menjadi pusat distribusi hasil pertanian dari
Pulau Sumatera ke Pulau Jawa, terbengkalai. Terminal ini menjadi bangunan tua
dan tidak terpakai.
Terminal Agribisnis
dibangun pada era Gubernur Lampung Sjachroedin ZP pada tahun 2013 lalu.
Fasilitas dan bangunan terminal tersebut berdiri di atas lahan seluas 30
hektare. Kondisinya tidak terawat dan sebagian besar fasilitas yang ada rusak
parah.
Proyek ini telah menghabiskan anggaran Rp1 triliun melalui APBD Provinsi Lampung (sekitar Rp8 miliar lebih), APBN dan lembaga Japan International Cooperation Agencies (JICA) selaku konsultan.
Pantauan wartawan
Kupas Tuntas, Kamis (7/7), hampir semua bangunan dan fasilitas di Terminal
Agribisnis mengalami rusak parah. Halaman terminal dipenuhi semak belukar.
Di bagian depan
papan bertuliskan ‘Terminal Agribisnis Lampung’ sudah tidak terlihat. Di bagian
dalam, bangunan dan fasilitas yang ada sudah rusak karena tidak terawat dan
termakan usia.
Masuk ke dalam
gedung kantor terminal, barang-barang yang ada seperti lemari, kabel dan meja
sudah rusak dan pecahan kaca berserakan di lantai. Diduga fasilitas kantor
tersebut dijarah oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Besi untuk timbangan
kendaraan sudah berkarat, dan tidak tidak dapat digunakan lagi. Akibat
bertahun-tahun tidak terawat, halaman dan lahan kosong di Terminal Agribisnis
kini dimanfaatkan warga sekitar untuk bercocok tanam dengan menanam jagung.
Selain itu, lahan
di terminal juga digunakan oleh warga untuk melakukan aktivitas bongkar muat
kayu yang akan dikirim ke Pulau Jawa.
Warga setempat,
Maman mengatakan, Terminal Agribisnis sempat beroperasi namun beberapa tahun
belakangan tidak ada aktivitas lagi.
"Timbangan itu
dulunya digunakan untuk menimbang hasil bumi yang akan dikirim ke Jawa. Dulu
memang sempat berfungsi, tapi kini sudah rusak sepertinya akibat lama tidak
terpakai,” kata Maman, Kamis (7/7).
Dia mengatakan, ada
pula bangunan yang baru selesai dibangun beberapa tahun lalu dan belum sempat
ditempati, namun kini kondisinya sudah rusak parah karena lama tidak terpakai.
“Fasilitas meja,
kursi dan aset lain dalam bangunan terminal juga dijarah. Orang-orang juga
mencuri seperti pintu dan seng. Itu karena nggak ada yang menunggu, nggak ada
yang dipercayai. Rumah kita yang ditunggu saja masih kemalingan, apalagi ini
yang kosong,” ungkapnya.
Iwan, warga lainnya
mengatakan, ia bersama 10 warga lainnya kini memanfaatkan lahan kosong di
Terminal Agribisnis dengan menanam jagung.
"Saya tanam
jagung saja dari pada jadi belukar. Yang garap keliling ini sekitar 11 orang,
blok-blok gitu. Ini saya baru pertama mau tanam. Kalau warga lainnya sudah ada
yang sampai 5 tahun,” kata dia.
Iwan menuturkan,
terakhir ada petugas LLAJ yang jaga di Terminal Agribisnis. “Jadi sempat jalan
ada pengawasan tapi kemudian berhenti,” imbuhnya.
Ia menyayangkan
terbengkalainya Terminal Agribisnis yang diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar tersebut.
"Kalau Terminal
Agribisnis itu hidup pasti banyak warga yang untung, nggak capek kaya gini.
Jadi nanti kalau mau dipakai lagi ya silahkan, memang punya pemerintah,”
ujarnya.
Asisten II Bidang
Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Lampung, Kusnadi, mengatakan Pemprov tengah
berupaya mengaktifkan kembali Terminal Agribisnis tersebut.
"Nanti bisa
untuk kawasan industri, tapi kita masih mencoba merintis perizinannya karena
kalau hanya memanfaatkan lahan yang ada tidak cukup karena luasannya tidak
mencukupi. Nanti coba kita perluas, kalau bisa dikembangkan sebagai kawasan
industri. Tapi ini baru alternatif saja," kata Kusnadi, Kamis (7/7).
Kusnardi mengakui
bahwa saat ini Terminal Agribisnis tidak digunakan dan tidak ada aktivitas
apapun.
"Kita
istirahatkan dulu terminalnya. Dengan adanya jalan tol, saat ini transportasi
bisa langsung dan tidak lagi melewati Terminal Agribisnis," jelasnya.
Kusnadi
menerangkan saat ini Pemprov lebih memprioritaskan Dermaga Tanah Merah yang ada
di Kabupaten Mesuji untuk mengirim berbagai macam komoditas dari Lampung ke
Provinsi Bangka Belitung.
"Sekarang kita
juga masih merintis Dermaga Tanah Merah khusus untuk pengangkutan logistik ke
Bangka Belitung. Tetapi ini tidak menutup kemungkinan bisa ke provinsi lain
karena ini sangat strategis untuk pantai timur," katanya.
Informasi yang
dihimpun Kupas Tuntas, pembangunan seluruh fasilitas dan infrastruktur Terminal
Agribisnis Lampung menghabiskan dana sekitar Rp1 triliun. Pembangunannya
dilaksanakan dalam tiga tahap dengan sumber dana dari APBD Lampung TA 2013,
2014 dan 2016, APBN serta melibatkan lembaga Japan International
Cooperation Agencies (JICA) selaku konsultan.
Dilansir dari
laman lpse.lampungprov.go.id, pembangunan
Terminal Agribisnis menghabiskan anggaran melalui APBD Provinsi Lampung TA
2013, 2014 dan 2016 sebesar Rp8 miliar lebih.
Rinciannya, antara
lain penyusunan DED Balai Grosir dan Jalan Lingkungan Terminal Agribisnis TA
2013 Rp 124,5 juta, penyusunan DED Cold Storage Pabrik Es dan Sarana Prasarana
Air Bersih TA 2013 Rp100 juta, pengadaan Sarana Penanganan Pasca Panen TA 2013
Rp 299,7 juta, dan penyusunan masterplan Terminal Agribisnis TA 2013 Rp300
juta.
Lalu pengawasan
pembangunan gedung Balai Grosir, Cold Storage Pabrik Es dan Sarana Prasarana
Air Bersih TA 2013 Rp124,8 juta, pembangunan Cold Storage dan Pabrik Es di
Terminal Agribisnis TA 2013 Rp898,7 juta, pembangunan Gedung Balai Grosir
Terminal Agribisnis Lampung TA 2013 Rp2,5 miliar, dan pengadaan penataan dan
pemasangan jaringan listrik di Terminal Agribisnis Rp800 juta.
Selanjutnya
pengawasan rehabilitasi Terminal Agribisnis TA 2014 Rp 111 juta, pembangunan
embung TA 2014 Rp750 juta, rehabilitasi gedung Terminal Agribisnis TA 2014
Rp700 juta, pemagaran lahan Terminal Agribisnis TA 2014 Rp499,8 juta,
pembangunan Sarana Prasarana TA 2016 Rp400 juta, dan peningkatan jalan kawasan
TA 2016 Rp470 juta. (*)
Berita ini telah
terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Jumat 8 Juli 2022 dengan judul “Anggaran Rp1
Triliun, Terminal Agribisnis Terbengkalai”
Berita Lainnya
-
Polisi Temukan Jasad Bayi yang Dibuang Mahasiswa di Tegineneng
Sabtu, 21 Juni 2025 -
Polisi Tetapkan Kekasih Mahasiswi Tewas Usai Melahirkan Jadi Tersangka Pembuangan Bayi
Sabtu, 21 Juni 2025 -
Haul Bung Karno ke-55, Sutono: Momentum Wariskan Semangat Perjuangan ke Generasi Muda
Sabtu, 21 Juni 2025 -
Meriahkan Haul Bung Karno ke-55, PDI Perjuangan Lampung Gelar Festival Kuliner dan Dukung UMKM
Sabtu, 21 Juni 2025