• Sabtu, 21 Juni 2025

Telan Anggaran Rp1 Triliun, Terminal Agribisnis di Lamsel Terbengkalai

Jumat, 08 Juli 2022 - 08.16 WIB
224

Salah satu bangunan di Terminal Agribisnis tampak usang dan rusak, lama terbengkalai padahal bangunan ini dibiayai hingga 1 triliun rupiah. Foto: Dok Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Terminal Agribisnis Lampung di Desa Gayam, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, yang diharapkan menjadi pusat distribusi hasil pertanian dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa, terbengkalai. Terminal ini menjadi bangunan tua dan tidak terpakai.

Terminal Agribisnis dibangun pada era Gubernur Lampung Sjachroedin ZP pada tahun 2013 lalu. Fasilitas dan bangunan terminal tersebut berdiri di atas lahan seluas 30 hektare. Kondisinya tidak terawat dan sebagian besar fasilitas yang ada rusak parah.

Proyek ini telah menghabiskan anggaran Rp1 triliun melalui APBD Provinsi Lampung (sekitar Rp8 miliar lebih), APBN dan lembaga Japan International Cooperation Agencies (JICA) selaku konsultan. 

Pantauan wartawan Kupas Tuntas, Kamis (7/7), hampir semua bangunan dan fasilitas di Terminal Agribisnis mengalami rusak parah. Halaman terminal dipenuhi semak belukar.

Di bagian depan papan bertuliskan ‘Terminal Agribisnis Lampung’ sudah tidak terlihat. Di bagian dalam, bangunan dan fasilitas yang ada sudah rusak karena tidak terawat dan termakan usia.

Masuk ke dalam gedung kantor terminal, barang-barang yang ada seperti lemari, kabel dan meja sudah rusak dan pecahan kaca berserakan di lantai. Diduga fasilitas kantor tersebut dijarah oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Besi untuk timbangan kendaraan sudah berkarat, dan tidak tidak dapat digunakan lagi. Akibat bertahun-tahun tidak terawat, halaman dan lahan kosong di Terminal Agribisnis kini dimanfaatkan warga sekitar untuk bercocok tanam dengan menanam jagung.

Selain itu, lahan di terminal juga digunakan oleh warga untuk melakukan aktivitas bongkar muat kayu yang akan dikirim ke Pulau Jawa.

Warga setempat, Maman mengatakan, Terminal Agribisnis sempat beroperasi namun beberapa tahun belakangan tidak ada aktivitas lagi.

"Timbangan itu dulunya digunakan untuk menimbang hasil bumi yang akan dikirim ke Jawa. Dulu memang sempat berfungsi, tapi kini sudah rusak sepertinya akibat lama tidak terpakai,” kata Maman, Kamis (7/7).

Dia mengatakan, ada pula bangunan yang baru selesai dibangun beberapa tahun lalu dan belum sempat ditempati, namun kini kondisinya sudah rusak parah karena lama tidak terpakai.

“Fasilitas meja, kursi dan aset lain dalam bangunan terminal juga dijarah. Orang-orang juga mencuri seperti pintu dan seng. Itu karena nggak ada yang menunggu, nggak ada yang dipercayai. Rumah kita yang ditunggu saja masih kemalingan, apalagi ini yang kosong,” ungkapnya.

Iwan, warga lainnya mengatakan, ia bersama 10 warga lainnya kini memanfaatkan lahan kosong di Terminal Agribisnis dengan menanam jagung.

"Saya tanam jagung saja dari pada jadi belukar. Yang garap keliling ini sekitar 11 orang, blok-blok gitu. Ini saya baru pertama mau tanam. Kalau warga lainnya sudah ada yang sampai 5 tahun,” kata dia.

Iwan menuturkan, terakhir ada petugas LLAJ yang jaga di Terminal Agribisnis. “Jadi sempat jalan ada pengawasan tapi kemudian berhenti,” imbuhnya.

Ia menyayangkan terbengkalainya Terminal Agribisnis yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar tersebut.

"Kalau Terminal Agribisnis itu hidup pasti banyak warga yang untung, nggak capek kaya gini. Jadi nanti kalau mau dipakai lagi ya silahkan, memang punya pemerintah,” ujarnya.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Lampung, Kusnadi, mengatakan Pemprov tengah berupaya mengaktifkan kembali Terminal Agribisnis tersebut.

"Nanti bisa untuk kawasan industri, tapi kita masih mencoba merintis perizinannya karena kalau hanya memanfaatkan lahan yang ada tidak cukup karena luasannya tidak mencukupi. Nanti coba kita perluas, kalau bisa dikembangkan sebagai kawasan industri. Tapi ini baru alternatif saja," kata Kusnadi, Kamis (7/7).

Kusnardi mengakui bahwa saat ini Terminal Agribisnis tidak digunakan dan tidak ada aktivitas apapun.

"Kita istirahatkan dulu terminalnya. Dengan adanya jalan tol, saat ini transportasi bisa langsung dan tidak lagi melewati Terminal Agribisnis," jelasnya.

Kusnadi menerangkan saat ini Pemprov lebih memprioritaskan Dermaga Tanah Merah yang ada di Kabupaten Mesuji untuk mengirim berbagai macam komoditas dari Lampung ke Provinsi Bangka Belitung.

"Sekarang kita juga masih merintis Dermaga Tanah Merah khusus untuk pengangkutan logistik ke Bangka Belitung. Tetapi ini tidak menutup kemungkinan bisa ke provinsi lain karena ini sangat strategis untuk pantai timur," katanya.

Informasi yang dihimpun Kupas Tuntas, pembangunan seluruh fasilitas dan infrastruktur Terminal Agribisnis Lampung menghabiskan dana sekitar Rp1 triliun. Pembangunannya dilaksanakan dalam tiga tahap dengan sumber dana dari APBD Lampung TA 2013,  2014 dan 2016, APBN serta melibatkan lembaga Japan International Cooperation Agencies (JICA) selaku konsultan.

Dilansir dari laman lpse.lampungprov.go.id, pembangunan Terminal Agribisnis menghabiskan anggaran melalui APBD Provinsi Lampung TA 2013, 2014 dan 2016 sebesar Rp8 miliar lebih.

Rinciannya, antara lain penyusunan DED Balai Grosir dan Jalan Lingkungan Terminal Agribisnis TA 2013 Rp 124,5 juta, penyusunan DED Cold Storage Pabrik Es dan Sarana Prasarana Air Bersih TA 2013 Rp100 juta, pengadaan Sarana Penanganan Pasca Panen TA 2013 Rp 299,7 juta, dan penyusunan masterplan Terminal Agribisnis TA 2013 Rp300 juta.

Lalu pengawasan pembangunan gedung Balai Grosir, Cold Storage Pabrik Es dan Sarana Prasarana Air Bersih TA 2013 Rp124,8 juta, pembangunan Cold Storage dan Pabrik Es di Terminal Agribisnis TA 2013 Rp898,7 juta, pembangunan Gedung Balai Grosir Terminal Agribisnis Lampung TA 2013 Rp2,5 miliar, dan pengadaan penataan dan pemasangan jaringan listrik di Terminal Agribisnis Rp800 juta.

Selanjutnya pengawasan rehabilitasi Terminal Agribisnis TA 2014 Rp 111 juta, pembangunan embung TA 2014 Rp750 juta, rehabilitasi gedung Terminal Agribisnis TA 2014 Rp700 juta, pemagaran lahan Terminal Agribisnis TA 2014 Rp499,8 juta, pembangunan Sarana Prasarana TA 2016 Rp400 juta, dan peningkatan jalan kawasan TA 2016 Rp470 juta. (*) 

Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Jumat 8 Juli 2022 dengan judul “Anggaran Rp1 Triliun, Terminal Agribisnis Terbengkalai