• Rabu, 30 April 2025

Cerita Jatuh Bangun Suroto, Tukang Siomay yang Ingin Anaknya Sarjana

Selasa, 05 Juli 2022 - 17.12 WIB
341

Suroto saat ditemui di pinggir stand food court Mapolda Lampung, Selasa (5/7/2022). Foto: Martogi/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ditengah kemeriahan perayaan Hari Bhayangkara ke-76 di Mapolda Lampung pagi hari ini Selasa (5/7/2022), Suroto, terduduk di pinggir stand food court, mengistirahatkan tubuhnya sambil menatap panggung perayaan di tengah lapangan Polda Lampung.

Warga Rajabasa yang sudah berusia 46 tahun itu duduk dan sesekali sambil mencuci piring miliknya, tak kala juga sesekali mengelap peluh wajahnya sambil tersenyum melihat raut wajah anaknya yang masih duduk di bangku SD di depannya berjoget menikmati musik saat acara hiburan hari Bhayangkara ke-76 itu.

Suroto (46) adalah pedagang siomay yang setiap hari menjajakan dagangannya dan mangkal di kantor Samsat Bandar Lampung, Jalan Pramuka, Rajabasa. 

Pedagang siomay ini sekilas memiliki tampilan fisik yang sama seperti pedagang siomay lainnya, dimana sehelai handuk selalu tergantung di lehernya dan juga tak lupa topi selalu ia pakai untuk melindunginya dari terpaan sinar matahari.

Setiap hari, ia selalu berangkat untuk menjajakan siomay dengan menggunakan gerobak sederhana. Di atas gerobaknya ini turut diboyong panci besar, tungku, alat makan dan juga wadah bumbu kacang.

Namun ada cerita inspiratif yang membedakan dirinya dengan pedagang siomay lainnya. Meski hanya seorang pedagang siomay, pria ini mampu menyekolahkan anak pertamanya hingga masuk Teknik Sipil Perguruan Tinggi Negeri Itera, Lampung.

Perjalanan hidupnya untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi negeri juga tidak semulus yang orang kira.

Bapak tiga anak itu, memutuskan keluar rumah untuk berjualan siomay setelah tidak lagi bekerja sebagai buruh. Berbekal pendidikan yang hanya sampai di bangku SMP membuatnya harus menerima kenyataan pahitnya kehidupan di Kota Tapis Berseri.

"Sejak Tahun 2018 sudah mulai jualan siomay, alhamdulillah bisa sekolahkan anak pertama kuliah di Itera semester 4 jurusan teknik, anak kedua di SMAN 14 Bandar Lampung, dan terakhir masih duduk di bangku SD," kata Suroto sambil beberes barang dagangan, Selasa (5/7/2022).

Sebelum berjualan siomay dan mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kehidupannya, Suroto sempat merasakan kehidupan luntang-lantung seperti pengganguran yang tidak jelas selama kuranglebih 6 bulan.

"Selama di rumah hanya mengandalkan uang sisa tabungan saat jadi buruh," ujarnya.

Pemikirannya pun berubah disaat uang sisa tabungan mulai menipis dan anak pertamanya mau lulus SMA. Salah satu ide yang terbesit secara langsung di pemikirannya untuk berjualan siomay keliling demi memberikan pendidikan yang layak hingga jenjang sarjana untuk anaknya yang merupakan impian Suroto yang sudah merasakan pahitnya kehidupan.

Keterbatasan pendidikan yang dimiliki Suroto menyadarkannya bahwa pendidikan itu penting untuk bertahan dalam hidup ini.

"Bagaimana nanti kehidupan anak saya? Dia makan apa? Akan seperti apa hidupnya? Saya ingin anak saya mendapatkan pendidikan yang lebih layak," ucapnya.

Namun, tidak seperti yang diharapkan Suroto, penjualan siomay nya tak langsung membuahkan hasil, sering kali ia mengalami kerugian dan pulang dengan tangan hampa.

Hal tersebut tidak mematahkan semangat juang Suroto untuk satu impian yang diinginkannya yaitu melihat anaknya memakai toga saat acara wisuda.

Suroto bercerita seringkali saat berjualan siomay, dirinya sering menghayal berfoto bersama anaknya serta keluarga lengkap saat acara wisuda anak-anaknya.

"Kalau seseroang punya niat dan tak malu, punya usaha apapun asal ditekuni pasti berhasil. Nggak usah mikirin ibaratnya hasil yang besar-besar, sedikit juga asal disyukuri," jelasnya.

Meski banyak nya pesaing dan berbagai macam jenis makanan yang baru di era milenial ini, Suroto tetap teguh pada pendiriannya dan tekun untuk menjajakan siomay miliknya yang memiliki cita rasa yang khas sehingga selalu dipanggil di setiap event-event Polda Lampung untuk mengisi stand food court.

Tidak kenal lelah dan waktu, setiap hari sekitar pukul 06.30 WIB, dimana semua orang masih pada santai di rumah, Suroto sudah bergegas untuk berkeliling menjajakan siomay miliknya dan kemudian mangkal di Kantor Samsat Bandar Lampung, Ia akan kembali pulang ketika sudah salat isya.

"Per hari dari pagi sampai malam dapat sekitar Rp 200-300 ribu, itu pun kalau ramai," ujarnya.

Suroto pun merasa sangat bersyukur bisa berada di tahap sekarang dan bahagia sudah bisa membawa anak pertamanya duduk di bangku kuliah perguruan tinggi negeri Itera, Lampung. 

"Panjang sekali ceritanya bang, namanya perjuangan, bersyukur bisa di posisi sekarang. Jadi ingat masa-masa dulu," ucapnya.

Sambil mengelap kaca gerobak dan membereskan barang dagangannya yang sudah habis tidak tersisa, Suroto menyampaikan terimakasih kepada Polda Lampung karena diundang kembali untuk memeriahkan Hari Bhayangkara ke-76 di Polda Lampung dengan mengisi stand food court.

"Senang bisa dipanggil kembali untuk menjajakan dagangan saya dan ikut membantu meriahkan Hari Bhayangkara ke-76 di Polda Lampung," ucapnya.

"Saya merasa terbantu bisa mendapatkan penghasilan lebih dengan acara Hari Bhayangkara ini bisa dapat penghasilan 5 kali lipat yaitu Rp 1,5 juta," pungkasnya. (*)


Video KUPAS TV : Masyarakat Diminta Laporkan Pungli Penerimaan Siswa Baru di Kota Metro