Mundakir, Sopir Angkot yang Bertahan di Tengah Gempuran Transportasi Online

Mobil Angkot milik Mundakir (56) yang dipakainya untuk mengaup rezeki. Foto : Sri/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Mundakir (56) tampak memarkirkan angkot warna biru muda BE 2724 BC, rute Tanjungkarang-Rajabasa yang telah ia kemudikan seharian.
Wajah pria paruh baya yang terlihat lesu itu menuju sebuah warung di tempat pemberhentian angkot, di dalam Terminal Rajabasa untuk memesan kopi panas. Sambil menyeruput secangkir kopi, Mundakir menceritakan pada kupastuntas.co, penghasilannya hari ini hanya memperoleh Rp80 ribu.
Meski demikian, Ia tetap bersyukur atas penghasilannya hari ini dan tak membuatnya menyerah, dan tetap semangat menjalankan pekerjaan ini. Lantaran ada keluarga dirumah yang menantikan kedatangannya untuk membawa segenggam beras.
"Tarif naik angkot kita hanya Rp4 ribu baik jarak dekat maupun jauh. Yang hari ini baru dapat Rp80 ribu, yang biasanya ratusan ribu. Belum lagi nanti kita setor sama pemilik mobil ini Rp70 ribu," ujarnya, Senin (4/7/2022).
Maraknya transportasi online dan terlebih perbaikan angkutan umum oleh pemda, hal ini membuat sopir angkot pun harus menepi, karena penumpang sudah jarang naik angkot. Bahkan karena keadaan seperti ini dia tidak lagi menggunakan kernet angkot.
"Sebelumnya juga ada kenek, namun saat ini tidak ada karena tidak mampu untuk membayarnya," kata pria yang sudah bekerja sebagai sopir sejak 1991 itu.
Selain itu, sepinya penumpang yang naik angkot juga dikarenakan ada mini bus yang dikelola pemerintah setempat, dimana dari Rajabasa hingga Panjang hanya Rp2 ribu tarifnya.
"Semenjak Covid-19 hingga saat ini penumpang tidak menentu. Ditambah dihantam dengan transportasi berbasis online serta mini bus yang hanya Rp2 ribu ini yang parah penurunan penumpangnya," akunya.
Oleh karena sepinya penumpang tersebut , terkadang ada penumpang yang memberikan ongkos lebih yaitu Rp5 ribu bahkan Rp10 ribu.
"Mungkin dilihatnya hanya membawa satu orang penumpang jadi dikasihnya lebih, karena mungkin kasihan sama supirnya. Tapi ada juga penumpang kalau rutenya dekat memberikan Rp2 ribu jadi ya tidak tentu," ungkap kakek yang memiliki 4 cucu itu.
Ia juga mengaku, dalam sehari paling banyak membawa 30 an penumpang dari pagi hingga sore hari, yang mana dalam beberapa rutenya terkadang tidak membawa penumpang sama sekali.
Meski begitu saat ini setiap harinya ia hanya bisa membawa uang untuk diberikan ke istri hanya puluhan ribu.
"Ya tapi yang penting halal, walaupun hanya memperoleh uang sedikit. Yang penting tidur nyenyak," kata Mundakir.
Ia berharap, pemerintah dapat memperhatikan kesulitan yang dialami para sopir angkot, seperti memberikan akses atau fasilitas. Agar angkot tetap menjadi trasportasi umum yang tidak ditinggalkan.
"Seperti dulu itu enak nyari duitnya, tidak ada hambatan, jadi ya setabilin seperti dulu lagi kita maunya. Sekarang tahu sendiri yang online itu seperti apa. Tapi ya disyukuri saja seberapa dapatnya," tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Eva Dwiana Optimis Kelurahan Kedamaian Bisa Wakili Lampung di Lomba Kelurahan Nasional
Jumat, 20 Juni 2025 -
Pemprov Lampung Bakal Laporkan Keluhan SPMB ke Kemendikdasmen
Jumat, 20 Juni 2025 -
Tingkatkan Skill K3, Pelindo Regional 2 Panjang Lakukan Drill Tanggap Darurat K3 Gempa Bumi
Jumat, 20 Juni 2025 -
711 Pendaftar Jalur Domisili SMAN 5 Bandar Lampung Ditolak
Jumat, 20 Juni 2025