Khilafatul Muslimin Bentuk Kampung Khilafah di Lamsel, Berdiri Sejak Tahun 2004

Jamaah Khilafatul Muslimin membentuk kampung khilafah berlokasi di Jalan RA. Basyid Dusun Karang Anom Desa Karang Sari,Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan.
Kupastuntas.co,Bandar Lampung - Setelah Abdul Qodir Braja ditangkap Polda Metro Jaya di Bandar Lampung, aktivitas Khilafatul Muslimin mulai terungkap. Jemaah Khilafatul Muslimin membentuk kampung khilafah di Jalan RA. Basyid, Dusun Karang Anom, Desa Karang Sari, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel).
Kampung khilafah berdiri di lahan seluas tiga hektare. Di dalamnya terdapat puluhan rumah dan fasilitas umum seperti air bersih, tempat pendidikan dan masjid.
Amir Khilafatul Muslimin wilayah Natar, Zuliadi (45), mengatakan kampung khilafah berdiri sejak 2004 di tanah hibah milik Surahman atau Abi Rahman yang meninggal dunia 3 tahun silam.
Zuliadi menjelaskan, komplek perumahan itu dinamakan kampung Khilafah karena penduduknya merupakan jemaah Khilafatul Muslimin.
"Dari tahun 2004, kurang lebih 2 hektare tanah kavlingan dihibahkan untuk Khilafatul Muslimin. Kalau untuk saya sekarang ini beli kavlingan dan sistemnya berunding sama pemilik tanah, cash boleh dicicil boleh semampunya. Yang 1 hektare itu diwakafkan, perencanaan untuk dibuat klinik. Jadilah komplek ini, kami menyebutnya kampung khilafah karena memang di sini warga jemaah isinya," ungkap Zuliadi, Rabu (8/6).
Menurutnya, terdapat sekitar 40 kepala keluarga yang menempati kampung tersebut.
"Aktifitasnya macam-macam. Rata-rata ada bekerja sebagai pedagang sama buruh, karyawan, sopir ekspedisi juga ada. Biasanya kalau pagi sepi di sini, kalau habis dzuhur terutama yang dagang sudah pada pulang," ujarnya.
Zuliadi menjelaskan, kegiatan yang dilakukan jemaah Khilafatul Muslimin yang menempati kampung itu sama seperti komplek-komplek perumahan pada umumnya. Hanya saja, jemaah tersebut memiliki jadwal kajian rutin yang diadakan sebanyak tiga kali dalam satu bulan.
"Secara interaksi kita seperti masyarakat lain. Kalau ada yang meninggal atau ada kerjaan apa misalnya gotong royong. Asal ada informasi dan bisa hadir pasti kita hadir. Artinya, secara umum kalau dibilang eksklusif ya nggak," tuturnya.
Zuliadi mengungkapkan, ada aturan khusus yang harus diikuti bagi masyarakat luar yang berkunjung ke kampung khilafah yakni wajib menutup aurat dan dilarang merokok.
"Kita ikut aturan yang ada di negara ini. Kita punya aturan yang agak khusus ibu-ibu yang masuk kesini harus pakai jilbab kemudian yang nggak tutup aurat suruh tutup aurat. Kalau yang merokok nggak boleh. Selebihnya sama seperti kampung-kampung yang lain," imbuhnya.
Ia menegaskan, sebutan kampung khilafah dipakai hanya sebutan untuk sebuah komunitas.
“Kami open, tidak eksklusif, mau datang mau melihat mau ada hubungan bisnis atau segala macam kami sangat senang. Kami tidak menutup diri," lanjutnya.
Suryono, warga kampung khilafah menuturkan, di kampungnya terdapat tiga struktur kelompok kecil yang disebut kemas’ulan dengan jumlah 50 kepala keluarga.
Suryono menerangkan, ada lima tingkatan kelompok dalam Khilafatul Muslimin, yakni pusat, daulah, wilayah, ummul quro’, dan kemas’ulan.
“Dalam satu ummul quro’ terdapat tiga sampai enam kemas’ulan. Jika dikira jumlah kemas’ulan semakin bertambah maka dibuat ummul quro’ baru. Sementara anggota dalam kemas’ulan itu minimal sepuluh orang,” jelas Suryono, saat ditemui di kampung khilafah, Rabu (8/6).
Suryono mengungkapkan, Khilafatul Muslimin juga memiliki sejumlah lembaga pendidikan seperti pondok pesantren.
“Ada pondok pesantren di Batu Putu untuk murid berusia sekitar tujuh tahun. Kalau umur sepuluh tahun ke atas setingkat SMP, SMA dan perguruan tinggi pondok pesantrennya di Margodadi,” bebernya.
Amir Ummul Quro’ kampung khilafah, Abdullah Mas’ud, menjelaskan aktivitas warga di kampung khilafah berjalan normal pasca penangkapan Pimpinan Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Hasan Braja oleh Polda Metro Jaya.
“Aktivitas warga normal seperti hari biasa, tidak ada pergerakan-pergerakan yang mungkin banyak dicurigai orang-orang luar,” kata Abdullah.
Sementara Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyyah (PPUI) Khilafatul Muslimin Margodadi berada di Desa Margo Lestari, Kecamatan Jati Agung, Lamsel.
Pondok itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama tempat para santri setingkat SMP dan SMA, dan bagian untuk pendidikan setingkat perkuliahan.
Pengajar yang juga penanggungjawab pendidikan di PPUI, Imron, mengatakan pesantrennya berbasis akselerasi kekhalifahan dengan pendidikan setara SD selama 3 tahun, setara SMP 2 tahun dan setara SMA 2 tahun serta setara universitas 2 tahun.
"Kita kan pesantren tradisional, waktunya singkat aja. Umumnya SD itu 6 tahun, kita yang setingkat SD itu 3 tahun. Kemudian setelahnya 2 tahun. Yang didepan itu setingkat kuliah, gampang disebutnya kampus PPUI," kata Imron, Rabu (8/6).
Ia menerangkan, sistem pembelajaran yang dilaksanakan sama seperti pesantren pada umumnya dan terdapat mata pelajaran umum seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika.
"Namanya Kegiatan Ibadah Belajar Mengajar (KIBM), jadi yang mengajar itu ibadah yang belajar juga ibadah. Bahasa Indonesia ada, Bahasa Inggris ada, Matematika ada cuma kita sebut Ilmu Hisab. Cuma 3 itu yang umum, selebihnya pelajaran agama Islam. Kalau di kampus itu pelajaran seperti ilmu-ilmu kehidupan. Ada keahlian seperti bengkel. Tahun lalu ada pelajaran elektronik," paparnya.
Imron melanjutkan, para santri di pondok pesantren juga membaca Al Quran, salat berjamaah dan melakukan kegiatan keagamaan lainnya.
Seorang warga Desa Sumber Jaya yang tepat berada dekat pondok pesantren mengatakan, tidak ada penduduk sekitar yang belajar di PPUI Khilafatul Muslimin. Santri yang berada di pondok tersebut mayoritas berasal dari luar daerah Lamsel, dan pulau Jawa.
"Kalau dari warga sini malah nggak ada. Kemarin itu ada yang dari Jawa Timur. Jauh-jauh," kata seorang warga.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lamsel, Puji Sukanto, mengatakan kelompok Khilafatul Muslimin tidak memiliki izin dan tidak pernah melaporkan keberadaannya ke Pemkab Lamsel. Sehingga, Pemkab Lamsel tidak mengakui keberadaan kelompok tersebut.
Meski tidak terdaftar, pihaknya bersama TNI/Polri dan pihak terkait lainnya pernah berkoordinasi dan melakukan sosialisasi ke kelompok tersebut, dan terus berupaya mencegah meluasnya kelompok itu.
"Besok kita akan menggelar rapat koordinasi dengan Forkompimda dan instansi terkait guna membahas masalah tersebut," tandasnya.
Sementara Kapolres Lamsel, AKBP Edwin, mengatakan telah menelusuri dan melakukan pendalaman atas adanya penyebaran kelompok Khilafatul Muslimin di Kabupaten Lamsel.
"Kita cari tahu kenapa dinamai kampung khilafah. Kemudian kita juga sudah melakukan pendalaman dan pendataan,” kata Edwin. Ia melanjutkan, pihaknyapun pernah mencegah perluasan kelompok tersebut di Kabupaten Lamsel.
"Kemarin katanya mau buat pondok pesantren lagi nih di daerah Katibung. Nah itu sudah kita lakukan pencegahan. Itu dia bangun jalan, warga juga minta jalannya dibongkar. Paham itu tidak hanya di ponpes, ada juga di klinik kesehatan, ada namanya sekolah, masjid. seperti contohnya kita mau salat di masjid yang umum boleh, di masjid yang bersangkutan tidak boleh," ungkap Edwin.
Edwin melanjutkan, pihak sudah datang ke kampung tersebut untuk memberikan bantuan pengobatan dan melakukan kegiatan sosial lainnya dengan harapan warga setempat bisa tetap berpegang pada ideologi Pancasila dan NKRI.
---Aktivitas Khilafatul Muslimin Terus Dipantau
Setelah Pimpinan Khilafathul Muslimin (KM) Abdul Qodir Braja ditangkap, aktivitas jemaah Khilafatul Muslimin di beberapa daerah di Lampung terus dipantau dan dan diawasi.
Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Pringsewu, Sukarman, mengatakan, ada 50-an anggota Khilafatul Muslimin yang tersebar di 9 kecamatan di Pringsewu.
Sukarman menerangkan, pihaknya beserta pihak keamanaan lainnya seperti Polres dan Kodim akan terus melakukan pengawasan dan memantau gerakan Khilafatul Muslimin (KM) agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Keberadaan ormas KM ini dari pusat dan di daerah-daerah tidak ada yang terdaftar termasuk yang di Pringsewu. Pada tahun 2021 lalu mereka melakukan konvoi menggunakan sepeda motor dengan alasan syiar di jalan," katanya.
Ketua Khilafatul Muslimin Pringsewu, Asrul Sani, mengatakan kantor sekretariatnya berada di sebuah masjid di wilayah Pringsewu Selatan.
"Dari polisi, Kesbangpol datang ke sini, bertemu kami. Kita bicara dengan mereka baik-baik," terangnya.
Ia mengatakan, pihaknya melakukan aktivitas keagamaan seperti pengajian rutin di masjid tersebut. "Kita salat di sini dan melakukan pengajian malam," ujarnya.
Di Kabupaten Lampung Timur (Lamtim), sekretariat Khilafatul Muslimin berada di Jalan Pramuka Labuhan Ratu 1, Kecamatan Way Jepara. Namun di lokasi itu hanya berdiri plang nama dan tidak ada kantor atau ruangan.
Abdul Aziz, anggota jemaah Khilafatul Muslimin Lamtim mengatakan, kegiatan Khilafatul Muslimin yang berada di Lamtim hanya kegiatan pengajian saja. "Kita ini hanya pengajian saja, tidak lebih dari pengajian," ungkap Aziz, Rabu (8/6).
Aziz mengungkapkan, uang untuk kegiatan bersumber dari para donatur. "Siapa para donatur tersebut, kami tidak mengetahui nama-nama mereka. Yang mengetahui hanya amir wilayah," ungkapnya.
Aziz menerangkan, jumlah jemaah Khilafatul Muslimin di Lamtim mencapai ratusan orang.
"Kalau seluruh Lamtim saya tidak tahu jumlah pastinya. Tapi untuk di Kecamatan Way Jepara sekitar 100 an jemaah yang ikut dalam khilafatul Muslimin," ujarnya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lampung Timur, Darmuzi, mengatakan Khilafatul Muslimin tidak terdaftar di Badan Kesbangpol.
Ia mengatakan, kegiatan Khilafatul Muslimin adalah pengajian serta dakwah keliling ke masjid-masjid setempat. "Dalam pengakuan para jemaah, mereka bergerak dalam pengajian serta dakwah keliling," ujarnya.
"Kita pernah datang ke kantor mereka yang berada di Labuhan Ratu, ternyata tidak ada kantor tersebut. Tim Kesbangpol juga akan datang ke kantor mereka di Kecamatan Way Jepara untuk mengecek kebenaran kantor tersebut," ungkapnya.
Sementara itu kantor sekretariat Khilafatul Muslimin di Metro saat ini dalam kondisi kosong. Sekertariat Khilafatul Muslimin berada di Jl. Wolter Monginsidi RT 14 RW 05 Kelurahan Yosomulyo, Kecamatan Metro Pusat. Di sekertariat tersebut hanya tampak satu boklam lampu yang hidup di bagian depan.
Warga sekitar mengatakan, aktivitas di sekertariat tersebut hanya ada tiga kali dalam seminggu. "Kalau siang gini memang kosong mas, adanya itu malam Kamis sama malam Jumat dan hari Minggu," kata warga sekitar.
Ia mengungkapkan, aktivitas dilokasi tersebut berupa pengajian dan olahraga beladiri perguruan Lebah Putih ranting Metro. "Kalau malam Kamis sama malam Jumat itu pengajian. Kalau hari Minggu itu cuma beladiri saja dari pagi sampai siang. Kalau Minggu sorenya itu ibu-ibu mengaji," ucapnya.
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Metro menyebut, jemaah Khilafatul Muslimin di Metro sekitar 100 orang.
“Data yang kami peroleh kurang ada 100 orang setiap ada perkumpulan. Tapi itu tidak hanya orang Metro semua, ada dari Lampung Timur, Lampung Tengah dan daerah lain. Mereka berkumpul saat ada pengajian berlangsung," kata Kepala Badan Kesbangpol Metro, Rosita melalui Bidang Waspada Nasional Penanganan Konflik (WNPK), Hery, kemarin.
Hery mengatakan, pihaknya belum menemukan penyimpangan dalam aktivitas Khilafatul Muslimin. "Kegiatannya pengajian, untuk jadwalnya malam Senin dan malam Kamis. Dari pantauan kami kegiatan tersebut seperti pengajian biasa, kalau isi yang disampaikan ya normatif saja. Saya rasa belum ada penyimpangan," tandasnya. (*)
Berita ini sudah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas edisi Kamis (9/6/2022).
Berita Lainnya
-
Bersama Walikota Bandar Lampung, Aliansi Masyarakat Tegaskan Komitmen Atasi Tantangan Bencana
Rabu, 30 April 2025 -
Bulog Kanwil Lampung Serap 145.430 Ton Gabah Petani Hingga April 2025
Rabu, 30 April 2025 -
HIMA Magister Bahasa Inggris Gelar Seminar Akademik 'ELLITE #1 Forum' di Universitas Teknokrat Indonesia
Rabu, 30 April 2025 -
UTBK SNBT 2025 di Itera, 219 Peserta Tak Hadir
Rabu, 30 April 2025