Diprotes Tokoh dan PKL, Pemkot Diminta Evaluasi Festival BSW

Kupastuntas.co, Metro - Gelaran peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Metro ke-85 yang berbeda dari biasanya, kini menjadi polemik. Sejumlah tokoh, legislatif hingga Pedagang Kaki Lima (PKL) memprotes gelaran festival dalam rangka peringatan hari jadi Kota Metro tersebut.
Akibatnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Metro diminta mengevaluasi gelaran festival Bumi Sai Wawai (BSW) yang hadir menggantikan nama festival Putri Nuban.
Hal tersebut diutarakan oleh tokoh masyarakat yang juga merupakan mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro, Sudarsono. Ia menjelaskan sejarah adanya festival Putri Nuban sebelum berganti nama menjadi festival BSW.
"Metro ini asal usulnya adalah tanah Buay Nuban, tanah Buay Nuban ini diberikan kepada kaum kolonialis pada tanggal 17 Mei 1937, apa salahnya sih sebagai kenang-kenangan dan jasa baik dari penimbang Buay Nuban maka seharusnya festival Putri Nuban itu jangan dihilangkan," jelas Sudarsono kepada awak media di gedung DPRD Kota Metro, Kamis (9/6/2022).
Mantan Ketua DPRD Kota Metro periode 2009-2014 itu menegaskan, pergantian nama dari festival Putri Nuban menjadi festival BSW dinilai sebagai upaya Pemkot mengaburkan sejarah.
"Seharusnya itu tidak boleh diganti dengan festival yang baru, dan harusnya memang festival Putri Nuban dipertahankan. Sejarah itu jujur, tidak boleh dikaburkan," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Lek Darsono tersebut meminta Pemkot untuk mengembalikan festival Putri Nuban pada HUT Metro ke-86 di tahun 2023.
"Tahun depan harus kembali lagi festival Putri Nuban, dan kita harapkan tidak ada lagi festival Bumi Sai Wawai itu, aku kritik ini," pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Samber Park juga mengeluhkan hilangnya festival Putri Nuban yang biasanya terselenggara di Samber Park.
Ketua Paguyuban Keluarga Permainan dan Kuliner (PKPK) Samber Park, Rozi Fernando mengaku berkah peringatan HUT Metro ke-85 tidak dirasakan lantaran tidak ada kegiatan masyarakat di Samber Park.
"Kami pedagang kecil ini kalau ada acara ya pemasukannya bertambah, kalau HUT Metro kali ini ya kami sangat kecewa sekali karena tidak ada lagi Metro Fair, dan yang menjadi harapan kami kalau ada Metro Fair ini kan pengunjung ramai ke Samber, sekarang tidak ada acara disini," bebernya.
Akibat hal tersebut, ia yang biasanya meraup untung dari ramainya pengunjung Metro Fair yang memperingati HUT Metro di Samber Park, kini mengalami penurunan omzet yang drastis.
"HUT Metro biasanya, setiap ada Metro Fair saya usaha lukisan begini Alhamdulillah masuk Rp 500 ribu sehari, sekarang tidak, sekarang ini tidak bisa berharap banyak karena di Samber Park tidak ada kegiatan untuk masyarakat lagi. Jadi penghasilannya ya seperti biasa, Alhamdulillah rata-rata dapat Rp 100 Ribu sampai Rp 150 Ribu," terangnya.
Ia menyebut bahwa gelaran HUT Metro yang kini dipusatkan di dalam gedung itu tak dapat dinikmati berkahnya oleh para PKL. Mereka berharap, festival Putri Nuban dapat kembali digelar dan dipusatkan di Samber Park.
"Kalau HUT Metro saat ini kan dipusatkan di gedung Sessat Agung Bumi Sai Wawai, disana itukan acara untuk kalangan tertentu saja, sementara yang seperti kita ini tidak bisa jualan disana. Apalagi masyarakat kecil seperti kita, bagaimana mau masuk ke gedung itu. Beginilah bentuk kekecewaan kita," tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Walikota Metro Rolling 18 Pejabat, Ini Daftarnya
Kamis, 03 Juli 2025 -
Alokasi 1,9 Miliar untuk TPP Pejabat Dikritik, DPRD Minta Pemkot Metro Patuh Edaran Mendagri
Kamis, 03 Juli 2025 -
Dinkes Metro Bakal Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis Jelang Tahun Ajaran Baru
Rabu, 02 Juli 2025 -
Pastikan SPMB Transparan, Disdikbud Metro Tegaskan Tak Ada Jual Beli Kursi
Rabu, 02 Juli 2025