• Senin, 05 Mei 2025

24 Sapi di Lampung Terjangkit PMK, Tersebar di Mesuji, Tuba, Tubaba dan Lamtim

Kamis, 02 Juni 2022 - 08.24 WIB
304

Foto : Ist.

Kupastuntas.co,Bandar Lampung - Sebanyak 24 sapi di Provinsi Lampung terdeteksi terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK), dan dua ekor di antaranya dinyatakan mati. Sapi terjangkit PMK itu tersebar di Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang (Tuba), Tulangbawang Barat (Tubaba), dan Lampung Timur (Lamtim).

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Lampung, Anwar Bahri, mengatakan sudah melakukan sejumlah upaya untuk mengantisipasi penyebaran PMK di wilayah Lampung.

Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan rapat koordinasi dengan Kementerian Pertanian maupun balai regional dan instansi dan stakeholder.

Menurutnya, pada 11 Mei 2022, Gubernur Lampung menerbitkan surat edaran terkait kewaspadaan PMK di Provinsi Lampung.

“Saat surat edaran keluar belum ada yang hewan ternak terkonfirmasi PMK. Namun pada tanggal 13 Mei 2022 kami mendapatkan informasi ada sapi terkonfirmasi positif PMK di Tulangbawang Barat. Saat itu dari 6 sampel yang diambil semuanya positif PMK,” kata Anwar saat diskusi dengan tema ‘Penanggulangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Hewan Ternak, di Kantor DPD PDI Perjuangan Provinsi, Bandar Lampung, Rabu (1/6).

Disnakeswan lalu melakukan tracing ke sejumlah wilayah termasuk Mesuji dan Tulang Bawang dan mendapatkan ada sapi terkonfirmasi positif PMK pada 17 Mei 2022.

"Memang cepat sekali penularannya, dan terakhir sudah ada di Lampung Timur pada 23 Mei 2022,” katanya.

Anwar mengatakan, data yang dihimpun sampai tanggal 31 Mei 2022 ada sebanyak 113 ekor sapi suspect PMK dan 24 sapi terkonfirmasi positif PMK dari 4 kabupaten yakni Mesuji, Tuba, Tubaba dan Lamtim.

"Hasil perkembangan terakhir, sudah 110 sapi yang dinyatakan menunjukkan gejala klinis sehat tapi belum dinyatakan sembuh. Artinya gejala PMK dari hewan ternak ini sudah tidak tampak lagi. Sementara ada dua ekor yang mati yaitu di Tulangbawang Barat dan Lampung Timur, besar kemungkinan karena ada komorbid,” jelasnya.

Ia menerangkan, Disnakeswan akan terus memantau kondisi lapangan, salah satunya melalui aplikasi iSIKHNAS yang memberikan informasi real time atau harian langsung yang diinput oleh petugas di lapangan.

"Ketika ada gejala atau penyakit pada ternak pasti langsung di input melalui aplikasi ini. Petugas medis di lapangan yang langsung menginformasikan di sistem itu dan langsung terkoneksi ke pusat. Segala upaya pengendalian terus dilakukan dengan membatasi lalu lintas hewan ternak terutama di lokasi yang terkonfirmasi positif PMK, melarang hewan ternak masuk ke Provinsi Lampung terutama dari wilayah yang berwabah dan tertular, dan juga apabila ada produk yang masuk harus ada rekomendasi dari provinsi," tandasnya.

Anwar mengakui masih banyak kendala yang dihadapi dalam penanggulangan PMK di Provinsi Lampung terutama terbatasnya sumber daya manusia (SDM) di lapangan dan logistik yang terbatas dan relatif mahal.

"Seperti di Tulang Bawang itu hanya ada dua dokter hewan, Mesuji dua dokter hewan, dan Tulangbawang Barat empat dokter hewan. Kita sangat terbantu dengan paramedis dan petugas terkait yang melakukan upaya di lapangan,” ungkapnya.

Ia melanjutkan, desinfektan yang digunakan untuk mencegah PMK berbeda dengan yang dijual di pasaran. Karena harus memiliki asam maupun basa yang sesuai standar, dan harganya relatif mahal.

Ia berharap melalui diskusi tersebut dapat memberikan solusi dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga wabah PMK bisa dicegah agar tidak menyebar luas ke wilayah lain selain empat kabupaten tersebut.

Novial Akmal, perwakilan Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia di Provinsi Lampung, berharap wabah PMK membuat para peternak memelihara hewan-hewan ternaknya dengan lebih baik.

"Para peternak kita minta untuk memelihara ternak dengan lebih baik dan kita akan meminta supaya menanam rumput hijau untuk makanan ternak. Karena itu juga untuk meningkatkan imunitas ternak itu sendiri. Kalau imunitas kekebalan ternak meningkat diharapkan bisa menangkal penyakit,” kata Novial.

Ia juga meminta pemerintah melakukan pengawasan lalu lintas hewan ternak di perbatasan terutama dari daerah yang memiliki risiko penularan PMK tinggi.

"Jadi di wilayah perbatasan ini harus benar-benar harus dilakukan pengawasan. Biasanya kan lalu lintas ternak itu dilakukan pada malam, hal ini yang harus diperketat. Saya berharap kedepan kita harus benar-benar disiplin dan memberdayakan seluruh sumber daya yang ada untuk pengendalian dan pengobatan ternak," ujarnya.

Ia mengungkapkan, penyebaran penyakit PMK yang sudah meluas di Tulangbawang Barat, Tulang Bawang, Mesuji dan Lampung Timur tersebut tentu akan berdampak pada perekonomian masyarakat khususnya para peternak hewan.

Sekretaris Umum DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Sutono, mengatakan DPD PDI Perjuangan Lampung mengajak semua mitra untuk membahas penanggulangan PMK yang saat ini sedang merebak  dan penularannya sangat cepat.

"Tentu saja sebagai partai politik kita ingin juga punya partisipasi peran nyata untuk membantu masyarakat. Kita mengundang narasumber yang ahli dibidangnya yang menangani masalah PMK. Yang kita tahu posisi sekarang ternyata PMK sudah ada di Lampung,  dan apabila dibiarkan akan merugikan masyarakat mengingat rakyat di Lampung ini banyak yang menjadi peternak," kata Sutono.

Ia berharap, diskusi ini dapat mengedukasi dan berkontribusi melalui narasumber yang sudah ahli dalam bidangnya khususnya dalam menangani PMK agar tidak semakin meluas.

"Jadi diskusi hari ini sifatnya kontribusi pemikiran yang nanti akan menjadi kebijakan yang bisa diberikan kepada pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah," ungkapnya.

Ia menambahkan, kegiatan ini merupakan bentuk nyata PDI Perjuangan dalam rangka pengendalian PMK mulai dari pencegahan, tindakan dan pengobatan.

"Tentu saya berharap para pemegang kekuasaan daerah seperti gubernur, walikota dan bupati dapat memberikan perhatian khusus mengenai masalah ini, dan dapat merekomendasikan serta menugaskan orang untuk segera menangani masalah ini. Saya harap masalah ini dapat terkendalikan dan terselesaikan sebelum berdampak luas ke masyarakat Lampung," tandasnya.

Sebelumnya, Pemprov Lampung mengimbau pemerintah daerah (pemda) untuk membeli sapi milik peternak yang dinyatakan positif mengidap PMK.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Lampung, Kusnardi, mengatakan ternak terserang PMK yang dibeli tersebut dapat disembelih sebagai upaya memutus rantai penularan.

"Bagi kabupaten yang sudah terkena, kita minta isolasi, kalau bisa disembelih oleh pemerintah agar tidak terjadi penyebaran berlanjut. Sedangkan untuk kabupaten yang belum, kita lakukan peningkatan pengawasan," katanya Kusnardi.

Menurutnya, PMK bukan termasuk penyakit yang berbahaya lantaran tidak menular kepada manusia. Selain itu untuk tingkat kematian juga tergolong rendah hanya 5 persen.

"Bahkan, hewan yang sudah dinyatakan positif dan sembuh itu dagingnya bisa dimakan. Tapi kita tetap waspada karena ini penyakit yang penyebarannya cukup cepat,” tuturnya.

Menurut Kusnardi, Pemprov telah menyiapkan obat serta vaksin yang akan diberikan kepada hewan ternak guna meningkatkan kekebalan tubuh pada hewan ternak.

"Kita sudah lakukan sejumlah langkah. Di tingkat provinsi sudah membentuk satgas penanggulangan PMK yang melibatkan komponen terkait. Kita juga mendorong kawan-kawan di daerah untuk melakukan hal yang sama," ucapnya. (*)


 

Editor :