• Selasa, 29 April 2025

Pemkot Diminta Gunakan Teknologi HEC-RAS Guna Atasi Banjir di Bandar Lampung

Minggu, 17 April 2022 - 14.09 WIB
300

Peneliti Hidrologi di Center for Urban dan Regional Studies (CURS) Erina Noviani. Foto : ist.

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pemerintah kota (Pemkot) Bandar Lampung dituntut menggunakan teknologi seperti Hydrologic Engineering Center's River Analysis System (HEC-RAS) website, untuk mengatasi banjir, yang sering terjadi di kota setempat.

HEC-RAS adalah program komputer yang memodelkan hidrolika aliran air melalui sungai alami dan saluran lainnya.

Peneliti Hidrologi di Center for Urban dan Regional Studies (CURS) Erina Noviani, mengungkapkan ada beberapa faktor penyebab banjir terjadi. Diantaranya penambahan debit, sehingga kapasitas sungai tidak bisa menampung debit tersebut dan terjadi peluapan air yang menyebabkan banjir.

Ia menjelaskan, pengaruh debit meningkat disebabkan karena curah hujan yang meningkat. Akan tetapi jelasnya, sekarang sudah banyak penelitian yang bisa diambil oleh Pemkot Bandar Lampung untuk menganalisis curah hujan setiap tahunnya dengan menggunakan kala ulang.

"Kala ulang tersebut bisa sampai kala ulang 100 tahun. Bahkan, sudah bisa menggunakan 3D seperti software HEC-RAS untuk menggambarkan titik-titik daerah yang rawan banjir di bandar lampung," ujarnya, saat dikonfirmasi, Minggu (17/4/2022). 

Menurutnya, saat ini sudah ketinggalan jaman jika pemerintah Bandar Lampung tidak bisa memperkirakan curah hujan yang akan datang tiap tahunnya.

Ia juga menyarankan, dalam hal ini pemkot bisa bekerjasama dengan perguruan tinggi yang siap mendukung untuk penelitian tersebut. 

"Karena dengan itu, pemkot akan mengetahui berapa dimensi drainase yang harus disiapkan untuk menampung aliran air ketika curah hujan tinggi," jelas dia.

Selain itu, penyebab banjir yang melanda di kota Bandar Lampung seperti berkurangnya tempat resapan air (rawa yang beralih fungsi menjadi gedung-gedung atau permukiman).

"Sungai-sungai yang mengalami sedimentasi dan penggunaan sempadan sungai oleh warga-warga, yang menyebabkan memperkecil dimensi sungai. Terlebih diperburuk juga oleh keadaan drainase perkotaan yang tidak memenuhi standar," ucapnya.

Kemudian untuk para pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar sebagai tempat bekerja, hal itu hanya sebagian faktor kecil yang bisa mempengaruhi bencana banjir. Hanya saja, bisa juga mempengaruhi pemeliharaan drainase perkotaan, karena di khawatirkan menimbulkan sampah.

"Tapi banjir terjadi, faktor terbesarnya adalah keadaan drainase yang ada di kota Bandar Lampung tidak memenuhi standar. Seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap kondisi drainase yang sudah ada, dari dimensi sampai tata letak yang ada sangatlah memprihatinkan, apalagi lubang-lubang yang ada di trotoar sangat kecil, sehingga memperlambat aliran air masuk dalam drainase," tandasnya. (*)

Editor :