• Senin, 23 Desember 2024

Berkah Ramadan, Perajin Kolang Kaling di Lambar Kebanjiran Pesanan

Senin, 11 April 2022 - 15.05 WIB
295

Santori (41) saat mengolah kolang kaling untuk dijual di rumahnya di Pekon Kerang, Kecamatan Batu Brak, Lampung Barat, Senin (11/04/2022). Foto: Echa/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Bulan Suci Ramadan memberikan berkah tersendiri bagi umat muslim di seluruh penjuru dunia khususnya di Lampung Barat (Lambar), bukan hanya sebagai ladang ibadah tetapi juga sebagai ladang mencari nafkah.

Seperti halnya yang dirasakan oleh Santori (41) warga Pekon (Desa) Kerang, Kecamatan Batu Brak, yang memanfaatkan bulan suci Ramadan untuk mencari nafkah dengan menjual salah satu takjil yang kerap kali ditemukan di bulan Suci Ramadan yaitu kolang kaling.

Kolang-kaling merupakan salah satu takjil yang identik dengan bulan puasa. Tidak heran jika memasuki bulan puasa banyak masyarakat yang beralih profesi untuk menjual takjil yang berasal dari buah pohon aren atau enau.

Santori merupakan ayah dari 3 orang anak, hidup sederhana di rumah yang terletak di Pekon (Desa) Kerang, Kecamatan Batu Brak, yang mulai memproduksi kolang kaling sejak awal bulan puasa hingga saat ini dibantu oleh anak, istri dan orang tuanya.

Santori dapat menghasilkan puluhan Kg kolang kaling per harinya untuk dijual kepada masyarakat. Buah kolang kaling ia dapat dari kebun milik warga setempat yang memang tidak dimanfaatkan untuk diolah.

"Karena kan proses produksi kolang kaling ini cukup susah, jadi banyak masyarakat yang enggan untuk mengolah buah kolang-kaling tersebut jadi kita yang ngolah," ujarnya, Senin (11/04/2022).

Untuk mengolah kolang-kaling hingga siap konsumsi dibutuhkan waktu paling tidak 4 jam karena harus melalui proses yang cukup rumit, seperti memisahkan buah dengan tangkainya, kemudian merebus buah hingga lembut dan memisahkan buah dengan kulit buah kolang kaling.

"Misah buah dengan tangkainya bisa sampai 1 jam bisa lebih tergantung banyaknya buah yang akan diolah. Kemudian untuk merebusnya 1 jam lebih, belum lagi memisahkan buah dengan kulit buah bisa sampai berjam-jam," lanjutnya

Santori mengaku menjual kolang kaling kepada masyarakat dengan harga Rp10 ribu/Kg. Namun jika masyarakat membeli dengan jumlah banyak untuk dijual kembali dirinya memberikan potongan harga sesuai kesepakatan dengan pembeli.

"Karena kan untuk dijual kembali jadi sesuai kesepakatan saja berapa dia beli kita kasih," tambahnya.

Memasuki sepekan puasa, dirinya telah memproduksi paling tidak sebanyak 250 Kg kolang kaling dan sudah dijual ke berbagai Pekon (Desa) di wilayah setempat. Hasil produksi kolang-kaling nya belum pernah di jual ke luar daerah sebab belum ada yang menampung.

"Jadi hanya sebatas Lampung Barat khususnya di Pekon-pekon untuk saat ini," terangnya.

Tekstur kolang-kaling yang lembut dan enak untuk dibuat berbagai macam menu buka puasa itu membuat banyak masyarakat ramai membeli kolang kaling hasil produksi dari Santori. Sebab kolang kaling yang dihasilkan berasal dari buah pilihan.

Dari hasil penjualan kolang-kaling Santori bisa mengantongi keuntungan ratusan ribu per hari, bahkan hingga jutaan rupiah per bulan. Dari hasil penjualan tersebut juga ia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

"Pekerjaan utama saya seorang petani, namun jika memasuki bulan Ramadan saya beralih untuk memproduksi dan menjual kolang kaling. Karena hasilnya cukup menjanjikan meskipun tidak terlalu besar tapi cukup untuk kebutuhan, terlebih saat ini memang belum musim panen kopi," jelasnya.

Ia merasa syukur ditengah kesulitan di masa pandemi saat ini ia masih bisa menghasilkan rejeki untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ramadan memang memberikan berkah tersendiri bagi dirinya dan keluarganya.

Bagi masyarakat yang memang ingin merasakan kolang kaling hasil produksi Santori untuk menu buka puasa bisa datang langsung ke kediamannya di Pekon Kerang, Kecamatan Batu Brak atau bisa menghubungi +62838-9073-1920 untuk pesan antar. (*)


Video KUPAS TV : Nelayan Rugi Karena Cuaca | Perajin Ikan Asin Kena Imbasnya