• Selasa, 17 Desember 2024

Menikmati Pesona Hutan Bakau di Ekowisata Mangrove Petengoran Pesawaran

Minggu, 06 Maret 2022 - 17.08 WIB
651

Pengunjung yang sedang menyusuri Pesona Alam Ekowisata Mangrove Petengoran di Kelurahan Gebang, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, Minggu (6/3/2022). Foto: Sri/kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Pesawaran - Ekowisata Mangrove Petengoran yang terletak di Kelurahan Gebang, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung merupakan tempat pelarian terbaik dari kebisingan kota yang penuh hiruk pikuk kendaran dan lalu lalang.

Bagaimana tidak, ekowisata mangrove tersebut dapat dijadikan media penghilang penat yang cukup manjur. Karena disini kalian akan disuguhkan oleh rindangnya hutan bakau dan indahnya hamparan laut biru. Yang tentunya tidak lupa untuk mengabadikan momen, karena di sini banyak spot foto yang instagramable.

Pintu masuk yang terbuat dari bambu bermahkota siger yang menandai kalian berada di Provinsi Lampung pun menyambut. Dengan dua orang petugas karcis yang tersenyum ramah. 

Tiket masuknya pun hanya Rp15 ribu per orang. Harga tiket yang sangat tak membebani kantong untuk rekreasi ditempat yang indah ini. 

Memasuki kawasan wisata, dengan papan yang disusun berjejer rapi menjadi jalan setapak. Yang satu, ke arah kanan mendampingi pepohonan mangrove sepanjang 320 meter. Jalur lain ke arah kiri meliuk mengikuti barisan depan mangrove yang juga dikenal dengan pohon bakau. Sejauh 420 meter. Setidaknya begitu yang tertulis di papan panduan yang terletak di depan gerbang pintu masuk tadi.


Sebagai gambaran umum, tempat ini menyediakan 3 pondokan besar dan sekitar 7 pondokan kecil yang ukurannya pas ditempati bagi sepasang kekasih. Dua kafe mengambang yang seakan berada di tengah laut. Serta jalan setapak ditengah batang-batang mangrove yang kokoh berdiri di atas air laut. 

Ketika kalian ingin mengeksplor ke samping kiri terlebih dahulu, sekitar 5 meter setelah kalian melangkahkan kaki, satu gardu tempat pengunjung beristirahat terlewati. 

25 meter kemudian, terdapat Mushalla di sebelah kiri. Bangunan itu sederhana terbuat dari kayu dan bambu. Beberapa sajadah tersusun rapi. Musholla Hadiqotul Mangrove namanya. Tulisan itu tertera pada dinding bagian depan musholla. Dibuat dati stereo form yang dicat warna biru. 

Bagi pengunjung beragama Islam, keberadaan Musholla tersebut sungguh sangat memfasilitasi. Sebab mereka bisa langsung menunaikan ibadah salat saat waktunya tiba. Tanpa harus pergi jauh meninggalkan kenikmatan berwisata. 

10 meter kemudian. Terdapat satu gardu lagi. Bangunan beratapkan seng tanpa dinding. Disangga oleh empat tiang kayu. Dengan luas sekitar 3x3 meter. 

Fasilitas yang disediakan pengelola sebagai tempat beristirahat bagi pengunjung. Dengan bangku yang terpasang melingkar, membentuk huruf U. 

"Paling ramai itu di akhir pekan memang, tapi kalau hari biasa ya paling hanya beberapa orang. Dan semua pasilitas yang disediakan di sini geratis," kata Penjaga Ekowisata Mangrove Petengoran, Aan, saat ditemui kupastuntas.co Minggu (6/3/2022).

Menurutnya, wisata Mangrove Petengoran dikelola oleh Pemerintah Desa, karena ini merupakan Badan usaha milik desa (Bumdes), sehingga dikelolanya juga memanfaatkan warga setempat.

"Maka untuk jalan masuk menuju wisata yang memang belum diperbaiki, lalu kemudian lampu penerangan juga belum ada, maka nanti disampaikan," lanjutnya.

Namun terlepas dari jauhnya perjalanan kalian dan belum diperbaikinya jalan masuk wisata ini akan terbayarkan, ketika melihat panorama dari gabungan antara laut, jejeran pohon mangrove yang menumpuk yang akarnya bercabang banyak menembus air laut menghujam bumi. Menghipnotis mata, sungguh indah ciptaan tuhan ini.

Sesekali angin sepoi menghantam pepohonan, tiupannya pun menembus menyapu tubuh. Sementara di depan, angin yang menghembus ke permukaan laut membuat air bergerak memutar. Membentuk tarian. 


Terlihat beberapa pengunjung tampak hilir mudik melewati jalan setapak yang mulai bunyi 'krek' saat di injak. Mulai dari pasangan muda mudi, sekelompok mahasiswa hingga rombongan keluarga. 

Bahkan ada bapak-bapak yang menenteng peralatan pancing dan mengaku datang kemari memang untuk memancing. Benar-benar tempat berlibur yang bisa dinikmati oleh semua umur dan semua kalangan. Cocok bagi siapa saja. 

Puas mengonsumsi lukisan alam yang disajikan Tuhan dengan begitu sempurnanya. Kami pun beranjak. Melanjutkan perjalanan memutari hutan mangrove. 

Terus berjalan ke lajur kiri. Kalian dibuat kagum dengan spot-spot photo yang sengaja di bentuk pengelola. Ada bangku berbentuk bulan sabit, lantai papan di tengah hutan bakau berbentuk hati yang menjadi spot favorit semua wanita, tentunya. 

Ketakjuban tak berhenti sampai di situ. Dua tempat makan seperti kafe yang diceritakan diawal, benar-benar ada. Mengapung di atas laut. 

Begitu pun gambaran penampakan yang ada di jalur kanan. Di sana, keindahannya tak kalah dengan yang ada di jalur kiri. Hanya saja, ini merupakan jalur yang tepat yang bisa dinikmati bagi pasangan muda-mudi. Berbeda dengan jalur kiri tadi yang bisa dinikmati umum dan rombongan keluarga.

Terbayang kan? Betapa nikmatnya suasana di sini. 

Terlebih, ketika kalian menikmati wisata ini dengan orang yang dikasihi. Maka menyusurinya pun bak surga.

Bagaimana tidak, melihat ke-apikan dari setiap sudutnya di tempat ini. Yang pastinya tak ingin dilewati oleh setiap pengunjung. 

Seperti dirasakan oleh Rofi Ricardo, meski baru pertama kali datang berkunjung dengan membawa 5 orang rekannya, tapi sudah cukup puas dimanjakan oleh keindahan alamnya.

"Perdana kesini dan kesan pertama cukup terhibur dan menyenangkan karena pemandangannya yang indah. Tempatnya juga cukup bersih," ungkapnya.

Ia juga berharap jalan masuk wisata tersebut agar diperbaiki, lantaran jalannya masih berupa tanah yang berbatu dan bergelombang.

"Supaya pengunjung juga banyak yang kesini dan nyaman. Karena sayangkan kalau jalan menuju masuk hutan Mangrove ini belum layak, sementara pemandangannya bagus dan udaranya juga segar," kata Ricardo. (*)