Cerita Inspiratif Siti Fatimah dari Kenek Angkot Hingga Jadi Guru Besar UIN RIL
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Setiap orang di dunia ini berhak sukses dan memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Karena sukses itu tidak mengenal siapa dan dari mana kita berasal.
Asalkan mereka memiliki kemampuan yang ditunjang dengan kemauan untuk bekerja, berusaha keras serta berdoa, pastilah kesuksesan akan mengikuti.
Seperti halnya sosok Siti Fatimah, seorang perempuan tangguh yang
sekarang menjadi guru besar di bidang Ilmu Manajemen Pendidikan di UIN Raden
Intan Lampung.
Namun, siapa sangka Prof. Dr. Hj. Siti Fatimah, S.Ag, M.Ag yang
telah meraih kesuksesan di dunia pendidikan ini, dulunya adalah seorang buruh
pabrik bahkan pernah berprofesi sebagi kondektur atau kenek angkot.
Profesi tersebut Ia geluti ketika masih duduk di sekolah
pendidikan guru agama (PGA), disaat itu orang tuanya hidup pas-pasan sehingga tidak
bisa memberinya uang saku lebih untuk jajan di sekolah.
"Semasa sekolah PGA orang tua tidak bisa banyak kasih uang
bulanan, jadi untuk biaya dan makan, jadi selain orang tua membuatkan keripik
untuk dijual ke kelas-kelas. Kita juga pernah jadi kenek angkot pulang sekolah,
dan itu lumayan juga uangnya cukup lah," ujarnya, saat menjadi narasumber
di Kupas podcast, dengan tema Inspirasi Perjuangan Perempuan Mandiri, Kamis
(24/2/2022).
Anak ke-11 dari 11 bersaudara itu juga menyampaikan, untuk
mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, menurutnya perempuan harus kuat dan
harus sejajar dengan laki-laki, walaupun laki-laki tidak pernah merendahkannya.
Untuk menggapai cita-cita itu, menjadi buruh pabrik sepatu di Tangerang
dan juga di Bandung pun pernah ia geluti. Ketika tahun 92, Siti mencoba
mendaftar sebagai mahasiswa baru dengan malam tetap bekerja sebagai buruh pabrik,
paginya menjadi mahasiswa.
"Kerja di pabrik itu menjadi bantu loncatan untuk
mengumpulkan biaya agar bisa masuk kuliah, karena Ayah dan Ibu tidak mungkin
membiayai lagi karena kondisi ekonomi kita memang sangat sulit, begitu juga
kakak-kakak yang lainnya. Jadi kita harus mengandalkan diri sendiri
semua," ungkap Ibu dari delapan anak, 4 putri dan 4 putra itu.
Cita-cita untuk menjadi guru sejak kecil itu, rupanya ditanamkan
oleh orang tua terutama sang Ayah yang merupakan seorang guru, ayahnya
mengatakan bahwa tidak punya barang bagus tidak apa, tidak punya apapun tidak
masalah.
"Tapi malu lah kalau kita tidak sekolah. Jadi Ayah hanya
menasehati hanya sekolah lah yang merubah hidupmu," cerita Bunda sapaan
akrabnya.
Walau demikian akunya, tidak semua orang bisa melaluinya dengan
mudah tentu perlu perjuangan yang luar biasa untuk meraih mimpi besar tersebut.
Seperti dirinya, selain fokus kuliah Siti juga harus mengurus
anak-anak, suami serta rumah, namun semua kegiatan itu bisa dilakukan jika bisa
mengatur waktu dengan baik.
Dirinya bercerita, 1998 pertama kali berkarir di UIN Raden Intan
Lampung, selain memenuhi kewajiban sebagai dosen mengajar dan meneliti. Ia juga
terus mengajukan kenaikan pangkat, dengan prestasi-prestasi yang ditorehkan.
"Sampai kemudian akhirnya tahun 2019, Bunda bisa mencapai
guru besar dan itu bukan mudah, karena perjuangan itu hampir 4-5 tahun. Ya ditolak
lagi sidang, tolak lagi, nulis lagi gitu terus, sampai akhirnya 2019 alhamdulillah
keluar SK guru besar besar di bidang Ilmu manajemen pendidikan,"
ungkapnya.
Selain mengajar Siti Fatimah juga adalah seorang trainer dan
motivator, seperti mengisi materi untuk pelatihan-pelatihan baik itu di lembaga
pendidikan ataupun di luar lembaga pendidikan.
"Seperti beberapa waktu lalu kita mengisi materi di kantor
pengadilan negeri Lampung Tengah. Jadi memang setiap kali mengisi materi
sebagian besar adalah tentang motivasi," ujarnya.
Oleh karenanya Ia berpesan, untuk jadi sukses itu tidak cukup
dengan berleha-leha, jadi harus kerja keras. Karena orang sukses pasti akan
melalui proses yang panjang dan keras.
"Karena yang bisa merubah hidupmu ya dirimu sendiri. Dan yang
paling penting adalah selalu jadikan Allah yang pertama dalam hidup kita,
sikap, bicara kita dan semuanya. Karena kalau online 24 jam bersama Allah itu
tidak ada yang sulit, malah akan membuat kita menjadi lebih mudah,"
ungkapnya.
"Siapapun itu agama apapun pasti akan mengajarkan hal yang sama, bahwa kita itu punya sesuatu yang lebih kuasa dari kita, yaitu kita harus online bersamaNya 24 jam, maka tidak akan sulit," tandasnya. (*)
Video KUPAS TV : SELUNDUPKAN KULIT HARIMAU, PRIA JABAR DIDENDA RATUSAN JUTA
Berita Lainnya
-
Amankan Pasokan Jelang Pilkada dan Nataru, GM PLN UID Lampung Kunjungi PLTU
Selasa, 26 November 2024 -
Menteri Pendidikan: Gaji Guru ASN Naik Satu Kali Gaji, Gaji Guru Non-ASN Naik 2 Juta
Selasa, 26 November 2024 -
Unila Gelar Sarasehan Bersama Media Massa, Warek Ayi Harap Sinergitas Terus Terjalin
Selasa, 26 November 2024 -
Dosen Universitas Teknokrat Lulud Oktaviani Raih Kesempatan Studi Doktoral di Griffith University
Selasa, 26 November 2024