• Sabtu, 27 April 2024

Minyak Goreng Langka, Pedagang Gorengan di Tanggamus Pilih Libur Berjualan

Senin, 21 Februari 2022 - 19.47 WIB
282

Penjual gorengan memilih untuk meliburkan diri dampak dari semakin langkanya minyak goreng di lapangan. Foto: Dok Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Kelangkaan minyak goreng yang terjadi akhir-akhir ini mengancam pedagang gorengan di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Pasalnya mereka kesulitan mencari bahan baku utama untuk produksi jajanan yang selama ini menjadi sumber utama penghasilan bagi para pedagang kecil.

Salah satu bahan pokok ini untuk membuat sebuah gorengan kini semakin sulit ditemukan. Mengapa terjadi kelangkaan minyak goreng di pasaran disinyalir karena ada permainan pemasok minyak goreng atau distributor dan pedagang lokal.

Dari pengamatan Kupastuntas.co di Kabupaten Tanggamus pada Senin (21/2/2022) misalnya, warga masih sangat kesulitan menemukan minyak goreng di toko atau warung langganan mereka . Pemilik toko yang didatangi pembeli kerap mengatakan minyak goreng sudah habis.

Sebagian penjual lainnya mengaku minyak goreng belum masuk atau belum dikirim dari distributor.

"Saya sempat mencari kemana-mana, kesana kemari, tetapi minyak goreng tidak ada. Bukan hanya minyak goreng kemasan, minyak goreng curah juga tidak ada," kata Nani, seorang penjual gorengan di pinggir jalan raya Kecamatan Gisting, Senin (21/2/2022).

Nani menyebutkan selama dua pekan terakhir Ia mendapatkan minyak goreng bantal ukuran 1 liter dengan harga Rp25.000. Harga ini sangat jauh dari harga yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp14.000 per liter.

"Harga segitu (Rp25 ribu per liter), ini sudah mencekik, mas. Makanya sejak beberapa hari terakhir saya ya sudah mengurangi menjual gorengan,"  kata dia.

Ia mengaku, jika kondisinya seperti ini terus maka akan berhenti berjualan gorengan, sampai menunggu pasokan minyak goreng kembali lancar.

"Keuntungan kami jualan seperti ini berapa sih, kalau begini  ya rakyat kecil seperti kami ini bisa makin susah," ucapnya lirih. 

Nasib serupa dialami Hendri, pedagang gorengan yang biasa menjajakan jualannya disekitar rest area Gisting. Sejak 5 hari terakhir, ia sudah tidak lagi menjual gorengan karena kesulitan mendapat pasokan minyak goreng.

"Kondisi ini juga diperparah sulit mendapatkan tahu dan tempe, akibat tambah tingginya harga kedelai di pasar," ucapnya.

Senada dengan itu, Nur penjual nasi pecel di Pasar Gisting juga mengeluhkan hal yang sama. Kelangkaan minyak goreng membuat usahanya terancam merugi.

Ibu tiga orang anak ini mengatakan jika kondisi seperti sekarang ini membuat dirinya harus menghemat penggunaan minyak goreng. 

"Sampeyan kan paham Mas bahwa usaha pecel lele ini sangat bergantung kepada minyak goreng. Oleh karena itu sejak minyak goreng susah diperoleh, saya mensiasatinya dengan membakar menu yang biasanya digoreng," katanya.

Saat di singgung soal harga dagangannya. Nur yang sudah berjualan nasi pecel tahunan ini  mengaku sangat tidak mungkin menaikkan harga jual.

"Pandemi masih berlangsung bahkan merebak lagi. Saat ini ada omicron lah, kondisinya juga masih sulit. Menaikkan harga jual sama artinya membuat dagangan saya tidak laku," tukasnya. 

Agar tidak rugi, Nur juga terpaksa mengurangi porsi pecel dan gorengannya karena tidak berani menaikkan harga dagangannya.

"Saya cuma berharap agar minyak goreng satu harga yaitu Rp14.000 per liter bisa terealisasi di masyarakat dan itu sudah cukup membantu bagi masyarakat," harap Nur. (*)

Video KUPAS TV : DPD PBB Lampung Bersama PMI Gelar Donor Darah