Kedelai Naik, Perajin Tempe di Bandar Lampung Kurangi Produksi Hingga 50 Persen

Perajin tempe di Pulau Bacan, Jagabaya, Way Halim, saat ditemui di lapaknya di Pasar Pasir Gintung, Senin (21/2/2022). Foto: Sri/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co,
Bandar Lampung - Harga kedelai melambung tinggi di pasaran, perajin tahu dan
tempe di Bandar Lampung mengurangi produksinya hingga 50 persen.
Asep,
salah satu perajin tempe di Pulau Bacan, Jagabaya, Way Halim, yang hasilnya ia
jual sendiri di pasar Pasir Gintung mengaku, semenjak kedelai mahal pembeli
tempe dan tahu juga ikut menurun. Sehingga produksinyapun ikut dikurangi.
"Sehari
kita produksi bisa satu kuintal, tapi sudah satu minggu ini kita kurangi
setengahnya, jadi hanya 50 kilogram," ujar Asep, saat ditemui di lapaknya
di Pasar Pasir Gintung, Senin (21/2/2022).
Menurutnya
pengurangan produksi tersebut semenjak terjadinya kenaikan harga kedelai di
angka Rp11.300 perkilogram, yang mana sebelumnya harga normal tidak lebih dari
Rp8 ribu.
"Semenjak
ada Covid-19 kedelai berangsur-angsur naik dari Rp10 ribu naik sampai saat ini
Rp11 ribu lebih," ungkapnya.
Oleh
karenanya untuk mengakali hal itu, pihaknya mengurangi ukuran tempe dan tahu,
lantaran pembeli tidak akan mau beli jika harganya dinaikan dari sebelumnya.
"Tempe
kalau di hitung bijian sekitar 500 biji per kuintalnya, kalau lagi normal ya
habis sehari," kata dia.
Asep
juga mengatakan, biasanya penjual gorengan mengambil barang ditempatnya, akan
tetapi karena mjnyak goreng sedang mahal dan langka, maka tukang gorengan mogok
jualan.
"Nah
itu imbasnya juga di kita. Minyak mahal, PPKM lagi, jual gorengan juga
berkurang karena biasanya ngambil tempe di kita. Jadi keuntungan yang kita
ambil juga tidak seberapa, karena pengeluaran dan pemasukan juga enggak
seimbang," papar Asep.
Senada,
perajin tempe asal Teluk Betung Utara, Selamet mengaku, dengan melonjaknya
harga kedelai yang sangat tinggi dimana sebelumnya hanya Rp 6 ribu per kilogram
sekarang mencapai Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram.
"Kita
biasanya pakai kedelai impor, karena kalau kita mau pakai kedelai lokal itu
tidak bisa karena hasilnya kurang maksimal," ujar Selamet.
"Maka
untuk mensiasatinya, ada sebagian yang kita naikan dan ada juga yang kita
kecilkan ukurannya," sambungnya.
Selamet
berharap, pemerintah segera menormalkan kembali harga kedelai yang saat ini
kian melonjak naik.
"Semoga pemerintah peka dalam kenaikan kedelai ini, karena gimana nasib pengusaha tempe seperti kita kalau terus saja naik," harapnya. (*)
Video KUPAS TV : INDOMART GUNAKAN SISTEM KUPON, CALON PEMBELI MINYAK GORENG KECEWA
Berita Lainnya
-
Universitas Teknokrat Indonesia Salurkan Hewan Kurban ke Kemenag, Pengurus Masjid, dan Panti Asuhan
Sabtu, 07 Juni 2025 -
Antusias! Ratusan Warga Serbu Pembagian Daging Kurban di Kantor DPD PDI Perjuangan Lampung
Jumat, 06 Juni 2025 -
PDI Perjuangan Lampung Kurban 25 Hewan, Sudin: Ini Wujud Gotong Royong dan Kepedulian Sosial
Jumat, 06 Juni 2025 -
PDI Perjuangan Lampung Bagikan 1.300 Paket Daging Kurban di Hari Raya Idul Adha
Jumat, 06 Juni 2025