• Sabtu, 07 Juni 2025

Kedelai Naik, Perajin Tempe di Bandar Lampung Kurangi Produksi Hingga 50 Persen

Senin, 21 Februari 2022 - 16.38 WIB
440

Perajin tempe di Pulau Bacan, Jagabaya, Way Halim, saat ditemui di lapaknya di Pasar Pasir Gintung, Senin (21/2/2022). Foto: Sri/Kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Harga kedelai melambung tinggi di pasaran, perajin tahu dan tempe di Bandar Lampung mengurangi produksinya hingga 50 persen.

Asep, salah satu perajin tempe di Pulau Bacan, Jagabaya, Way Halim, yang hasilnya ia jual sendiri di pasar Pasir Gintung mengaku, semenjak kedelai mahal pembeli tempe dan tahu juga ikut menurun. Sehingga produksinyapun ikut dikurangi.

"Sehari kita produksi bisa satu kuintal, tapi sudah satu minggu ini kita kurangi setengahnya, jadi hanya 50 kilogram," ujar Asep, saat ditemui di lapaknya di Pasar Pasir Gintung, Senin (21/2/2022).

Menurutnya pengurangan produksi tersebut semenjak terjadinya kenaikan harga kedelai di angka Rp11.300 perkilogram, yang mana sebelumnya harga normal tidak lebih dari Rp8 ribu.

"Semenjak ada Covid-19 kedelai berangsur-angsur naik dari Rp10 ribu naik sampai saat ini Rp11 ribu lebih," ungkapnya.

Oleh karenanya untuk mengakali hal itu, pihaknya mengurangi ukuran tempe dan tahu, lantaran pembeli tidak akan mau beli jika harganya dinaikan dari sebelumnya.

"Tempe kalau di hitung bijian sekitar 500 biji per kuintalnya, kalau lagi normal ya habis sehari," kata dia.

Asep juga mengatakan, biasanya penjual gorengan mengambil barang ditempatnya, akan tetapi karena mjnyak goreng sedang mahal dan langka, maka tukang gorengan mogok jualan.

"Nah itu imbasnya juga di kita. Minyak mahal, PPKM lagi, jual gorengan juga berkurang karena biasanya ngambil tempe di kita. Jadi keuntungan yang kita ambil juga tidak seberapa, karena pengeluaran dan pemasukan juga enggak seimbang," papar Asep.

Senada, perajin tempe asal Teluk Betung Utara, Selamet mengaku, dengan melonjaknya harga kedelai yang sangat tinggi dimana sebelumnya hanya Rp 6 ribu per kilogram sekarang mencapai Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram.

"Kita biasanya pakai kedelai impor, karena kalau kita mau pakai kedelai lokal itu tidak bisa karena hasilnya kurang maksimal," ujar Selamet.

"Maka untuk mensiasatinya, ada sebagian yang kita naikan dan ada juga yang kita kecilkan ukurannya," sambungnya.

Selamet berharap, pemerintah segera menormalkan kembali harga kedelai yang saat ini kian melonjak naik.

"Semoga pemerintah peka dalam kenaikan kedelai ini, karena gimana nasib pengusaha tempe seperti kita kalau terus saja naik," harapnya. (*)

Video KUPAS TV : INDOMART GUNAKAN SISTEM KUPON, CALON PEMBELI MINYAK GORENG KECEWA