• Sabtu, 15 Februari 2025

Kisah Lukman Hakim dan Sejarah Tugu Pena Metro

Kamis, 06 Januari 2022 - 15.33 WIB
2.4k

Mantan Walikota Metro periode 2005-2014, Lukman Hakim saat diwawancarai di rumahnya. Foto : Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Ditengah perbincangan hangat soal wacana pemugaran tugu pena Metro, muncul sosok yang dinilai berpengaruh terhadap cikal-bakal berdirinya icon perdana Kota Pendidikan di Bumi Sai Wawai tersebut.

Dialah Lukman Hakim, seorang mantan Walikota Metro dua periode. Senyum hangat khas orang tua terpancar dari sosok mantan orang nomor satu di Kota Metro tersebut saat menyambut kedatangan jurnalis Kupas Tuntas di kediamannya, Jalan Dempo, Kelurahan Yosorejo, Kecamatan  Metro Timur, Kamis (6/1/2022).

Kepada Kupas Tuntas, Lukman menceritakan sejarah pembangunan tugu pena yang tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ia pun mengisahkan, sebelum berdirinya tugu pena dilokasi tersebut hanya ada bundaran.

"Tugu pena itu asal mulanya hanya bundaran saja, tujuannya untuk memecah keramaian lalulintas di pusat kota. Di perempatan pos kota itu memang sejak dulu ramai. Saya ingat dari dulu saat saya kecil disudut tugu itu ada pom bensin yang sekarang jadi pos polisi. Yang saya ingat setelah Metro jadi kota Madya disana hanya ada bundaran biasa yang kecil itu. Tidak ada simbol maupun tanda apapun disitu kecuali bundaran," ceritanya mengawali perbincangan.

Setelah memasuki periode pertama berdirinya Kota Madya Metro, munculah tugu bersimbol walet. Tugu itupun dibangun dan dirawat dengan gotong-royong masyarakat.

"Nah pada saat pak Moses bersama saya pada saat itu menjadi Walikota dan Wakil Walikota, disana kita kelola dan tidak pernah menggunakan APBD, hanya bagaimana kita bekerjasama dengan pihak-pihak swasta. Karena pada saat itu kan kondisi APBD kita belum punya kemampuan yang kuat menangani yang seperti itu," jelas mantan Walikota periode 2005-2014 tersebut.

Kemudian, saat Lukman terpilih dan dilantik menjadi Walikota Metro pada 2005. Terdapat perancangan pembangunan icon kota sesuai dengan visi dan misi Kota Metro menjadi Kota Pendidikan. Pembangunan icon Kota itupun melalui perencanaan yang matang dan saimbara design.

"Tahun 2005 saya dilantik, kita implementasikan visi dan misi itu. Saimbara secara terbuka itu kita hanya menyiapkan hadiah saja dan tidak terlalu besar. Lalu munculah pemikiran dari masyarakat luas yaitu pemenang saimbaranya ialah tugu pena. Yang lebih jelas pada saat saya menjadi Walikota periode pertama sekitar tahun 2006, kita ingin ada satu yang monumental," bebernya.

Pada periode pertamanya, pelaksanaan pembangunan tugu pena tanpa menggunakan APBD. Pembangunannya pun berlangsung sekitar tahun 2006 dan 2007.

"Jadi tugu itu betul-betul partisipasi masyarakat, waktu itu bank BNI 46 yang berpartisipasi membangun tugu pena dan tidak menggunakan APBD. Itu di tahun antara 2006 dan 2007 langsung mereka bangun itu dengan perjanjian promosi tentang bank," kisahnya.

Lukman Hakim pun berharap pemangku kebijakan saat ini tidak melakukan perubahan tugu pena. Hal tersebut agar sejarah daripada Kota pendidikan tetap kokoh berdiri sesuai visi dan misi.

"Kalau saya sih selama kepala daerah masih berharap tentang visi Kota yang mengarah pada Kota Pendidikan, maka tetap biarkan menjadi tugu pena yang merupakan simbul daripada pendidikan. Tugu pena itu masih sangat baik, dan itu betul-betul aspirasi dari masyarakat. Jadi kalau ada sekarang, seperti apapun pemikiran maka harus dilemparkan ke masyarakat secara luas," ujarnya.

Pria kelahiran Metro, 23 Juli 1952 silam tersebut juga mengaku telah banyak menyaksikan perkembangan pembangunan Kota yang belakangan dinilai tanpa arah. Ia pun mengajak pemerintah untuk melakukan modernisasi tanpa harus menghilangkan nilai sejarah.

"Saya banyak melihat dalam perkembangan pembangunan kota ini, kadang-kadang tanpa arah. Seperti di lapangan samber, pada saat saya menjabat dua periode saya pertahankan agar disana tidak ada bangunan apapun, agar disana dapat menjadi Central kegiatan anak sekolah. Tapi pada perkembangannya jadi seolah-olah tidak tertata. Saya berharap, kembalilah pada pemikiran-pemikiran dulu tapi mungkin jika harus diperbaharui ataupun dimodernisasi saya tetap sependapat, namun tidak menghilangkan ciri dan sejarahnya. Kecuali kalau pak Wali ini sudah mau masuk ke arah yang bukan kota pendidikan lagi," terangnya.

Ayah empat anak itu juga mengutarakan pemikirannya terkait dengan tugu pena. Ia berharap pemerintah melakukan pembangunan tanpa menghilangkan sejarahnya dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat tanpa harus membebani APBD.

"Kalau saya berharap, tugu pena itu diperindah dan dipercantik tanpa menghilangkan historisnya dan itulah ciri dari Kota Metro. Kemudian tidak semata-mata membebani APBD, jangan hanya motivasinya project. Kalau motivasinya project tidak akan pernah selesai itu sampai kapanpun. Jadi galanglah partisipasi dari pihak-pihak lain yang bukan pemerintah untuk mewujudkan itu, itu akan lebih langgeng," imbuhnya.

Mantan calon Wakil Gubernur Lampung pada 2014 itu berharap Walikota Metro memprioritaskan pembangunan khususnya dalam hal perbaikan infrastruktur jalan dan penanganan banjir.

"Seperti tugu itu, kenapa sampai 700 juta. Mengapa tidak untuk penanganan banjir maupun perbaikan jalan. Masih banyak masyarakat kita yang butuh itu. Sebagai orang tua yang sudah 70 tahun bernafas di Kota Metro, saya hanya berharap pemerintah kota metro kreatiflah, jangan hanya berorientasi pada project. Karena setiap project itu pasti ada sesuatunya. Kalau yang diutamakan hanya projects maka APBD kita tidak akan mampu," tandas Lukman Hakim diujung perbincangan. (*)

Video KUPAS TV : KASUS DBD DI MESUJI BERTAMBAH


Editor :