Ditutup Pemerintah Saat Nataru, Pelaku Wisata di Bandar Lampung Keberatan

Ilustrasi
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Para pemilik tempat wisata di Bandar Lampung mengaku keberatan atas kebijakan pemerintah setempat yang menutup tempat wisata saat natal dan tahun baru (Nataru) 2022.
Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPD Putri) Lampung, Adi Susanto mengatakan, pihaknya telah bertemu dengan pemkot, dalam pertemuan itu hampir semua pengusaha destinasi wisata yang ada di Bandar Lampung datang, dari pemkot hanya dihadiri oleh Sekda dalam pertemuan yang digelar di ruang rapat Walikota sekitar pukul 15.30 WIB sore hari ini.
Yang hasilnya kata dia, hampir semua pemilik tempat wisata keberatan dengan penutupan tempat wisata oleh pemerintah tersebut.
"Pertemuan dihadiri sekitar 23 pemilik tempat wisata di kota Bandar Lampung, tadi itu kita berharap dapat bertemu langsung dengan wali Kota Eva Dwiana. Karena kita berharap, keputusan penutupan tempat wisata saat Nataru 2021 ini masih bisa koma bukan titik. Artinya, diberikan kesempatan untuk buka," ujar Adi, saat dikonfirmasi, Senin (20/12/2021).
Harapannya besar lantaran sudah beberapa kali saat hari besar tempat wisata ditutup. Dia pun membandingkan tempat wisata dengan Muktamar NU yang beberapa hari lagi akan digelar. Jika dilihat dalam acara Muktamar NU yang ribuan orang saja diperbolehkan, kemudian restoran yang tempatnya kecil dan berhimpitan itupun diperbolehkan, mengapa tempat wisata tidak?.
"Maka kenapa tempat wisata yang mempunyai luas puluhan hektar, yang mau puluhan ribu pengunjung datang akan tidak tampak orang kesitu, seperti Duta Wisata, Bukit Sakura dan lainnya harus ditutup?," tuturnya mempertanyakan.
Mengapa tanyanya, tempat wisata selalu dijadikan alasan akan terjadi klaster baru penyebaran Covid-19 jika dibuka, sementara faktanya di lapangan (tempat wisata), sendiri sudah patuh terhadap prokes, setiap tempat wisata pasti ada pengecekan suhu, tempat cuci tangan dan sebagainya.
"Sementara kita bayar pajak itu besar, seperti ada yang perbulannya itu mencapai Rp 80 juta, jadi kenapa usulan kita diabaikan. Maka kita mencari keadilan jangan disamakan kita dengan panti pijat, sementara restoran buka sampai jam 10 malam yang mana itu live musik," ungkap Adi.
Ketika ada temuan tempat wisata yang melanggar prokes tegasnya, maka pihaknya juga akan menerima kalau tempat itu dilakukan penutupan.
Akan tetapi Ia juga membandingkan tempat wisata yang ada di pulau Jawa seperti di Yogyakarta, Jakarta dan Bandung.
"Saya cek kemarin itu pengunjungnya penuh. Jadi kita minta pemkot juga harus membuat kebijakan yang adil," tegas dia.
Menurutnya, pihaknya bakal terima jika keputusan itu memang adil. Seperti kalau semua tempat yang mengundang keramaian itu ditutup semua, kalau bisa jangan ada orang yang masuk di wilayah Bandar Lampung.
"Mereka (Pemkot) mengajak pertemuan dengan kita tapi dalam pertemuan itu tidak memberikan solusi, ya untuk apa?. Tapi kita terus berupaya agar pemkot tidak menutup, karena Nataru itu seperti lebarannya destinasi wisata, karena kita sudah 2 tahun ini tidak ada pemasukan," tandasnya. (*)
Video KUPAS TV : TRADISI BERBURU KULINER TRADISONAL MASYARAKAT PRINGSEWU
Berita Lainnya
-
Berikut Jadwal Lengkap Estimasi Keberangkatan Calon Jamaah Haji Lampung Tahun 2025
Rabu, 30 April 2025 -
Bersama Walikota Bandar Lampung, Aliansi Masyarakat Tegaskan Komitmen Atasi Tantangan Bencana
Rabu, 30 April 2025 -
Bulog Kanwil Lampung Serap 145.430 Ton Gabah Petani Hingga April 2025
Rabu, 30 April 2025 -
HIMA Magister Bahasa Inggris Gelar Seminar Akademik 'ELLITE #1 Forum' di Universitas Teknokrat Indonesia
Rabu, 30 April 2025