Dianggarkan Rp600 Miliar, Rumah Sakit Pendidikan dan IRC Unila Dibangun Mei 2022

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbud, Aris Djunaidi, didampingi Wakil Rektor lV Bidang Perencanaan, Kerjasama Unila, Suharso, saat dimintai keterangan, Selasa (7/12/2021). Foto: Sri/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Dianggarkan Rp600 miliar, Rumah Sakit Pendidikan Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) dan Gedung Integrated Riset Center (IRC) Universitas Lampung (Unila) akan dibangun pada Mei 2022 mendatang.
Rencana pembangunan gedung RSPTN- IRC Unila ini merupakan Proyek higher education for teknology and Inovation (HETI) dari project implementation unit (PIU), yang dananya berasal dari Asian Development Bank (ADB) melalui sistem pinjam, disamping itu dana pendamping pembangunan itu dari Universitas Lampung.
Wakil Rektor lV Bidang Perencanaan, Kerjasama Unila, Suharso mengatakan, sudah dilakukan tandatangan kontrak pembangunan proyek RSPTN-IRC, dan tahun 2022 konstruksi tahap pertama sudah dilaksanakan.
"Kemudian pada 2023 pembangunan secara fisik sudah selesai. Lalu peralatan dan sebagainya itu juga di 2023 dan mudah-mudahan di tahun 2027 itu sudah beroperasi," kata Suharso, saat dimintai keterangan, di gedung rektorat Unila, Selasa (7/12/2021).
Untuk pendanaannya lanjutnya, berasal dari ADB baik fisik maupun peralatan yang ada di dalamnya nanti, yang mencapai 38 juta dolar AS atau total kurang lebih Rp600 miliar.
"Proses ADB Rp600 miliar ini tahapannya sudah negosiasi dengan Kementerian Keuangan lalu sudah disetujui dari ADB. Kemudian hari ini akan dilakukan penandatanganan oleh pemerintah Indonesia dengan ADB, lalu akan ada semacam akta notaris bahwa ini sudah efektif," jelasnya.
Untuk rinciannya terangnya, pembiayaan pada pembangunan RSPTN mencapai senilai 9.449.332 dolar AS sedangkan IRC nya senilai 4.502.083 dolar AS. Jika di total dari RSPTN-IRC dan termasuk pembangunan air dan limbahnya begitu juga dengan biaya operasional nya sehingga total biaya dari kegiatan ini 44.264.552 dolar AS.
"Sehingga jika kita lihat dari pembagian biayanya itu bahwa untuk riset bersama dan lain-lain itu ya sekitar 38 persen dari keseluruhan total biaya. Kemudian untuk fisiknya sendiri sekitar mungkin 56 persen dari anggaran total," ungkapnya.
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbud, Aris Djunaidi mengaku, pihaknya mendukung Unila membuat rumah sakit pendidikan, nanti fungsinya untuk meningkatkan kompetensi para calon dokter.
"Apalagi ini diintegrasikan dengan riset center yang mana kapasitas dosen dan tenaga kesehatan ikut memperkaya hasil penelitian. Ini juga untuk mendukung daya saing Unila ke Tingkat Global, dengan dukungan melalui daya saing regional dan daya saing nasional, " ujarnya.
Sementara, Perwakilan Asian Development Bank (ADB) Indonesia Sutarum Wiryono menyampaikan, pihaknya bukan hanya sekedar membangun fisik rumah sakit, tetapi juga membangun satu ekosistem yang bisa memberikan manfaat yang lebih jangka panjang.
"Untuk kegiatan pelatihan dan join riset dan juga kerja sama yang baik dengan pihak domestik maupun internasional. Yang layanan nya nanti sudah modern untuk memudahkan berkomunikasi antara pasien dengan Rumah Sakit, termasuk di situ nanti akan muatan kurikulum nya," tandasnya. (*)
Video KUPAS TV : PENETAPAN UMK BANDAR LAMPUNG TAK SESUAI HARAPAN WALI KOTA
Berita Lainnya
-
RSUD Abdul Moeloek Gratiskan Layanan Mobil Jenazah untuk Peserta BPJS Kelas III
Selasa, 29 April 2025 -
RSUD Abdul Moeloek Gratiskan Layanan Mobil Jenazah untuk Peserta BPJS Kelas III
Selasa, 29 April 2025 -
Kupas Tuntas Grup Lepas Karyawan Terbaik Jadi PNS Kementerian Komdigi
Selasa, 29 April 2025 -
Sidang Korupsi Bendungan Margatiga, Tiga Saksi Mengaku Tidak Nikmati Uang Pencairan Jual Tanah
Selasa, 29 April 2025