• Sabtu, 27 April 2024

Brigjen Nurwahid: Agama Tidak Terkait Radikalisme dan Terorisme

Rabu, 01 Desember 2021 - 18.22 WIB
769

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwahid, saat memberikan sambutan dalam acara "Anugerah Indonesia Damai 2021". Foto: Ist

Kupastuntas.co, Jakarta - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwahid mengajak masyarakat Indonesia untuk menyamakan persepsi bahwa agama tidak berkaitan dengan radikalisme dan terorisme.

"Ini yang kita harus samakan persepsi, terorisme dan radikalisme yang mengatasnamakan agama sejatinya adalah fitnah," ucap Ahmad Nurwahid menegaskan.

Imbauan tersebut dikemukakannya saat memberikan sambutan dalam acara "Anugerah Indonesia Damai 2021" yang diselenggarakan Sub-Direktorat (Subdit) Pemberdayaan Masyarakat BNPT bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) dari 32 provinsi se-Indonesia, di Jakarta, Selasa (30/11/21).

Menurut Nurwahid, salah satu akar masalah terorisme adalah ideologi yang menyimpang.

Ideologi yang menjadi motif radikalisme dan terorisme itu, lanjut Nurwahid, dipicu oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah politisasi agama, ekonomi, rasa kebencian, dendam, ketidakpuasan, dan pemahaman agama yang keliru.

Dalam acara tersebut, Nurwahid juga mengumumkan para pemenang rangkaian lomba yang diadakan BNPT dan FKPT, mulai dari lomba video kreatif, guru pelopor moderasi beragama di sekolah, microblog, dan infografis.

Kemudian, ia mengapresiasi semangat dan antusiasme para peserta karena telah mengumpulkan ribuan karya yang meliputi 3.509 karya dari lomba guru pelopor moderasi beragama, 3.654 microblog dan infografis, 1.073 video kreatif, dan 198 karya tulis.

Kontribusi para peserta melalui karya, ujar Nurwahid, dapat menjadi masukan untuk mencegah tumbuhnya paham radikalisme dan terorisme di Indonesia.

Karya-karya itu dapat dibagikan di media sosial sebagai kontra narasi melawan konten-konten radikalisme yang ada.

Menurutnya, mendominasi media sosial dengan konten-konten kebangsaan dan nasionalisme merupakan salah satu cara utama yang bisa dilakukan oleh peserta, bahkan masyarakat Indonesia untuk melawan terorisme dan radikalisme di daerahnya masing-masing.

"Akar masalah terorisme dan radikalisme di setiap daerah tidak sama karena yang mengetahui persis adalah masyarakat provinsi tersebut," tutur Ahmad Nurwahid. (rls)

Video KUPAS TV : DENSUS 88 TANGKAP WARGA PESAWARAN TERDUGA TERORIS