Petani Kota Metro Diminta Segera Olah Lahan Persawahan

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro, Herry Wiratno, saat memberikan keterangan. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro - Memasuki musim tanam (MT) 1 disertai musim penghujan dengan intensitas tinggi, para petani di Kota Metro diminta segera melakukan pengolahan lahan pertanian.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro, Herry Wiratno. Menurutnya, musim penghujan mempermudah petani mengolah lahan pada MT 1 di Metro.
"Dengan seringnya hujan yang terjadi saat ini sangat membantu pada proses pengolahan lahan. Curah hujan yang cukup tinggi ini mendukung pengolahan lahan karena para pembajak tidak lagi kesulitan apalagi di 15 Desember nanti kita sudah tutup tanam," ucap Herry, saat memberikan keterangan, Selasa (16/11/2021).
Ia juga mengatakan, ketersediaan air pada MT 1 dipastikan cukup untuk membantu petani mengolah ribuan hektar sawah se-Bumi Sai Wawai.
"Dari 2.923 hektar sawah yang ada, hingga tutup tanam nanti terbilang cukup. Ketersediaan air cukup, selama pengolahan lahan kita mendapat 1,4 liter per detik. Kemudian setelah tutup tanam kita hanya mendapat 0,6 liter per detik," ujarnya.
Kadis juga menyampaikan, setelah tutup tanam pada 15 Desember mendatang, nantinya Dinas Pekerjaan Umum Pengairan akan memberlakukan jadwal gilir air.
"Setelah itu PU akan melakukan penjadwalan gilir air. Pasti nanti akan diadakan pola gilir, artinya akan ada jadwal gilir," kata Herry.
Pada MT 1 tersebut, petani disarankan untuk menanam padi jenis Inpari 32 atau 42. Hal tersebut guna menjaga kualitas padi di musim penghujan. Selain itu, petani juga diminta untuk melakukan gerakan pengendalian (Gerdal) seperti gropyokan tikus.
"Kita sarankan untuk menanam padi jenis Inpari 32 dan 42. Lalu mulai sekarang juga harus melakukan gropyokan agar hama tikus dapat terusir, hama tikus ini masih banyak," terangnya.
Tak hanya itu, pada MT 1 ini Kadis juga meminta masyarakat petani untuk mewaspadai hawar pelepah daun akibat serangan jamur Rhizoctonia Solani Kuhn AG-1 yang menyasar pokok padi pada usia mulai dari 40 hari.
"Pengendalian penyakit ini sulit dilakukan karena patogen nya memiliki inang yang beragam. Patogen selalu tersedia di tanah dan dapat bertahan hidup dalam bentuk aktif maupun dorman. Keparahan penyakit hawar pelepah terus meningkat akhir-akhir ini di Indonesia, terutama di daerah pertanian padi yang intensif," tandasnya. (*)
Video KUPAS TV : PEMKOT BERENCANA BANGUN KOPERASI PRODUKSI HEWAN TERNAK DI BANDAR LAMPUNG
Berita Lainnya
-
Polisi Tangkap 14 Pelaku Kejahatan di Metro Lampung
Jumat, 16 Mei 2025 -
Dinkes Temukan 318 kasus DBD di Metro Lampung Dalam 5 Bulan
Jumat, 16 Mei 2025 -
Viral, Pencuri Motor Bersenpi Gagal Beraksi di Toko Multi Mart Metro
Kamis, 15 Mei 2025 -
Menteri P2MI Sidak LPK Jiema Japan, Pemkot Metro Perketat Pengawasan
Kamis, 15 Mei 2025