Seminar Kajian Koleksi Museum, Narsum Ungkap Sejarah, Perkembangan Hingga Cara Pembuatan Tenun

Tampak acara Seminar Kajian Koleksi Museum Tenun Tradisional Karya Adiluhung Perempuan Lampung yang digelar UPTD Museum Lampung di gedung Bioskop Sanak Lampung, Kamis (11/11/2021). Foto: Ist
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Acara Seminar Kajian Koleksi Museum Tenun Tradisional Karya Adiluhung Perempuan Lampung yang digelar UPTD Museum Lampung di gedung Bioskop Sanak Lampung, Kamis (11/11/2021), menghadirkan tiga narasumber (Narsum).
Ketiga narasamber tersebut yaitu dari akademisi Dr. Berthoven Vivid Nurdin M.Si yang juga menjabat Kajur Sosiologi Fisip Unila, dari praktisi tenun, Sri Rahayu dan pengrajin Tenun, Zurhaida. Dan untuk pesertanya dari guru dan mahasiswa.
Dr. Berthoven Vivid Nurdin Dalam pemaparannya menjelaskan tentang sejarah kain tenun tradisional Lampung yang sudah ada sejak lama.
“Sejarah kain tenun Lampung menurut keterangan Van der Hoop sebelum abad ke -II Masehi sudah ada, hal tersebut berarti peradaban masyarakat Lampung sudah tinggi dan bagus, sudah mengenali teknik-teknik yang meski belum secanggih sekarang dan mungkin masih terbatas pada motif-motif tertentu,” jelasnya.
“Tetapi itu hanya menurut manuskrip Belanda yang telah kita baca, namun tidak dapat melihat bukti-bukti empiris dan ilmiah seperti apa. Artinya zaman dahulu kain tenun sudah ada, namun mungkin masih dengan motif-motif tertentu dan tidak dapat dilihat bukti-bukti karena hanya bisa melihat manuskrip dari belanda,” tegasnya.
Menurutnya, perubahan adalah suatu hal yang wajar, dapat beradabtasi dengan perubahan, kain tenun juga mengalami perubahan. "Changed without lost" yang artinya berubah tanpa meninggalkan identitas diri.
“Dalam menjalankan bisnis UMKM dan lain lain, kain tenun boleh saja dimodifikasi dan dipakai siapa saja, sehingga kain tenun kita menjadi mendunia dan hal tersebut perlu dilakukan. Perubahan akan menciptakan inovasi-inovasi baru namun dalam konteks sakral makna kain tenun tersebut tidak boleh berubah,” terang dia.
Dikatakan, selera kain tenun orang-orang beragam, ada yang suka warna cerah, kalau dulu warna kain tenun dari kunyit dari daun-daun sehingga warnanya lebih alami, namun sekarang menggunakan warna sintesis disesuaikan kebutuhan saat ini dan selera pasar.
"Pesan saya terutama untuk generasi muda, peradabaan ini tidak boleh hilang mesti adanya globalisasi, modernisasi, teknologi atau yang lainnya. Namun identitas dan kebudayaan tidak boleh hilang, seperti falsafalah Lampung yang tercorak dalam motif-motif kain tenun Lampung,” ujarnya.
“Kegiatan seminar ini adalah kegiatan yang baik sekali. Museum Lampung hadir ditengah masyarakat dan perlu diapresiasi, bila perlu untuk sering diadakan karena kearifan lokal ini harus dilestarikan, dirawat dan tidak boleh hilang,” ungkapnya.
Sementara dari praktisi tenun, Sri Rahayu lebih menekankan pada pengembangan kain tenun yang harus mengikuti perkembangan zaman.
“Kain tenun biasa dipakai di masyarakat Lampung. Tapi orang-orang luar tidak suka motif lama oleh karena itu kita bisa mengembangkannya sehingga bisa diterima masyarakat luar Lampung. Jadi motif itu harus berbeda-beda sesuai dengan zaman sekarang, bagaimana cara mereka bisa memakainya, kemana saja mereka memakainya mereka tetap percaya diri dan bagus. Apa lagi pak Jokowi mewajibkan di Kementrian setiap hari Selasa memakai pakaian daerah masing-masing,” tutur Sri Rahayu.
Jadi, tambah pemilik Rahayu Galeri ini, intinya banyak yang sudah bisa membuat tapis namun belum banyak yang bisa mengembangkannya. Sebab, perkembangan kain tapis atau tenun di zaman serba teknologi saat ini sangat diperlukan karena bisa menghidupkan UMKM.
“Sudah seharusnya kita mengembangkan tapis sesuai perkembangan jaman. Karena dapat menghidupkan UMKM,” jelasnya.
Kemudian, dari pengrajin Tenun, Zurhaida dalam kesempatan tersebut mempraktekkan langsung cara pembuatan kain tenun. Dengan demikian para peserta bisa melihat langsung bagaimana proses pembuatan kain tenun tradisonal Lampung.
Sebelumnya, Kepala UPTD Museum Lampung, Budi Supriyanto, mengatakan kegiatan Seminar Kajian Koleksi Museum Tenun Tradisional Karya Adiluhung Perempuan Lampung bertujuan agar informasi yang berkaitan dengan kain tenun bisa terungkap dalam bentuk kajian yang informasinya bisa dimanfaatkan oleh siapapun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan Lampung. (*)
Berita Lainnya
-
Kronologi dan Penyebab Tabrakan Beruntun di Depan RSUD Abdul Moeloek
Minggu, 13 Juli 2025 -
Tabrakan Beruntun Truk Tangki dan Sejumlah Mobil Terjadi di Depan RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung
Sabtu, 12 Juli 2025 -
Bandar Lampung Expo 2025 Resmi Dibuka, Ribuan Warga Padati Graha Mandala
Sabtu, 12 Juli 2025 -
Luluskan 555 Sarjana, Itera Luncurkan Kurikulum Baru Berbasis AI dan Visi Global
Sabtu, 12 Juli 2025