PT PSMI Way Kanan Digugat Ahli Waris Tanah Adat Terkait Sewa Tanah

Suasana pertemuan antara PT PSMI dengan ahli waris tanah adat yang dimediasi DPRD Lampung. Foto: Sri/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Tanah yang di duduki PT Pemuka
Sakti Manis Indah (PSMI) di Kecamatan Negara Batin, Way Kanan, Lampung kembali
bersengketa.
Hal itu terungkap, saat DPRD Provinsi Lampung melakukan
pertemuan antara pihak keluarga ahli waris tanah adat di Negara Batin,
perwakilan PT PSMI, Badan Pertanahan Negara (BPN) dan Kadis Kehutanan Lampung,
di ruang rapat Komisi DPRD Provinsi Lampung, Senin (1/11/2021).
Juru bicara keluarga ahli waris tanah adat Ike Edwin
mengungkapkan, 14,9 ribu dari 217 ribu hektar tanah milik adat negara batin
tersebut dikuasai PT PSMI dengan sistem sewa. Namun, hingga kini belum
dibayarkan kepada ahli waris.
"Maka hari ini saya datang kesini mempersoalkan tanah
yang disewa oleh PT PSMI itu dari 2003 dan diresmikan sejak 2007 sampai hari
ini belum membayar sewa itu," kata Dang Ike, sapaan akrabnya.
Jika pihak PT PSMI mengaku sudah membayarkan sewa itu
pertahunnya pada pemilik tanah, kata Edwin, maka kepada siapa mereka membayar
karena sampai sekarang pihaknya belum menerima apapun dan tidak mungkin datang
ke DPRD jika sudah dibayar.
Ia mengaku, sebelumnya memang pernah melakukan pertemuan
dengan pihak PT PSMI, namun hingga saat ini tidak ada titik terang.
"Maka sekarang kita minta PT PSMI ini harus membayar
sewa, kalau tidak ya kita ambil alih oleh keluarga. Tapi keluarga kita ini
tidak mau seperti itu, karena keluarga ini tahu kalau PT PSMI ini juga
memberikan pemasukan pada negara dengan membayar pajak," tegasnya.
Sementara itu, Direktur PT PSMI, Meizikri Bahtiar, mengaku
sejarah perjalanan pembukaan lahan untuk kebun tebu di lokasi tersebut dimulai sejak
1996. Dari luas 1.120 hektar yang awalnya disewa, perusahaan hanya menguasai
800 hektar. Karena jelasnya, yang 300 hektar telah kembali dikuasai oleh
masyarakat.
Kemudian, pada tahun 2003 oleh Mangkubumi III sebagai
penyeimbang adat, sewa diperpanjang selama 10 tahun. Lalu setelah masanya habis
sewa diperpanjang lagi hingga 2036 mendatang.
"Namun di lokasi itu kita pakai hanya 800 hektar. Jadi
yang 14 ribuan hektaran itu yang memakai masyarakat itu sendiri yang bermitra
dengan kita," ujarnya.
"Sementara mereka maunya kita jangan bayar ke
masyarakat tapi bayarkan ke penyeimbang adat. Tapi kalau itu kita lakukan kita
yang dikeroyok sama masyarakat," timpal Meizikri Bahtiar.
Ketua DPRD Lampung Mingrum Gumay, yang juga memimpin
langsung rapat tersebut mengatakan, pertemuan ini dilakukan untuk musyawarah
saling meluruskan klaim dari para pihak, terutama dari PT PSMI.
Jika PT PSMI memang benar sudah membayar sewa tanah itu
kepada bukan orang yang berhak, maka PT PSMI bisa melaporkan ke Polda Lampung.
DPRD akan sangat mendukung langkah tersebut.
"Karena ini persoalannya antara rakyat dan korporasi maka
saya rasa dalam pertemuan ini agar ada keputusannya. Kita juga bukan anti pada
korporasi, tapi agar pengusaha aman dan nyaman dalam menjalankan usahanya dan
hidup berdampingan dengan masyarakat," ujar Mingrum.
Foto: Rapat Dengar Pendapat antara pihak keluarga ahli waris tanah adat di Negara Batin, perwakilan PT PSMI, Badan Pertanahan Negara (BPN) dan Kadis Kehutanan Lampung, di ruang rapat Komisi DPRD Lampung, Senin (1/11/2021). (Sri)
Video KUPAS TV : ATLET PARALIMPIADE LAMPUNG SIAP REBUT MEDALI DI PEPARNAS PAPUA 2021
Berita Lainnya
-
Kuota LPG 3 Kg di Lampung Tahun 2025 Sebanyak 217.836 MT
Rabu, 19 Februari 2025 -
Divre IV Tanjungkarang Pastikan Keselamatan Jelang Angkutan Mudik Lebaran 2025
Rabu, 19 Februari 2025 -
Kadin Lampung Harap Mirza-Jihan Ciptakan Iklim Usaha dan Investasi yang Kondusif
Rabu, 19 Februari 2025 -
Kendaraan Pengangkut Minim, Sampah di TPS Kemiling Permai Bandar Lampung Menumpuk
Rabu, 19 Februari 2025