Kupastuntas.co, Lampung Timur - Edy Charton, pria 41 tahun warga Desa Braja Fajar, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur (Lamtim), sudah 24 tahun menjadi pelatih bulutangkis, dan sudah banyak menjadikan anak didik nya juara tingkat provinsi. 

Dengan mengenakan kaos warna putih dan celana pendek, ia melatih sejumlah anak-anak pradini.

Setumpuk kok tersusun di tangan kiri Edy, sementara tangan kanan terus mengayunkan raket memberi umpan kepada anak didiknya untuk melatih kecepatan.

"Terus fokus upayakan memukul terarah, jangan asal mengayunkan raket," kata Edy kepada dua anak-anak yang masih berusia 9 tahun.

Edy juga mengatakan, dirinya sudah menjadi pelatih sejak tahin 1997 silam. Dan hasil kerja aakerasnya selama puluhan tahun tersebut aaaamembuahkan hasil.

Sebab, Atidak sedikit anak didiknya yang masuk even tingkat nasional, dan terakhir September 2021 anak didiknya bernama Akbar (9) menyabet juara satu tingkat nasional ajang perlombaan pradini.

"Baru satu bulan ini Akbar menang juara 1 tingkat nasional, dan juara dua dan tiga juga diraih anak didik saya, di even tingkat nasional," lanjutnya.

Ironis kata Edy, selama 24 tahun menjadi pelatih sama sekali tidak ada lirikan dari pemerintah setempat, melainkan Edy melakukan hal tersebut dengan mandiri dengan cara tradisional tanpa sarana pendukung yang modern.

"Bahkan, untuk tempat berlatih kami nyewa, untuk bayar sewa saya ambil dari uang anak anak yang belajar, kepada saya," Kata Edy.

Edy melanjutkan, setidaknya ada 12 anak dari usia 9 - 16 tahun yang belajar buku tangkis di bawah binaan nya, jadwal latihan tergantung permintaan peserta, ada yang tujuh hari berturut ada pula yang 3 hari dalam satu minggu, satu pertemuan membutuhkan waktu 2 jam.

"Satu pertemuan biaya administrasi 25 ribu," ungkapnya.

Anak anak yang berlatih kepadanya bukan hanya warga Lampung Timur, melainkan ada juga dari daerah lain seperti Kota Metro, Lampung Utara dan Lampung Tengah.

Bahkan Edy Charton yang sudah sering menjuarai bulu tangkis tingkat Provinsi Lampung, namun sama sekali tidak pernah dilirik pemerintah. (*)