• Minggu, 04 Mei 2025

Media Online Jangan Memuat Informasi Seperti Medsos

Jumat, 17 September 2021 - 07.20 WIB
317

Andy Corry Wardhani, Khomsahrial Romli, Supriyadi Alfian, Hendri Sihaloho. Foto: Doc/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Media online jangan memuat informasi seperti media sosial (Medsos). Karena selama ini medsos lebih banyak menyajikan informasi hoaks. Media online juga harus terus berinovasi, agar tidak ditinggalkan pembaca.

Pengamat Komunikasi Universitas Lampung (Unila), Andy Corry Wardhani mengungkapkan bahwa saat ini media online memiliki tantangan sangat besar dalam menyajikan berita yang memiliki kredibilitas.

"Tantangannya sekarang adalah media online diharapkan tidak ikut memuat informasi seperti media sosial. Dimana media sosial banyak memuat informasi hoaks dan hanya mementingkan agar bisa viral," ujar Andy, Kamis (16/9).

Saat ini masyarakat di Indonesia telah memasuki masa post truth atau pasca kebenaran. Dimana sekarang masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan fakta. "Jika dilihat dari aspek komunikasi itu tidak benar, karena yang dipercaya harus fakta. Media online diharapkan bisa melawan apa yang banyak terjadi di media sosial. Media online dapat kredibel jika efek negatif di media sosial itu bisa dicegah," kata dia.

Andi mengingatkan media online memiliki tantangan yang begitu berat agar tetap eksis. Media online dituntut menyajikan informasi yang inovatif serta mengerti kebutuhan para pembaca. “Media online juga jangan hanya fokus dalam satu tema pemberitaan,” ujarnya.

Pengamat Komunikasi dari Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN RIL), Prof Khomsahrial Romli mengatakan, saat ini media online ibarat virus yang menyebar sangat cepat ke pembaca. Media online bisa menjangkau banyak pembaca, hanya dalam waktu satu menit.

"Media online itu seperti virus, jika sudah masuk satu maka semua akan kena. Media online kini menjadi media yang paling cepat menyebar, karena bisa menjangkau ke banyak pembaca hanya dalam waktu satu menit," kata Khomsahrial, kemarin.

Menurutnya, media online harus terus melakukan inovasi mengikuti perkembangan teknologi yang begitu pesat. Ketika media online tertinggal melakukan inovasi, maka siap-siap ditinggal pembacanya.

"Cakupan media online ini sangat luas dan cepat sekali. Kejadian yang ada bisa langsung dikabarkan. Sementara jika media cetak harus menunggu esok hari untuk terbit dan sampai ke pembaca," ujar dia.

Supaya bisa tetap eksis, lanjut Khomsahrial, perusahaan pers jangan hanya fokus mengelola satu media. Namun harus melakukan ekspansi usaha mulai dari koran, televisi, radio hingga online.  

Khomsahrial memprediksi, pada tahun 2035 mendatang media cetak akan hilang. Sehingga perusahaan media sejak saat ini harus membuat banyak platform media massa digital, karena memiliki pangsa pasar  menjanjikan.

Ia juga meminta perusahaan media meningkatkan sumber daya manusia (SDM) khususnya jurnalis, sehingga bisa menyajikan informasi yang tetap disukai para pembaca.

Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung, Supriyadi Alfian menjelaskan perkembangan media online di Lampung sangat luar biasa. Menurut Supriyadi, media online sudah mampu menggusur keberadaan media cetak.

"Perkembangan media online sangat luar biasa. Dalam dua tahun kedepan, kemungkinan media cetak akan tergusur oleh media online. Untuk itu pengelola media dan wartawan harus terus berinovasi agar bisa mengikuti perkembangan teknologi yang begitu pesat," kata dia.

Supriyadi melanjutkan, untuk menjawab tantangan perkembangan teknologi, SDM pada perusahaan media harus mematuhi Kode Etik Jurnalistik, UU Pers serta etika wartawan. Kecepatan penyampaian informasi melalui media online harus diimbangi dengan data dan kualitas serta harus mematuhi Kode Etik Jurnalistik.

Menurut Supriyadi, saat ini media online telah menjadi acuan masyarakat yang ingin mendapatkan informasi. Ia berharap, pemerintah daerah maupun swasta dapat terus mendukung untuk berkembangnya media online.

"Saya yakin kedepannya media online ini menjadi acuan, karena cetak sekarang dijadikan sebagai dokumentasi. Media online sangat berpeluang terhadap bisnis media massa, karena kecepatanya kini informasi di media online sangat ditunggu oleh para pembaca,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung, Hendri Sihaloho mengatakan media online di Lampung saat ini secara kuantitas terus bertambah. Idealnya, kata Hendri, semakin bermunculan media online maka semakin bisa mengakomodasi kepentingan publik. Karena loyalitasnya harus kepada kepentingan publik.

“Kalau saya perhatikan media online di Lampung ini beragam, tetapi dalam kontennya itu seragam. Jadi apa yang disajikan oleh media yang satu juga disajikan oleh media yang lainnya, jadi secara kontens sama,” ujar Hendri.  

Ia menyarankan, semestinya konten media online bisa beragam dan bisa mengakomodir suara-suara publik yang kurang mendapat tempat di ruang publik. Selain itu, juga untuk meningkatkan mutu demokrasi dan menjadi pilar demokrasi.

“Media online ini biasanya mengejar kecepatan daripada ketepatan. Maka ini perlu diubah, harus lebih memperhatikan akurasi dan melakukan verifikasi. Setiap informasi yang diterima harus dilakukan cek and ricek,” kata dia.

Ia menambahkan, peluang bisnis media online tidak lagi konvensional. “Agar bisa lebih independen, coba menerapkan seperti media yang di luar negeri, saling kolaborasi sesama media yang mengangkat isu-isu krusial,” ungkapnya. 

 Andy Corry Wardhani: “Tantangannya sekarang adalah media online diharapkan tidak ikut memuat informasi seperti media sosial. Dimana media sosial banyak memuat informasi hoaks dan hanya mementingkan agar bisa viral”.

Khomsahrial Romli: “Media online itu seperti virus, jika sudah masuk satu maka semua akan kena. Media online kini menjadi media yang paling cepat menyebar, karena bisa menjangkau ke banyak pembaca hanya dalam waktu satu menit”

Supriyadi Alfian: “Saya yakin kedepannya media online ini menjadi acuan. Media online sangat berpeluang terhadap bisnis media massa, karena kecepatanya kini informasi di media online sangat ditunggu oleh para pembaca”.

Hendri Sihaloho: ”Media online ini biasanya mengejar kecepatan daripada ketepatan. Maka ini perlu diubah, harus lebih memperhatikan akurasi dan melakukan verifikasi. Setiap informasi yang diterima harus dilakukan cek and ricek”. (*)

Video KUPAS TV : Perairan Teluk Lampung Tercemar Limbah Hitam Mirip Aspal

Editor :