Mutholib Bercita-cita Menghijaukan Kembali Register 38 Marga Sekampung Lamtim
Kupastuntas.co, Lampung Timur - Dari jarak pandang 500 meter, tampak terlihat atap asbes dibawah perbukitan Register 38, tepatnya di Desa Giri Muliyo, Kecamatan Marga Sekampung, Lampung Timur. Rabu (8/9/2021).
Jalan terjal menanjak cukup, cukup membuat kedua kaki ngilu, belum di tambah tanah yang melekat pada alas sepatu karena baru saja hujan menerpa. Dari jalan utama (jalan desa) butuh waktu 15 menit untuk tiba di gubuk Kelompok Tani Hutan (KTH) Argomulyo Lestari.
Selama perjalanan menuju gubuk KTH, sisi kanan dan kiri banyak ditumbuhi tanaman alpukat, hampir setiap ranting di penuhi buah berwarna hijau dengan ukuran bervariasi.
"Mari mas masuk, sini duduk dulu, sambil ngopi kebetulan hari ini banyak tamu jadi sedikit sibuk, sampean santai saja dulu disini, nanti kita ngobrol ngobrol," ucap pria berbadan tegap dan berambut gondrong itu. Saat menyambut kupastuntas.co. Selasa (8/9/2021).
Pria tersebut bernama Anto Abdul Mutholib, yang merupakan pejuang lingkungan yang ingin menghijaukan kembali register 38 dari kondisi kegersangan.
"kopi nya mas, sambil ngobrol maaf sedikit berisik karena banyak rekan rekan," ujarnya.
Pria dengan penampilan dingin itu mulai bercerita, 2004 ketika Anto pulang dari perantauan di Pulau Batam, dia melihat kondisi register banyak tenda tenda plastik untuk berteduh para penebang pohon Sono Keling, dan sejenis, di sisi lain terlihat hamparan tanaman palawija ubi kayu dan jagung.
"Hati saya tergugah, apa yang akan saya lakukan agar register 5 khususnya Desa Giri Muliyo ini kembali asri, hijau selayaknya hutan," kata Anto, dengan mengingat waktu silam.
2005 dirinya berupaya mendatangi setiap rumah atau setiap bertemu orang di ladang untuk di ajak menghijaukan register dengan menanam alpukat, namun setiap orang yang di temui hanya melempar senyum seolah mengejek.
"Saya heran tidak ada yang merespon, mereka abai apa yang telah saya tawarkan, tapi saya terus berjuang meyakinkan masyarakat. Dan selama 9 tahun saya di anggap seperti orang gila, setiap hari kerjaan saya hanya menyambung bibit alpukat," terangnya.
Di tahun 2017, Anto berhasil mendoktrin 6 orang untuk bertanam Alpukat, bahkan karena keinginan Anto ingin menghijaukan register 38, dia memberikan bibit alpukat secara geratis dengan 6 orang tersebut, dengan jumlah yang lumayan banyak, dan juga Anto mengajari cara pembibitan hingga penyambungan.
Hari terus berlalu, 2019 tanaman alpukat milik enam orang binaan Anto menghasilkan buah yang maksimal, dengan ukuran sempurna dan memiliki cita rasa yang di sukai banyak orang, ekonomi ke enam orang tersebut berubah lebih baik.
"Akhirnya ke enam ini mengaku, keuntungan dari alpukat jauh lebih bagus bila di banding jagung dan ubi singkong, dan perawatan alpukat lebih santai".Kata Anto.
Sehingga 2019 banyak masyarakat yang melihat tanaman alpukat memiliki potensi ekonomi yang bagus, akhirnya muncul 11 kelompok tani di Desa Giri Muliyo, dengan jumlah 20 orang per kelompok sehingga 240 orang menanam alpukat di wilayah hutan lindung tersebut.
"Dari sini saya berpikir, penjaga hutan sejati itu bukan Polhut tapi masyarakat, jika pendekatan masyarakat bagus, bisa memberi solusi yang sesuai ya hutan akan terjaga".Kata Anto.
Ahlam saat ini, ratusan masyarakat Desa Giri Muliyo bukan hanya bertani alpukat melainkan, banyak yang menjadi pembibitan alpukat dan di beli oleh banyak petani dari berbagai penjuru desa. Setiap rumah hampir menyediakan bibit alpukat karya Anto Abdul Mutholib.
Dan terbukti bibit alpukat yang dicetuskan oleh Anto, banyak diminati oleh banyak petani, dan saat ini pria tersebut berhasil menghijaukan 200 hektare dengan tanaman alpukat yang tadinya hanya berisi tanaman palawija.
"Perjuangan kami masih panjang untuk menghijaukan register 38 khususnya di wilayah hulu, dan semua tidak lepas dari peran pemerintah," pungkasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Pabrik Singkong Tutup, Petani di Lamtim Kesulitan Jual Singkong
Jumat, 31 Januari 2025 -
Pengunjung Wisata Kali Alam Srimenanti Lamtim Kecewa Panitia Lebih Pentingkan Pejabat
Rabu, 29 Januari 2025 -
Cerita Pengupas Singkong di Lampung Timur, Diupah Rp 10 Ribu per 45 Kg
Selasa, 28 Januari 2025 -
Nelayan di Lampung Timur Tewas Diduga Akibat Ledakan Bom Ikan
Minggu, 26 Januari 2025