• Senin, 30 September 2024

Nasib Pedagang Minuman Sekoteng , Jualan Sepi Saat PPKM

Kamis, 26 Agustus 2021 - 08.17 WIB
324

Siti Asiyah (45) beserta suami bersama-sama menjual sekoteng di sekitaran Tugu Adipura, Kota Bandar Lampung.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pandemi Covid-19 sudah hampir 2 tahun ditambah lagi kebijakan PPKM yang diberlakukan di seluruh Indonesia termasuk di Kota Bandar Lampung sejak 6 Juli hingga 30 Agustus mendatang membuat situasi menjadi semakin sulit.  

Hal ini pastinya menimbulkan polemik tersendiri khususnya bagi para pedagang kecil. Dari kunjungan langsung tim kupastuntas.co di lapangan berhasil menemui salah satu pedagang sekoteng yang memang betul-betul merasakan dampak dari adanya musibah pandemi maupun PPKM. 

Siti Asiyah (45) beserta suaminya Hajat Sudrajat (65) merupakan pasangan suami istri penjual sekoteng yang setiap hari berjualan di sekitar Monumen Tugu Adipura. Ia dan suaminya berjualan setelah magrib pukul 18:30 hingga pukul 23.00 malam. 

Siti mengaku jika selama PPKM mereka kesulitan mendapat pembeli bahkan pernah sama sekali tidak ada pengunjung yang datang untuk sekedar menyantap sekoteng jualanya. 

"Sekarang jualan sepi, pembelinya tidak ada. Kalau ada itu bisa dihitung 2 atau 3 orang. Bahkan dari buka awal setelah maghrib sampai mau tengah malam tidak ada yang beli. Bukan sekali tapi sering, karena kondisi sepi gitu pemasukan tidak ada, jadi pernah juga kami putus jualan sebab modal habis," ungkapnya Rabu (25/8/2021). 

Di usianya yang sudah cukup tua, Siti mau tidak mau harus terus berjualan meskipun ditengah pandemi dan PPKM untuk menyambung hidup dan memperoleh penghasilan karena hanya dari berjualan sekoteng ini saja keluarganya bisa mendapat uang untuk membeli kebutuhan dagangan dan rumah. Mereka rela begadang dan melawan dingin nya malam setiap hari demi bisa meraup pundi pundi rupiah.

"Kami usaha cuma ada ini aja jualan sekoteng yang lain tidak ada. Ya mau gimana lagi kita kalau tidak jualan ya tidak dapat duit makan dan putar modal jualan. Belum lagi ada anak yang masih sekolah daring perlu biaya lagi, jadi mau tidak mau harus lanjut jualan," terangnya. 

Penghasilan yang didapat ibu Siti dan suami  selama pandemi tidak menentu terkadang hanya mendapat 20 sampai 30 ribu dan paling besar bisa mendapat 50 ribu untuk dibawa pulang. Sedangkan sebelum masa pandemi mereka bisa mendapat 300 hingga 400 ribu rupiah per harinya. Sekoteng jualan milik bu Siti dan suami sendiri dihargai 10 ribu rupiah per gelasnya. 

"Waktu sebelum pandemi dapat 300 sampe 400 ribu sampai bisa nutupin modal, tapi kondisi kayak gini cuma 20-30 ribu paling besar syukur bisa bawa pulang 50 ribu," jelasnya.  

Gerobak yang dipakai berdagang oleh keduanya juga terlihat memprihatinkan dimana salah satu ban gerobak nya sudah bocor parah sehingga membuat mereka kesusahan saat mendorongnya. 

Saat ditanya mengenai harapan mereka kepada pihak pemerintah atas situasi seperti ini, ibu Siti sudah tidak mau berbicara alias kehabisan kata-kata. Dirinya mengaku pasrah kepada tuhan dan hanya bisa terus berjualan untuk bisa menyambung hidup keluarganya. Selain itu, ia juga sudah kecewa dengan pemerintah yang tidak kunjung memberikan bantuan selama masa PPKM. 

"Waktu itu awal-awal pandemi ada orang yang lewat dengan mobil menghampiri kami dan kasih sembako kayak beras dan ada juga yang kasih duit, tapi sekarang mah gak ada lagi, dari pemerintah juga kami gak dapat selama PPKM gini. Saya mah sudah tidak bisa ngomong lagi. Mau nangis juga percuma mending usaha aja jualan dan serahin sama yang kuasa semoga aja keadaan cepat baik," tutupnya. (*)

Video KUPAS TV : PROVINSI LAMPUNG MULAI VAKSINASI COVID 19 UNTUK IBU HAMIL


Editor :