Maraknya Perburuan Dalam Hutan TNWK, Ini Tanggapan Ditjen KSDAE
Kupastuntas.co, Lampung Timur - Terkait dengan maraknya perburuan dan kebakaran dalam hutan Way Kambas, Direktorat Jendral Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Ir Wiratno menegaskan akan membuat kongres (pertemuan) dengan seluruh pemangku desa penyangga hutan TNWK.
Saat dikonfirmasi terkait solusi dalam menaggulangi perburuan dan kebakaran hutan, Ir Wiratno menjelaskan dalam waktu dekat akan segera melakukan kongres atau pertemuan dengan pemangku 38 desa penyangga hutan TNWK, tujuannya yaitu untuk diajak kerjasama saling menjaga hutan dan satwa nya.
"Kenapa harus repot memburu binatang seperti rusa, menjangan dan sejenisnya, lebih baik buat penangkaran saja kan bisa, mengurus surat surat penangkaran kan mudah," kata Wiratno.
Ia mengatakan, selain buat penangkaran, desa penyangga juga bisa membuat restorasi seperti yang ada di Rawa Kidang, dan sudah terbukti semak alang alang hampir tidak ada, kebakaran juga tidak terjadi di Rawa Kidang setelah warga desa penyangga yakni Desa Labuhanratu VII, Kecamatan Labuhanratu diperdayakan untuk merawat tanaman badak di lokasi seluas 50 hektare tersebut.
"Itu saja solusinya untuk menangani perburuan dan kebakaran, kami segera lakukan kongres, dan saya titip anak rusa itu kepada pihak Balai, dirawat yang serius dan segera dilepas liarkan lagi ke habitat nya," ucap Ir Wiratno.
Sementara terkait dengan pernyataan Dirjen KSDAE akan diberlakukan penangkaran, menurut salah seorang mantan pemburu yang tidak mau disebut identitas nya, penangkaran bukan solusi yang tepat untuk mengurangi perburuan.
Sebab menurut sumber Kupastuntas.co, memburu satwa khususnya rusa dan sejenisnya bukan untuk di pelihara melainkan dikomersilkan dagingnya untuk dikonsumsi.
"Melakukan penangkaran itu orang yang banyak duit, pemburu itu orang orang yang mayoritas ekonomi lemah, dari pada untuk mengurusi binatang hanya untuk melampiaskan hobi, mending untuk makan uang nya," terang salah seorang mantan pemburu, namun meminta untuk identitasnya tidak mau disebutkan. (*)
Berita Lainnya
-
Pabrik Singkong Tutup, Petani di Lamtim Kesulitan Jual Singkong
Jumat, 31 Januari 2025 -
Pengunjung Wisata Kali Alam Srimenanti Lamtim Kecewa Panitia Lebih Pentingkan Pejabat
Rabu, 29 Januari 2025 -
Cerita Pengupas Singkong di Lampung Timur, Diupah Rp 10 Ribu per 45 Kg
Selasa, 28 Januari 2025 -
Nelayan di Lampung Timur Tewas Diduga Akibat Ledakan Bom Ikan
Minggu, 26 Januari 2025