• Minggu, 24 Agustus 2025

Banyak Pasien Isoman yang Tidak Terdata, IDI : Bisa Jadi Sumber Penularan

Kamis, 12 Agustus 2021 - 00.53 WIB
153

Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Banyak pasien positif  Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (Isoman) di rumah dan tidak terdata di Dinas Kesehatan.

Pasien memilih tidak melapor ke petugas kesehatan maupun aparatur pemerintah setempat, karena masih adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap pasien Covid-19 yang berdampak pada masalah sosial. Ini rawan menjadi sumber penularan virus Corona.

Beberapa pasien terkonfirmasi positif Covid-19 kepada Kupas Tuntas menuturkan, melakukan isolasi mandiri di rumah karena takut dibawa ke rumah sakit. Mereka tidak melapor ke aparatur kelurahan dan kecamatan maupun petugas puskesmas setempat karena tidak mau ribet dibawa ke rumah sakit.

“Saya memilih isoman di rumah karena ingin lebih tenang. Kalau di rumah sakit saya bisa semakin stres karena berbaur dengan pasien Covid yang lain,” kata Setiawan, warga Tanjung Senang, Bandar Lampung, Rabu (11/8).

Setiawan menuturkan, menjalani isoman bersama anak dan istrinya tanpa memberitahukan atau melapor ke aparatur kelurahan maupun kecamatan serta petugas puskesmas setempat. Menurutnya, ia dan keluarganya tidak mau melapor karena hanya mengalami gejala ringan.

“Melapor malah bisa semakin ribet. Dengan isoman di rumah, tidak banyak yang tahu sehingga bisa lebih tenang. Kalau banyak yang tahu malah bisa jadi pergunjingan orang banyak di lingkungan kita,” ungkapnya.  


Pernyataan sama disampaikan Dayat, warga Kemiling, Bandar Lampung. Ia bersama istrinya memilih isoman di rumah karena ingin lebih tenang.

“Saya juga tidak melapor ke aparatur kelurahan maupun kecamatan. Saat test rapid antigen saya melakukannya di klinik kesehatan secara mandiri, jadi tidak ada yang tahu kecuali keluarga sendiri,” ungkap Dayat.

Dayat mengatakan, tetap menjaga protokol kesehatan selama isoman di rumah. Ia dan istri tidur di kamar terpisah dari anak-anak, untuk menghindari terjadi penularan. “Saya bersyukur bersama istri kini sudah mulai pulih,” kata dia.

DS, warga Kelurahan Telukbetung Barat, Bandar Lampung mengatakan, ibu dan adiknya terkena Covid-19 namun lebih memilih isoman di rumah, dan tidak melapor ke RT apalagi ke Dinas Kesehatan Bandar Lampung.

“Tiga minggu yang lalu adik dan ibu saya terkena Covid-19. Gejalanya penciuman dan indera pengecap tidak berfungsi, dan mengalami demam tinggi serta batuk. Sebelumnya adik saya bertemu temannya yang belakangan kami ketahui juga terkena Covid-19,” kata DS.

Keluarganya tidak ingin berobat di puskesmas atau rumah sakit, sebab jika dites ternyata covid-19 maka menginap di RS. “Kami juga tidak mau rapid , karena harganya mahal, sehingga memilih tidak ke rumah sakit,”ungkapnya.

DS menyatakan, selama adik dan ibunya menjalani isoman di rumah, tidak ada tetangga yang tahu. “Kami memilih untuk diam. Selama isoman hanya minum obat panas dan batuk serta minum madu dan jahe. Alhamdulilah kini sudah sembuh,” katanya.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Bandar Lampung, Aditya M Biomed mengakui masih banyak pasien positif Covid-19 yang tidak terdata oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota di Lampung.

"Banyak yang tidak lapor. Kemarin dari beberapa konsultasi online, banyak pasien positif nggak mau lapor ke puskesmas terdekat," kata Aditya, Rabu (11/8).

Aditya menjelaskan, banyaknya pasien positif Covid-19 yang tidak melapor akan mempersulit petugas dalam melakukan pelacakan terhadap warga yang pernah kontak erat dengan pasien.

"Ketika pasien positif tidak melapor, maka proses tracing dari pemerintah tidak akan berjalan. Padahal itu kewajiban dari pemerintah, setelah ada yang positif harus ada tracing yang bisa digunakan untuk mengurangi resiko," kata dia.

Menurut Aditya, pasien positif Covid-19 sebaiknya melapor kepada aparat desa atau kelurahan atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, yang berguna untuk memantau kesehatan selama menjalani isolasi mandiri.

"Jika dia gejala ringan maka bisa isolasi mandiri, namun jika berat harus dibawa ke rumah sakit. Makanya harus lapor agar dipantau. Kalau gejala ringan tidak apa-apa. Tapi akan berdampak buruk untuk lingkungan sekitar karena bisa jadi sumber penularan," katanya.

Pasien positif Covid-19 yang tidak melapor kepada petugas kesehatan, biasanya melakukan pemeriksaan tes antigen secara mandiri tidak didampingi oleh tenaga yang profesional. 

"Masyarakat kan banyak juga yang tes secara mandiri, dan tidak melapor. Yang paling penting adalah tindakan selanjutnya setelah positif. Jika pasien positif  yang isoman tidak terdata secara valid akan susah memutuskan mata rantai persebaran kasus Covid," bebernya.

Aditya mengungkapkan, pasien positif Covid-19 yang tidak melapor biasanya dipengaruhi oleh masih adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap pasien Covid-19 yang berdampak pada masalah sosial.

"Sehingga ini membuat mereka yang terpapar Covid-19 dan menjalani isoman enggan melapor ke fasilitas kesehatan bahwa telah positif Covid-19. Maka pemerintah harus terus memberikan edukasi," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandar Lampung, Edwin Rusli saat dihubungi mengatakan, telah melakukan pendataan warga yang melakukan isoman di rumah. Dinkes juga meminta RT dan pamong setempat selalu mengecek setiap hari terhadap warga yang melakukan isoman di rumah. “Skema pendataannya seperti itu, dan sudah berlangsung lama,”kata Edwin.

Namun, ia mengaku tidak mengetahui data terakhir jumlah warga yang melakukan isoman di rumah. “Saya lupa jumlahnya berapa, tetapi kami memang terus melakukan pendataan di setiap kelurahan,” ujar dia.

Ketua Komisi V DPRD Provinsi Lampung, Yanuar Irawan juga mengakui masih banyak ditemukan pasien positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri tidak terdata oleh Dinas Kesehatan.

"Faktanya itu yang terjadi di lapangan, banyak pasien positif Covid-19 yang isolasi mandiri tidak melapor sehingga tidak terdata. Bisanya mereka tidak melapor karena stigma negatif yang terjadi di masyarakat," kata Yanuar, kemarin.

Menyikapi hal tersebut, Yanuar mengatakan segera melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan RSUD Abdul Moeloek. "Apalagi Lampung tingkat kematiannya nomor dua tertinggi setelah Jawa Timur, dan cakupan vaksinasi yang masih rendah," ujarnya. (*)

Berita ini sudah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas Edisi Kamis (12/8/2021).



Editor :