• Minggu, 02 Februari 2025

Kisah Ibu Hamil Reaktif Covid-19, Sempat Ditolak Dua Rumah Sakit untuk Melahirkan

Minggu, 11 Juli 2021 - 13.41 WIB
804

Setiyowati, dengan sabar duduk di pendopo salah satu Rumah Bersalin di Lampung Timur, karena pihak medis setempat menolak nya dengan dalih hasil rapid tes antigen reaktif. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Waktu menjelang Ashar, seorang perempuan bernama Setiyowati dengan usia 34 tahun, perutnya tampak besar karena usia kehamilan telah mencapai puncak, perut terasa mulas sebagai tanda alami akan lahir seorang bayi.

Melihat kondisi wajah Setiyowati pucat dan sedikit menahan rasa sakit menjelang kelahiran si buah hati, Heri sang suami langsung mengajak pergi ke rumah sakit swasta yang ada di Desa Labuhanratu Baru, Kecamatan Way Jepara.

 "Ya sudah kita segera ke Rumah Sakit Permata Hati, biar lahir disana aja," ucap Heri kepada istrinya.

Dengan menggunakan sepeda motor, Heri membonceng istrinya menuju rumah sakit, hanya butuh waktu 10 menit, kedua pasangan suami istri itu tiba di sebuah rumah sakit bersalin, berbunga kedua hati mereka karena hendak mendapatkan buah hati yang kedua kalinya.

Tiba tiba, rasa cemas bercampur kecewa tampak pada kedua raut wajah pasangan suami istri itu, setelah mendengar pernyataan dari seorang perawat Rumah Sakit Permata Hati bahwa Setiyowati hasil rapid tes nya menunjukan reaktif.

"Pihak rumah sakit berkata tidak bisa menerima istri saya untuk melakukan persalinan di rumah sakit tersebut karena hasil rapid tes nya, reaktif, sambil di kasih hasil rapid antigen nya," ucap Heri.

Sejurus kedua pasangan suami istri itu, dengan menaham rasa kecewa, bercampur cemas menuju pulang, untuk melakukan diskusi bersama keluarga."Lalu saya menghubungi kakak kandung istri saya untuk bermusyawarah lebih lanjut," kata Heri.

Seusai Magrib, kata Heri. Setiyowati menuju sebuah rumah sakit bersalin "Bunda" di wilayah kecamatan Mataram Baru, harapan nya disana bisa dilayani untuk persalinan perempuan 34 tahun tersebut. Dengan mobil yang disew Setiyowati bersama kakak nya Susanto menuju rumah sakit bersalin.

Sekira pukul 19.00 WIB mobil Panther warna hitam yang di tumpangi Sulistyowati dan kakak nya bersama sopir (pemilik mobil) tiba di depan rumah sakit bersalin "Bunda", belum saja sempat masuk kedalam ruang administrasi, seorang satpam memberhentikan untuk lihat kondisi suhu tubuh nya, mengacungkan alat pengukur suhu tubuh pada kening Setiyowati.

Lalu, penjaga keamanan dengan sopan memberi tahu suhu tubuh Setiyowati 37 CC, dan meminta ibu hamil tersebut tetap duduk di teras rumah bersalin "bunda", sambil penjaga itu berlalu masuk untuk memberitahu kepada perawat medis. 

Selang 5 menit, penjaga tadi keluar bersama dengan seorang perempuan ber hijab hitam (perawat). "Bu maaf kami tidak bisa menerima anda bersalin di sini, karena suhu tubuh ibu diatas 37, kami sarankan agar kerumah sakit pemerintah," ucap seorang perawat yang ditirukan Susanto, kakak Setiyowati.

Dengan raut muka murung, perempuan dalam kondisi hamil sembilan bulan, dengan mobil sewaan nya, menuju Rumah Sakit Umum Sukadana, setelah perjalanan selama 45 menit tiba di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Sukadana, sejumlah perawat menyambut dan mengarahkan kedalam salah satu bilik yang ada di UGD.

Semalam, pasien yang sedang hamil tua dan divonis Covid 19 itu, hanya berbaring di atas bad (tempat tidur) kecil tanpa pada sudut Utara bilik UGD RS Sukadana, malam semakin hening, suara batuk sejumlah pasien bersahutan memecah sunyi.

Menjelang Subuh, rasa sakit pada perut Sulistyowati semakin menjadi, rintihan rintihan kesakitan terus keluar dari mulut perempuan 34 tahun itu. "Aduh gak kuat, sakit, gak kuat, sakit" hanya kata kata itu selalu terulang sambil tangan kanan memegang perut besar nya.

"Ketika merintih kesakitan seperti tidak ada tanggapan serius, hanya kata sabar dan sabar yang terucap dari perawat UGD, bahkan tidak ada upaya pemindahan kamar karena," kata Susanto.

Mendengar keluh kesakitan dan kondisi yang terenyuh, lalu Susanto meminta kepada dokter jaga UGD RS Umum Sukadana untuk merujuk ke Rumah Sakit Umum Ahmad Yani, Kota Metro. Pukul 08.00, keluarga langsung membawa Setiyowati menuju rumah sakit umum A Yani Kota Metro.

Selama perjalanan merintih kesakitan terus keluar dari bibir perempuan 34 tahun itu, satu jam berlalu tibalah di RS Ahmad Yani Kota Metro, dengan cekatan dua perawat berpakaian lengkap protokol kesehatan membawa Setiyowati ke sebuah bilik untuk di lakukan tindakan medis.

"Ya saya merasa haru melihat perawat RS Ahmad Yani, yang menangani adik saya ramah dan penuh memberi semangat, dan setelah di lakukan perawatan medis selama dua jam, adik saya melahirkan seorang bayi laki laki, dengan kondisi normal," ucapnya sembari bahagia. (*)

Editor :