Meski Berisiko, Dasuki Buru Madu di Hutan TNWK Demi Kebutuhan Hidup
Lampung Timur, Kupastuntas.co - Dasuki (38), warga Desa Rantau Jaya II, Kecamatan Sukadana, Lampung Timur selama tujuh tahun menjadi pemburu madu lebah jenis Apis Dorsata dalam hutan Taman Nasional Way Kambas. Pekerjaan penuh risiko itu dilakoninya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Saat ditemui Selasa (15/6/2021), pria yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan formal itu menceritakaan tentang kegiatan ilegal dalam hutan, namun dirinya tidak merusak hutan, mlinkan hanya memburu madu untuk dijual.
"Peralatan yang saya bawa, sabut kelapa, jerigen ukuran 6 liter, pisau ukuran 25 senti meter, ember dan bahan makanan secukupnya. Saya masukan dalam karung dan saya bawa masuk hutan," kata Dasuki, membuka cerita sembari senyum senyum malu.
Dasuki terus membuka pengalaman nya sebagai pemburu madu dalam hutan. Dia mengaku melakukan kegiatan ilegal tersebut ketika usia 20 tahun atau 18 tahun silam. Selama tujuh tahun, bukan berarti tidak berisiko, namun pekerjaan yang dilakoni mempertaruhkan nyawa setiap kali masuk hutan.
Biasanya Dasuki masuk dalam hutan TNWK pagi hari, berjalan kaki dengan 'menggendong' karung berisi berbagai peralatan. Perjalanan yang dilalui tidak kurang dari 7 kilometer untuk berkeliling dalam hutan mencari keberadaan sarang lebah jenis Apis Dorsata.
"Sarang tawon gung sering kami jumpai di ketinggian 30 meter pada pohon jenis mentru, dan saya pun memanjat tanpa pengamanan apapun," ucap Dasuki.
Untuk mengambil madu madu dari sarang lebah tersebut, Dasuki hanya memanfaatkan sabut kelapa yang dibakar setengah hidup untuk menciptakan asap guna mengusir ribuan lebah. Sementara pisau kecil yang dibawa digunakan untuk membongkar sarang lebah agar madunya bisa diambil.
"Biasanya tangan kiri memegang sabut kelapa yang sudah berasap, tangan kanan mencongkel sarang dan di bawah sarang sudah saya siapkan ember untuk menampung madunya," terang Dasuki.
Keuntungan yang didapat jika nasib bagus, Dasuki bisa membawa pulang madu 4 liter. Jika nasib kurang beruntung, sama sekali tidak mendapat madu. Sementara harga madu yang dia buru senilai Rp170 ribu untuk satu liter nya, sebenarnya apa yang dilakukan Dasuki tidak sesuai dengan risiko.
"Risikonya banyak, bisa jatuh dari ketinggian 30 meter, disengat tawon gung. Belum kalau pas ketemu binatang buas atau ketemu Polhut, itu semua risiko berat tapi demi perut saya nekat saja," ungkap ayah dua anak tersebut.
Setelah tujuh tahun Dasuki memburu madu dalam hutan, kini pria berambut ikal itu menjadi mitra Polhut TNWK, yakni dengan membantu penghalauan gajah, membantu pemadaman api jika ada kebakaran dalam hutan, dan dirinya saat ini masuk dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) dengan berbudi daya lebah jenis.
"Sebenarnya saya belum pernah tertangkap, tapi saya sadar menjadi target sejumlah Polhut, dan dengan adanya sosialisasi yang gencar dilakukan di Desa Rantau Jaya Udik II, lama-lama hati kecil saya tersadar, dan tidak lagi melakukan perburuan hutan dalam hutan," terang Dasuki.
Bahkan, saat ini Dasuki sudah memiliki 10 rumah lebah jenis trigona yang sengaja dibudidayakan untuk diambil madunya. Tentu budidaya lebah tersebut menjadi sumber penghasilan dirinya selama tiga tahun terakhir ini. (*)
Video KUPAS TV : ULAR SANCA SEPANJANG 3,5 METER TIBA-TIBA MUNCUL DI PEMUKIMAN WARGA
Berita Lainnya
-
Polisi Sita 15 Gram Sabu dari 4 Terduga Pengedar di Lampung Timur
Sabtu, 02 November 2024 -
Omset Petani Bibit Sayuran di Lampung Timur Turun Akibat Kemarau
Jumat, 01 November 2024 -
Kalah Judi Online dan Terlilit Utang, Warga Lampung Timur Gantung Diri
Kamis, 31 Oktober 2024 -
Tiket Masuk Taman Nasional Way Kambas Naik Dari Rp 7.500 Jadi Rp 30 Ribu
Kamis, 31 Oktober 2024