• Minggu, 17 November 2024

BTPN Syariah Maksimalkan Kinerja Community Officer Ubah Perekonomian Masyarakat

Jumat, 21 Mei 2021 - 18.35 WIB
1.2k

Bankir pemberdaya BTPN Syariah saat bertemu dengan para nasabah yang berlokasi di Pekon (Desa) Waluyojati Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - PT BTPN Syariah terus memaksimalkan kinerja Community Officer dalam membina pemberdayaan keluarga prasejahtera. Hal tersebut bertujuan untuk mengubah kondisi perekonomian keluarga menjadi semakin lebih baik.

Program pemberdayaan BTPN Syariah sejauh ini dinilai berhasil mendampingi nasabah binaan, berkat bantuan pembiayaan dan juga pendampingan yang diberikan secara langsung. Karena keluarga prasejahtera memiliki harapan yang tinggi untuk dapat meningkatkan taraf hidup.

Di Provinsi Lampung sendiri, para #bankirpemberdaya milik BTPN Syariah ini telah menjangkau 152 ribu perempuan dari keluarga prasejahtera produktif. Total pembiayaan yang tersalurkan kurang lebih mencapai Rp541 miliar.

"#bankirpemberdaya yang menjadi ujung tombak BTPN Syariah yang bersentuhan langsung dengan nasabah ini siap mendampingi dan megedukasi sesuai kebutuhan para nasabah yang setiap hari selalu bertemu," ujar Kepala Pembiayaan BTPN Syariah Lampung, Andi Setyo saat memberikan keterangan, Jumat (21/5/2021).

Menurutnya, BTPN Syariah terus membuka akses perempuan yang berasal dari keluarga prasejahtera yang ada di pelosok negeri dari Aceh hingga Lampung. Hal tersebut sebagai bentuk nyata komitmen para bankir peberdaya dalam menyejahterakan masyarakat.

"Secara rutin #bankirpemberdaya kami melayani dan memberikan pendampingan kepada nasabah dengan cara bertemu di tempat-tempat nasabah. Selain melayani dengan sepenuh hati, #bankirpemberdaya juga menjadi role model dalam membangun perilaku unggul nasabah, yaitu Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras dan Saling Bantu (BDKS)," terangnya.


Sementara itu, Levi, salah satu #bankirpemberdaya  BTPN Syariah yang bertugas di Kabupaten Lampung Selatan mengaku jika dirinya terus berusaha menularkan ide-ide bisnis untuk para nasabah baik yang baru maupun nasabah lama untuk terus maju dan bergerak.

"Dulu ada nasabah saya yang terpuruk, punya dua ruko sembako tapi bangkrut. Sampai akhirnya saya berikan ide untuk mencoba usaha jamur tiram dengan pinjaman awal Rp3 juta sampai akhir sekarang berkembang cukup pesat," ujar Levi.

Levi yang hanya lulusan salah satu SMA di Lampung Selatan tersebut menganggap nasabah sebagai keluarga sendiri.

Hal tersebut akan menjadi salah satu strategi tersendiri untuk membuat para nasabah merasa nyaman dan memiliki rasa kekeluargaan yang erat dengan para #bankerpemberdaya.

"Saya menganggap nasabah adalah keluarga, semakin banyak nasabah maka semakin banyak keluarga. Nasabah yang saya rekrut bisa sukses itu menjadi kebahagian dan kebanggaan yang tak ternilai," lanjutnya.

Kesuksesan nasabah BTPN Syariah juga dirasakan oleh Nurhayati (38) warga Pekon (Desa) Waluyojati Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung yang menggeluti usaha batu bata sejak belasan tahun lalu.

Ia juga mengaku sempat kesulitan dan berhenti berproduksi lantaran kekurangan pembiayaan. Hingga akhirnya wanita dua anak tersebut mendapatkan informasi program BTPN Syariah tentang pembiayaan untuk pemberdayaan nasabah perempuan bagi keluarga prasejahtera dari tetangga.

"Sempat sangat terpuruk karena kurang biaya. Hingga akhirnya bergabung bersama BTPN Syariah dengan awal pinjaman Rp3 juta pada tahun 2019 untuk membeli tanah yang digunakan untuk membuat bata bersama dengan suami," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu pinjaman awal dengan nilai Rp3 juta tersebut mampu menghidupkan kembali usahanya. Ia kembali mengajukan pinjaman Rp10 juta untuk menambah tempat pengolahan batu bata hingga mampu mempekerjakan masyarakat sekitar tempat tinggalnya.

"Pinjaman lagi Rp10 juta yang digunakan untuk mengembangkan usaha dan menambah tempat pengolahan dan memperkerjakan tetangga sekitar. Alhamdulillah sekarang sudah ada 7 orang tetangga yang bekerja bersama saya," terangnya.

Menurutnya, dalam satu hari pengolahan batu bata tempatnya mampu memproduksi hingga 3.000 buah yang sebelumnya hanya 500 buah. Dalam 1.000 buah batu bata dapat dibeli dengan harga Rp280 hingga Rp300 ribu.

"Alhamdulillah sekali, pokoknya BTPN Syariah sangat membantu. Bukan hanya saya, tapi juga tetangga-tetangga saya yang bisa ikut mencari makan dengan bekerja bersama saya akibat bantuan pembiayaan dari BTPN Syariah," pungkasnya. (*)