• Minggu, 24 November 2024

Selama Pandemi Covid-19, Omset Pelaku UMKM di Lampung Timur Turun 50 Persen

Senin, 19 April 2021 - 17.48 WIB
184

Kerupuk yang baru dicetak oleh pekerja segera menjalani proses penjemuran, di tempat UMKM Mursalim, Labuhan Maringgai, Lampung Timur. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Selama pandemi Covid-19, omset Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) milik Muslim (52) warga Desa Muara Gadingmas, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, mengalami penurunan hingga 50 persen.

Usaha yang dilakoni Muslim yaitu pembuatan kerupuk ikan, dengan bahan dasar tepung terigu dan ikan laut. Konsumen atau pelanggan kerupuk buatan Muslim sudah dikenal hingga ke pulau jawa.

"Saya menjalani usaha kerupuk sejak 2003 silam. Awalnya saya kerjakan dengan istri saya, namun saat ini kami sudah bisa memperkerjakan setidaknya 10 orang," ujar Muslim, Senin (19/4/2021).

Selama 18 tahun Muslim melakoni usaha kerupuk, baru dua tahun terakhir ini mengalami penurunan omset hingga 50 persen. Hal itu di karenakan adanya wabah Covid-19 yang sudah berjalan dua tahun ini.

Kata Muslim, kerupuk olahannya sudah menjadi oleh oleh khas Labuhan Maringgai, Lampung Timur, dan ancaman pasar, yaitu pelaku pengguna jalan lintas Sumatera. Sehingga momen libur nasional seperti hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru dan libur nasional lainnya menjadi momen andalan untuk mengeruk keuntungan besar.

"Paling utama menjelang lebaran dan sesudah lebaran. Momen mudik dan arus balik keuntungan kami luar biasa. Tapi tahun kemarin pemerintah tidak memperbolehkan mudik dan informasi tahun ini juga tidak ada mudik, ini menjadi ancaman pasar kami," ucap Muslim.

Muslim mengaku, dirinya masih memiliki pelanggan tetap di daerah Jawa Barat, pesanan yang dikirim pun dalam kapasitas besar bagi Muslim, yaitu dua hari sekali Muslim harus mengirim kerupuk mentah sebanyak 10 ribu biji.

"Untung masih ada pasar lain, jika tidak sudah positip gulung tikar," terangnya.

Saat ini, selama satu bulan omset yang didapat Muslim tidak kurang Rp10 juta. Jika tidak terserang wabah Covid-19, omset dalam satu bulan bisa tembus Rp20 juta.

Sekilas omset Rp10 juta per bulan terlihat banyak, padahal Muslim juga banyak mengeluarkan modal. Selain dari modal pembelian bahan baku seperti tepung dan ikan, Muslim, juga memiliki tanggung jawab 10 karyawan nya.

Dari sepuluh karyawan yang ada, Muslim harus mengeluarkan uang sebagai upah dalam satu hari Rp500 ribu. Sebab satu orang diberi upah Rp50 ribu dalam setengah hari kerja.

"Dari 10 orang, kita bagi dua sift. Lima orang jam 6 pagi sampai 12 siang, dan lima orang lagi jam 12 siang sampai jam 5 sore," kata Mursalim.

Dari sepuluh pekerja yang dilakukan oleh kaum ibu-ibu itu, memiliki tanggung-jawab masing-masing, dari menjemur, menggoreng, memasak tepung dan ikan, hingga mengemas kerupuk dalam plastik. (*)


Video KUPAS TV : SUKA DUKA JURNALIS WANITA, DILECEHKAN SAMPAI KERAH BAJU DITARIK AJUDAN PEJABAT!