• Senin, 25 November 2024

Laut, Potensi, Tantangan dan Peluang Bagi Kehidupan Bangsa dan Negara, Oleh Septa Riadi

Senin, 19 April 2021 - 09.55 WIB
148

Staf Pengajar Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai dan Ketua Forum Study Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Kelautan Tropika, IPB University Septa Riadi. Foto: Ist.

Kupastuntas.co - Indonesia dianugrahi oleh tuhan berbagai kekayaan alam alam baik yang terbarukan maupun tidak terbarukan oleh karena itu kita harus menjaga dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan manusia Indonesia dan mempertahankan keberlanjutannya hingga anak cucu.

Rokhmin Dahuri, Seorang Guru Besar Ekonomi Kelautan IPB menyatakan “Pada Hakikatnya, Kelautan memiliki potensi dan tantangan serta peluang bagi kehidupan bangsa dan negara. Oleh karenanya, kelautan dapat dijadikan sebagai tali kehidupan dan tumpuan masa depan bangsa dan negara“

Mengutip guru besar yang lain, Prof Walter Isard “Geography is Destiny, posisi dan kondisi geografis suatu bangsa dan negara sangat menentukan maju mundurnya bangsa dan negara yang bersangkutan“

Indonesia sudah ditakdirkan menjadi negara kepulauan terbesar di dunia (The Largest Archipelagic state in the world). Tuhan yang maha agung telah memberi rahmat anugerah kekayaan laut (dan juga darat) yang begitu melimpah ruah untuk Indonesia. Jadi sudah seharusnyalah Indoneisa mau dan mampu membangun kebesaran dan kejayaan laut (dengan mengintegrasikan potensi laut dan udara). 

Akan tetapi, kekayaan tadi merupakan “blessing in disguised” begitu pesan bung karno. Blessing berarti rahmat dan in disguised berarti masih terselubung. Artinya rahmat tesebut haruslah kita gali, kita olah dan kelola dengan kerja keras dan kerja cerdas. 

Yang sangat mungkin dalam mengelolanya kita akan melewati berbagai kesulitan. Membangun laut sendiri bukanlah perkara mudah tidak seperti membalikan telapak tangan.

Sebab sebagai sebuah sistem, membangun laut harus bersifat sistemik, integratif, holistik dan koordinatif. Sebagai sebuah sistem ada pilar-pilar yang harus dijadikan strategi untuk membangun laut, mulai dari pilar sosial budaya (jati diri), ekonomi lingkungan, tata ruang, pertahanan, kemanan hingga pijakan hukumnya. 

Karena itu agar pembangunan kelauatan nasional berjaan baik dan benar serta berkelanjutan (Sustainable development) tentulah pilar-pilar strategi pembangunan kelautan nasional harus pula kita bangun dengan sebaik-baiknya. 

Berkaitan dengan pilar-pilar tersebut, telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa dan negara Indonesia. The Founding Fathers Indonesia terus bersiteguh melawan penjajah hingga akhirnya memerdekakan bangsa kita. Selanjutnya para pakar hukum kita pun gigih berjuang sehingga “negara-bangsa” Indonesia memperoleh legitimasi hukum internasional sebagai negara kepulauan. 

Paling tidak setelah berpuluh tahun melakukan perjuangan, pada tahun 1982 Indonesia benar-benar meiliki kedaulatan (Sovereignty) dan hak berdaulat (Sovereignty rights) serta legitimasi sebagai negara kepulauan yang tebesar di dunia ini. 

Oleh karena itu, generasi Indonesia sekarang ini wajib meneguhkan demi komitmen dan integritas demi kebesaran dan kejayaan bangsa dan negara, setidaknya dengan memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Kita harus membangun dan mengembangkan pilar sosial budaya (jati diri ) sebagai negara bahari. Memang, sudah banyak daya upaya yang telah kita lakukan terkait dengan pembangunan dan pengembangan pilar sosial budaya ini, namun harus dimengerti dan dipahami bahwa bangsa Indonesia belum sepenuhnya memilki karakter dan jati diri sebagai bangsa bahari sebagaimana yang telah melekat dalam hati, pikiran dan tindak laku para leluhur kita dimasa lalu. 

Oleh karena itu, langkah reinventing atau reorientasi sosial budaya sebagai bangsa maritim merupakan sebuah keniscayaan. Dalam hal ini, pendidikan adalah kuncinya, pendidikan sebagai bangsa bahari harus diberikan dan disosialisasikan secara berkelanjutan, mulai dari pendidikan dasar, lanjutan, kejuruan, hingga perguruan tinggi. Kesejatian diri bangsa bahari juga harus disosialisasikan kepada para pemimpin, aparatur pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia.

2. Kita harus kita harus  benar-benar  cerdas dan bijak dalam memanfaatkan kekayaan ekonomi kelautan secara lebih profesional dan optimal. Kita memang telah melakukan berbagai upaya, namun harus pula diakui bahwa ekonomi kelautan kita masih merangkak di titik nadir. Sebab itu kita harus komitmen bersama dalam membangun dan menumbuh kembangkan industri kelautan (maritim) yang lebih kuat, sinergis dan berkelanjutan beserta beserta kebijakan dan sasaran yang jelas serta iklim yang kondusif. 

Lebih dari itu, kita pun perlu mendidik dan melatih sumberdaya manusia kemaritiman yang lebih cakap dan mumpuni. Dengan demikian, produk kelautan kita akan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dean bisa direspon dengan lebih baik oleh pasar dalam negeri maupun internasional. 

3. Kita harus membuat hukum dan perundangan kelautan yang belum ada, menyempurnakan yang telah ada serta membenahai berbagai teknis hukum laut untuk kepentingan nasional sesuai dengan standart hukum laut internasional. 

4. Kita harus menjaga dan mengamankan kedaulatan hak dan kedaulatan di laut yang kita miliki. Memang sudah begitu banyak aparatur negara yang menjaga dan mengamankan laut kita mulai dari polisi air, TNI AL, hingga kesautan penjaga laut dan pantai dan juga ada Bakamla sebagai lembaga kordinasi. Namun masalahnya selama ini wewenang dan tugas pokok peran dan fungsi antar lembaga acapkali saling tumpang tindih sehingga kalau terjadi sesuatu kasus tidak jarang malah menjadi konflik kepentingan dan bukan solusi yang integratif. 

5. Lingkungan dan tata ruang laut kita harus ditata, diatur, dijaga, dan dipelihara eksistensinya dan kelestraiannya sehingga tak terjadi konflik antar wilayah. Dibagian ini telah banyak yang kita laukan. Namun harus diakui banyak dari lingkungan laut kita yang telah rusak. Oleh kaena itu PR kita untuk kembali menata, mengatur , menjaga, dan memelihara eksistensi dan kelestarian lingkungan laut serta tata ruangnya secara berkesinambungan. Berkaitan dengan itu, kita juga sudah harus memikirkan untuk memikirkan untuk menata wilayah dan tata ruang kita menjadi “ bandar-bandar dunia” di tanah air. 

Pendek kata , pemimpin dan kepemimpinan adalah esensi dan kunci. Tanpa adanya kesadaran tindak langkah penuh keteladanan  dari para pemimpin negara bahari Indonesia, dalam membangun kelautan, tentulah kedaulan dan hak berdaulat kita dilaut akan terus dicemari dan dinjak-injak negara lain. Bagi bangsa Indonesia , sungguh laut memiliki makna yang sangat esensial sebagai pemersatu bangsa, perhubungan, sumber kehidupan dan kesejahtreaan, serta sebagai media pertahanan dan keamanan NKRI. 

Jalasveva, jayamahe. Di laut kita berjaya !!!!. (*)

Editor :