• Selasa, 05 November 2024

Singkong Racun di Tangan Sri Wahyuni Jadi Makanan Lezat

Sabtu, 17 April 2021 - 12.16 WIB
734

Sri Wahyuni saat membuat kerupuk eyek eyek. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Dua karung ukuran 50 kilogram yang terisi kerupuk eyek eyek berdiri tersandar pada tembok, dan dua ember ukuran 30 kilogram juga dipenuhi makanan jenis kerupuk tersebut. Semua itu sudah disiapkan oleh Sri Wahyuni untuk diambil oleh pelanggannya.

Sebuah penggiling singkong yang sudah lawas mesin nya baru saja berhenti. Singkong yang baru saja tergiling dan berubah menyerupai bubur itu dimasukan ke dalam ember.

"Singkong yang baru saja saya giling terus saya rendam lebih dulu untuk menetralkan racun," ucap Sri Wahyuni, saat ditemui kupastuntas.co, Sabtu (17/4/2021) siang.

Bahan yang digunakan untuk kerupuk eyek eyek yakni singkong jenis Thailand. Dimana singkong tersebut mengandung racun. Namun jika piawai mengolahnya, maka akan menjadi bahan makanan yang cukup layak untuk dikonsumsi.

Seperti yang dilakukan Sri Wahyuni, dirinya sudah 10 tahun membuat eyek eyek dengan bahan singkong yang terkenal pahit dan beracun.

Tapi ibu dua anak itu sudah mahir menawarkan racun yang ada dalam kandungan singkong jenis thailand. Sri mengatakan, bisa saja eyek eyek dibuat dari jenis singkong makan, namun kualitasnya tidak sebagus singkong jenis Thailand.

"Kalau singkong makan seperti Ir, ketan, klenteng dan sejenisnya, aci nya tidak sebagus jenis singkong Thailand, dan krupuknya masih gurih dari singkong jenis Thailand," papar Sri Wahyuni.

Sri Wahyuni yang berdomisli di Desa Pakuan Aji, Kecamatan Sukadana, setiap hari harus memproduksi kerupuk eyek eyek guna memenuhi permintaan pelanggannya. Dalam satu minggu, krupuk eyek eyek yang diproduksi tidak kurang dari 2 kwintal.

"Pelanggan saya dari Bandar Sribhawono, Kota Metro, Batanghari dan seputaran Way Jepara," ucap ibu dua anak tersebut.

Singkong yang dia dapat dengan membeli dari lapak-lapak singkong dengan harga 900 rupiah per kilo nya. Dalam satu kwintal singkong bisa dijadikan 25 kilo eyek eyek. Sementara eyek eyek buatannya di bandrol seharga Rp12 ribu per kilo nya.

Setahun terakhir Sri Wahyuni mengaku omset menurun sekitar 50 persen dari sebelumnya. Hal itu menurutnya diakibatkan karena Pandemi Covid-19.

"Banyak pelanggan saya yang berhenti karena tidak bisa jualan karena Covid-19," terang Sri Wahyuni.

Ironisnya, ditengah pemerintah gencar memberikan bantuan tunai bagi pelaku UMKM, namun sama sekali Sri Wahyuni tidak merasakan program bantuan dimaksud. Bahkan produksi eyek eyek sempat menurun dan saat ini menjelang momen Hari Raya Idul Fitri.

Dikarenakan konsumen mulai merangkak naik menjelang Idul Fitri, Sri Wahyuni harus menggadaikan BPKB sepeda motor nya untuk jaminan meminjam uang di salah satu BMT untuk tambahan modal.

"Bantuan apa? belum pernah saya mendapat bantuan. Justru ini menjelang lebaran pemesan eyek eyek mulai banyak. Saya pinjam di koperasi untuk tambahan modal," pungkas Sri Wahyuni. (*)


Video KUPAS TV : MENAHAN HAWA NAFSU DI BULAN RAMADHAN