• Jumat, 03 Januari 2025

Kidung Jemaat Mengalun Sejukan Jiwa Umat Kristiani Saat Ibadah Paskah

Sabtu, 03 April 2021 - 10.51 WIB
370

Pendeta Suprapto saat berikan siraman rohani kepada puluhan jemaat Kristiani. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - 'Tercurah darah Tuhanku di bukit Golgota, Yang mau bertobat, ditebus, terhapus dosanya'. Sepenggal lirik kidung Jemaat menggema di dalam gedung Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) Desa Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono, Jumat (3/4/2021).

Lantunan suci bagi umat Kristen Protestan itu serempak keluar dari lisan lisan jemaat, lirik demi lirik merasuk dalam jiwa seolah menentramkan hati puluhan jemaah yang turut menjalankan ibadah paskah sore itu.

Sedikitnya ada 50 umat Kristen Protestan yang ada dalam gedung GKSBS dengan seksama mendengarkan pendeta Suprapto memberikan ceramah rohani.

Di atas mimbar yang terbuat dari kayu jati, Pendeta Suprapto terlihat wibawa di hadapan jemaat nya, pesan pesan moral tentang toleransi menjadi tofik dalam pidatonya.

"Sebelum kita lahir nenek moyang kita sudah disuguhi perbedaan, sehingga jiwa toleran memang harus kita tanamkan dalam kehidupan di tengah kemajemukan," terang Pendeta Suprapto di hadapan puluhan jemaat nya.


Ruang dalam gereja tampak terang dengan sinar lampu neon di setiap sudut ruangan, logo salip berukuran besar yang terpampang di tembok tepat belakang pendeta berpidato menambah suasana tambah sakral.

Depan mimbar terdapat satu meja sepanjang 1,5 meter yang terisi sejumlah makanan dan terhias satu batang lilin seukuran lengan orang dewasa.

Dari luar Gereja sore itu, terlihat langit sedikit mendung, sinar matahari senja terlihat samar berwarna menguning menembus sela sela awan hitam.

Tampak sejumlah anggota TNI dan Polisi dengan seragam lengkap turut menjaga, mengamankan umat Kristiani saat menjalankan ibadah Paskah. Kehadiran TNI dan Polisi tentu membuat nyaman jemaat saat terfokus mengikuti acara dalam gereja.


Seusai kegiatan ibadah Paskah, Pendeta Suprapto menegaskan, kehidupan real (nyata) perlu membangun keselarasan bersama dengan masyarakat yang majemuk. Hidup di tengah-tengah negara harus mengikuti peraturan negara.

"Jika kita terus menggunjing suatu perbedaan, tentu tidak akan lahir sebuah kenyamanan," ungkap Suprapto.

Pendeta itu juga turut prihatin dengan peristiwa teror yang terjadi di Indonesia beberapa hari sebelum kegiatan Paskah. Namun Pendeta itu tidak serta merta membenci, bahkan mengutuk pelaku teror.

"Kami akan doa kan untuk pelaku teror agar dosa nya diampuni oleh Tuhan," pungkasnya. (*)


Video KUPAS TV : GUBERNUR ARINAL LAUNCHING PROGRAM SMART VILLAGE PROVINSI LAMPUNG!