Harga Singkong Anjlok, KTNA Lampung Ajak Petani Kompak 'Tanam Separo'

Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Lampung, Jiwa Shofari, saat dimintai keterangan, Senin (15/3/2021). Foto: Siti/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Lampung mengajak seluruh petani singkong di Lampung untuk kompak melakukan gerakan tanam separo, untuk mengatasi anjloknya harga singkong. Serta meningkatkan harga jual dari tingkat petani ke perusahaan.
"Hal ini dilakukan sebagai salah satu langkah dalam mengatasi rendahnya harga singkong yang dibeli oleh perusahaan," kata Sekretaris KTNA Lampung, Jiwa Shofari, saat dimintai keterangan, Senin (15/3/2021).
Ia melanjutkan, jika petani memiliki dua hektar lahan tanam, maka satu hektar bisa ditanami singkong dan sisanya bisa ditanami komoditas lain seperti padi, jagung maupun kedelai yang bisa meningkatkan pendapatan petani.
"Gerakan tanam separo ini tentunya juga harus mendapatkan dukungan dari pemerintah. Seperti pemberian bibit yang unggul dan bagus, sehingga tidak terjadi ketimpangan," lanjutnya.
Baca juga : Kendalikan Harga Singkong, Pemprov Gandeng Perguruan Tinggi
Menurutnya, saat ini singkong di tingkat petani hanya dihargai Rp700 hingga Rp750 per kilogram. Harga tersebut belum termasuk refraksi yang dilakukan oleh perusahaan yang mencapai 15 hingga 20 persen. Sehingga petani hanya menerima uang Rp400 per kilogram.
"Kalau biaya produksi kita itu sekitar Rp8 juta dan misalnya hasil kita itu 22 ton, dikalikan saja dengan harganya, kalau 400 jadi petani hanya mendapatkan Rp8.800. Maka ini sedikit sekali keuntungan yang didapat oleh petani," terangnya.
Idealnya, petani bisa menikmati hasil jerih payahnya jika singkong dihargai minimal Rp1.000 tanpa ada potongan refraksi dari perusahaan. (*)
Video KUPAS TV : SADIS..! PETANI SINGKONG DI LAMPUNG MENJERIT
Berita Lainnya
-
Wiyadi Ajak Warga Kemiling Teguhkan Pancasila di Tengah Derasnya Arus Globalisasi
Kamis, 10 Juli 2025 -
Mahasiswa UIN RIL Borong Prestasi di Ajang Pomprov 2025
Kamis, 10 Juli 2025 -
17 Desa di Lampung Masuk Kategori Sangat Tertinggal
Kamis, 10 Juli 2025 -
Tarif Impor AS 32 Persen Ancam Ekspor RI, Kadin Lampung: Saatnya Indonesia Ambil Alih Rantai Pasok Dunia
Kamis, 10 Juli 2025