• Rabu, 11 September 2024

Tempat Pembuangan Limbah Jadi Sumber Penghasilan Masyarakat

Senin, 22 Februari 2021 - 15.23 WIB
415

Seorang pengepul limbah singkong, tampak menyaring limbah limbah yang diambil dari saluran pembuangan. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Lampung Timur, Kupastuntas.co - Suara deru mesin penggiling singkong terdengar jelas dari lokasi pembuangan limbah perusahaan pengolah Tapioka di Lampung Timur. 

Bau menyengat dari limbah singkong tidak menyulutan semangat sejumlah pencari rejeki pengepul limbah.

Sekatan dari papan dengan ukuran 2x2 meter menghampar di belakang perusahaan tapioka, kotak kotak itu dijadikan sebagai penampung limbah singkong atau yang biasa disebut onggok.

"Ya nanti kita jual untuk pakan ternak sapi," ujar seorang pria yang mengaku bernama Suryana, warga Desa Labuhanratu Induk, Kecamatan Labuhan Ratu, Senin (22/2/2021).

Penyaring limbah yang dibuat sedemikian rupa berjajar di sela sela parit pembuangan limbah singkong, jaring jaring itu digunakan untuk menyaring ampas singkong yang terbuang dari mesin penggilingan, seperti tidak ada rasa jijik karena mereka melakoni dengan ikhlas sebagai sumber penghidupan sehari hari.

Tangan Suryana dengan cepat menjahit karung ukuran 60 kilo berisi limbah singkong, setidaknya sudah ada 13 karung yang siap dijadikan rupiah, untuk penghasilan hari ini. "Saya jualnya satu karung 15 ribu," terang pria tersebut.

Suryana mengaku dirinya mencari limbah jika ada pesanan saja, pesanan biasanya datang dari warga pemilik ternak sapi, karena onggok onggok singkong tersebut biasa di gunakan untuk pakan sapi.

Puluhan orang tampak sibuk masing masing menyaring ampas ampas singkong, seolah seperti anak anak kecil yang sedang bermain di saluran air,"ya kita mungut limbahnya pakai saringan seperti ini".Ujar Suryana.

Untuk hari ini, Suryana mendapat pesanan 20 karung, sementara dari pagi hingga pukul 12.00 sudah mendapat 13 karung, tentu setelah istirahat siang Suryana harus mencari 7 karung lagi,"kalau pas banyak permintaan lumayan mas, tapi kita juga ngantar sampai tujuan sehingga kami juga harus mengeluarkan uang transportasi".Papar nya.

Suara Azan Zuhur terdengar samar karena bercampur dengan suara deru mesin penggiling tapioka, satu persatu para pengeruk limbah bergeser mencari tempat istirahat, cukup dengan mencuci tangan dan kaki dari kotoran limbah tersebut, lalu mereka membuka bingkisan makanan yang sengaja di bawa dari rumah nya. "ya semua bawa nasi dari rumah untuk makan siang," kata Surya.

Bau dan kondisi kumuh tidak menyurutkan semangat mereka, mereka sudah terbiasa menikmati makan siang di lokasi penampungan limbah, entah itu menyehatkan atau tidak, tidak menjadi pemikiran rumit baginya.

"Biasa mas bukti saya dan rekan rekan sudah lebih setahun seperti ini sehat sehat saja," terang Suryana sembari berlalu mencari tempat istirahat. (*)

Editor :