Kerja keras Kuli Singkong di Lamtim, Dari Pagi Hingga Tengah Malam
Kupastuntas.co, Lampung Timur - Cengkraman tangannya dengan otot yang tampak kekar, menggerakkan cangkul jenis panco begitu lincah. Gunungan singkong yang berada di atas bak mobil truk berkapasitas 10 ton hanya butuh waktu tidak lebih dari satu jam, sudah selesai diturunkan oleh tiga kuli. Jumat (19/2/2021).
"Yah begini berat nya kerja kuli singkong. Mau kerja apa lagi di musim seperti ini, yang penting halal dan bisa untuk kebutuhan keluarga setiap hari sudah nyaman bagi saya," ucap Sudar, kuli singkong 50 tahun itu.
Sudar bersama dua rekan nya menyandarkan punggungnya pada pagar tembok sembari duduk di atas tanah, lahan lapak singkong tempat nya bekerja. Kulit nya yang berwarna kecoklatan tampak mengkilap karena siraman keringat yang keluar dari lubang pori-pori, setelah menurunkan singkong seberat 10 ton.
"dikerjakan tiga orang paling cuma butuh waktu sekitar satu jam untuk menurunkan 10 ton singkong. Karena sudah menjadi pekerjaan setiap hari jadi ya udah biasa," terangnya, sambil menghidupkan sebatang kretek yang di ambil dari saku celana nya.
Sudar bersama rekan rekan nya berangkat dari pagi hari, dan pulang pukul sembilan malam, bahkan hingga sebelas malam. Sebab saat ini lagi gencar-gencarnya panen singkong, lapak tempat nya bekerja setiap hari tidak kurang 100 ton singkong yang datang dari berbagai penjuru petani.
"Sekarang musim panen besar jadi kami sama kawan-kawan, kerjanya sampai nglembur-nglembur, selesai tidak selesai pokok saya target sampai pukul 11 malam pulang, besok berangkat lagi," ungkap Pria 50 tahun, namun masih tampak sehat itu.
Sementara upah yang didapat Sudar bersama rekan nya dari pemilik lapak, yaitu Rp7 ribu untuk satu ton nya, jika dari pagi hingga malam pukul 23.00 WIB, enam orang kuli selesai menurunkan singkong dari mobil sebanyak 100 ton, sehingga upah yang di berikan dari pemilik lapak Rp700 ribu.
"Ya benar Rp700 ribu upah dari pagi hingga tengah malam, dan dibagi enam orang jadi satu orang kebagian Rp125 ribu an lah, tapi bagi kami sudah cukup untuk kebutuhan sehari hari," tuturnya.
Matahari perlahan menenggelamkan wujudnya, namun puluhan mobil truk bermuatan singkong masih tampak ngantri di lapak singkong yang ada di pinggir jalan lintas timur, Desa Way Areng, Kecamatan Mataram Baru.
Pemandangan itu membuktikan bahwa kuli kuli singkong di lapak tersebut masih banyak menguras tenaga. "Sampean liat sendiri sekarang sudah jam 17.30, mobil masih ngantri, artinya kerjaan kami masih lama," jelas Sudar, sambil menunjuk di beberapa mobil truk yang ngantri.
Anjlok nya harga singkong tidak berpengaruh pada upah kuli seperti Sudar. Artinya berapa pun harga singkong upah yang diterima sudar dan kawan-kawan nya tetap 7 ribu per ton nya.
"Ya kalau di lapak lain saya tidak tau, tapi kalau di sini ya segitu," pungkas pria berperawakan kurus namun berotot. (*)
Berita Lainnya
-
Polisi Sita 15 Gram Sabu dari 4 Terduga Pengedar di Lampung Timur
Sabtu, 02 November 2024 -
Omset Petani Bibit Sayuran di Lampung Timur Turun Akibat Kemarau
Jumat, 01 November 2024 -
Kalah Judi Online dan Terlilit Utang, Warga Lampung Timur Gantung Diri
Kamis, 31 Oktober 2024 -
Tiket Masuk Taman Nasional Way Kambas Naik Dari Rp 7.500 Jadi Rp 30 Ribu
Kamis, 31 Oktober 2024