• Selasa, 05 November 2024

Atma: Sebagai Perempuan Asli Suku Lampung Saya Harus Bisa Menyulam Tapis

Kamis, 18 Februari 2021 - 18.16 WIB
602

Atma, siswa SMA, warga Kecamatan Gunung Pelindung, yang menekuni sulam Tapis khas Adat Melinting. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Jari lentik Atma seolah menari lincah di atas kain bercorak garis merah hati dan garis hitam. Dua jari tangan kanan nya menjapit jarum menuntun benang emas menyelinap di sela-sela kain. Matanya tampak sendu namun fokus menatap hamparan kain yang disulam menjadi tapis khas adat Melinting, Kamis (18/2/2021).

"Saya ini masih belajar menyulam tapis dan harus bisa. Sebagai perempuan asli Lampung Melinting kalau tidak bisa menyulam tapis kayaknya kurang pas," ucap Atma, dengan sedikit melempar senyum lembut nya.

Bukan hanya Atma, belasan remaja putri tampak bersimpuh, serius menyulam tapis khas adat Meninting, kegiatan itu dilakukan di lantai Pendopo Nuwo Adat Keratuan Melinting, yang beralamat Desa Nibung, Kecamatan Gunung Pelindung, Lampung Timur.

Atma mengaku, dirinya masih mengenyam di bangku SMA, saat ini remaja belasan tahun itu duduk di kelas XII salah satu SMA di Kota Metro,  dirinya juga mengaku di tempat sekolahnya menimba ilmu tidak pernah kegiatan ekstrakurikuler penyulaman tapis ataupun ketrampilan budaya budaya lain.

"Tidak pernah ada praktik-praktik seperti membuat tapis atau ketrampilan yang berhubungan dengan budaya," paparnya.

Bukan hanya Atma. Ana pun yang belajar di salah satu SMK di Lampung Timur juga mengaku tidak pernah mendapatkan kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan dengan ketrampilan seperti penyulaman tapis.

"Iya saya juga masih kelas dua SMK, di sekolah tidak ada kegiatan ekstrakurikuler sulam tapis, makanya saya ikut belajar di Nuwo Adat Keratuan Melinting," ujar Ana.

Sementara itu, Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang Igama IV, Ratu Melinting XVII, 1991-sekarang, Rizal Ismail menegaskan, dirinya sengaja memberikan pelatihan penyulaman tapis khususnya tapis khas Melinting, sebab saat ini sudah sangat jarang remaja khususnya kaum perempuan yang bisa menyulam, di khawatirkan dengan berkembangnya zaman serba digital ini, pelestari penyulam tapis tidak lagi di jumpai.

"Saya yakin, khususnya di wilayah Kecamatan Gunung Pelindung dan Melinting, dari jumlah remaja yang ada, tidak lebih 20 persen yang bisa menyulam tapis," terang Rizal.

Selain untuk memupuk ketrampilan, anak anak remaja guna mengembangkan nilai nilai budaya, kata Rizal Ismail, secara ekonomis memiliki potensi besar.

"Selama ini tapis baik selendang dan kebaya, rata rata beli di toko yang kita tidak tau siapa yang buat, artinya jika remaja remaja di Kecamatan Gunung Pelindung sudah mahir membuat tapis, bisa dijadikan sumber penghasilan," terang Rizal.

Harapan yang paling besar bagi Rizal, karya karya remaja khususnya remaja Kecamatan Gunung Pelindung, bisa dikenal oleh banyak orang, bisa menghasilkan pundi pundi rupiah, dan tentu turut menjaga nilai nilai budaya. (*)


Video KUPAS TV : EMPAT PELAKU JUDI REMI TAK BERKUTIK SAAT DIBEKUK POLISI